Lampu bioskop mulai padam. Kasak-kusuk penonton lain juga mereda. Diantara barisan kursi kosong bagian belakang, Ganesha duduk seorang diri memangku sekotak popcorn dan segelas cola. Genre film komedi pantas mengundang para keluarga menonton bersama, atau mungkin sepasang kekasih yang mempunyai selera humor tinggi. Dan mungkin hanya Ganesha yang asyik menonton sendiri dalam diam. Namun sepertinya gadis kelahiran Indonesia asli itu menikmati film yang baru diputar itu.
Udara menghangat kala Ganesha tersadar seseorang telah menempati kursi kosong di samping kirinya. Dahinya mengkerut heran. Banyak kursi kosong di depannya, lalu mengapa harus di samping Ganesha? Semula gadis itu merasa sangat risih, tetapi kemudian ia kembali masuk dalam imajinasi film layar lebar di depannya. Suara tawa menggema di dalam bioskop ketika sang pemeran bertingkah konyol. Ganesha tak bergeming. Tatapan matanya yang kosong menghunus ke depan.
"Milih film komedi tapi gak tertawa saat adegan lucu?" sebuah suara dingin menginterupsi. "Haha, bahkan anda lebih lucu daripada yang ada di layar,"
Senyap.
Ganesha masih menatap serius ke arah layar.
"Apa hubungannya sama kamu?"
"Memang aku bicara padamu?"
Ganesha tak tahan untuk tidak menoleh ke sampingnya. "Kamu siapa?"
"Perlu dijawab?" Cowok itu tersenyum sinis. Kemudian sosok itu bangun dari duduknya dan melangkah keluar dari ruang bioskop.
"Orang aneh makin bertambah aja populasinya," Ganesha merutuki cowok selewat tadi.
Kehadiran laki-laki itu membuat Ganesha menjadi menonton film dengan keadaan tidak tenang. Perasaannya yang memang sudah kacau sebelumnya, benar-benar semakin kacau. Gadis itu menghela napas panjang. Beberapa detik kemudian ponsel di saku kemejanya berdering, sedikit menganggu penayangan film.
"Hm?"
"Pulang, Nes, berangkat,"
"Hah?" Ganesha menanggapi suara di seberang dengan bingung. Ia melihat caller ID penelepon, Floren.
"Koper lu udah siap, tinggal pulang, Kak Bintang juga udah siap, pesawat take off jam 10,"
"Kemana?" seru Ganesha kesal.
"Gak perlu banyak tanya, gak guna juga," balas suara di seberang ketus. "Cukup ikutin aja apa kata Mama, kemudian selesai,"
"Sampe kapan lu mau yg ikutin kata Mama, Flo! Kita bahkan gak tau kali ini bakal dibawa kemana, gue udah gede dan punya jadwal sendiri," ucapan Ganesha yang terlampau keras membuat beberapa penonton mendelik ke arahnya. Membuat gadis itu segera melangkahkan kakinya keluar.
"Berisik! gue juga tau lu gapunya jadwal, jomblo gak punya kerjaan aja banyak gaya,"
"Eh, tapi, Flo...,"
TUT. TUT. TUT
Sambungan telepon diputuskan sepihak, membiarkan kata-kata Ganesha yang belum terselesaikan menguap di udara.Sumpah ya, punya sodara kok gini-gini amat gerutu Ganesha. Dengan setengah hati, gadis itu mengontak supir pribadinya untuk menunggunya di lobby.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Be Brave?
Teen Fictionkebisuan yang mendekam dengan kejam, dibawah rembulan yang bersinar menderang. kemudian rasa itu menelusup dalam, tanpa seorang pun meminta. tiada jalan keluar dari ruang, terjebak dalam waktu. Menunggu. "Pas ditanya sama nyokap gue pacar lu atau b...