1. Konser

33 9 1
                                    

( Rumah Sakit Jiwa Gemilang )
Disinilah ia menapakkan kakinya, bertemu dengan orang yang paling ia sayangi, yang paling berharga dan berarti dalam hidupnya.

"Akhirnya hari ini gue punya waktu luang buat ketemu sama lo" gumamnya.

"Mbak Ales" sapa suster yang tengah lewat didepannya.

"Eh suster Arin, apa kabar?" sahut Ales.

"Saya baik kok, mbak Ales sendiri gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah saya baik-baik saja sampai sekarang"

"Mbak Ales sudah lama sih gak kesini, saya jadi pangling liat mbak Ales, tambah cakep aja" goda suster Arin.

"Bisa aja suster Arin, oh iya saya mau masuk dulu ya!" pamit Ales.

"Oh iya silahkan, saya juga mau ngecek pasien lainnya"

Baru beberapa langkah Ales jalan, tiba-tiba suara suster Arin terdengar.

"Mbak Ales" panggil suster Arin.

"Iya ada apa lagi ya sus?" sahut Ales.

"Oh iya saya lupa mau kasih tau tadi ke mbak Ales, saya mau kasih tau kalau keadaannya semakin parah, terkadang dokter pun sudah kewalahan menghadapinya, satu-satunya cara supaya keadaannya membaik adalah Mbak Ales harus menenangkannya, karena nama mbak Ales yang selalu disebut-sebut" jelas suster Arin.

Wajah Ales seketika menekuk begitu saja, ia tahu masalah yang ia hadapi sekarang tidaklah mudah, membuat dia kembali seperti dulu bukanlah hal yang mudah, perlu kesabaran yang luar biasa, saat ini Ales hanya bisa pasrah kepada tuhan yang maha esa dan bersabar menunggu hari yang indah kedepannya, karena tuhan maha adil, Ales percaya tuhan akan memberikan hari yang indah kedepannya setelah ia melewati rintangan-rintangan hidupnya.

"Makasih ya sus, saya akan berusaha untuk membuat keadaannya membaik" sahut Ales.

"Yang sabar ya, meskipun ini berat, mbak Ales harus memperbanyak doa kepada yang diatas" suster Arin mengelus punggung Ales untuk memberikan kehangatan dan kekuatan agar Ales selalu semangat dalam menjalani hidupnya.

"Iya makasih ya sus" sahut Ales.

"Ya sudah saya duluan ya mbak ales" pamit suster Arin.

"Silakan sus" Ales tersenyum tipis.

Mendengarnya saja membuat Ales tidak kuat untuk melangkahkan kakinya. Namun inilah kehidupannya, kehidupan yang ditakdirkan untuk dirinya. Ia yang harus menjalaninya, tidak bisa dijalankan oleh orang lain.

🌚🌚🌚🌚

Alunan musik yang terdengar sangatlah meriah, pasti semua orang yang disana ikut bernyanyi sambil menari.

"kok Ales lama banget ya ris?" tanya Jeta.

"Iya lama banget sih, yaudah tunggu aja, ntar juga nonggol sendiri tu anak!"

"Iya sih, tu anak kan suka nonggol tiba-tiba, ngilang juga suka tiba-tiba, punya ilmu apa Ales bisa kayak gitu?" Jeta penasaran.

"Ilmu turunan kali ya dari leluhurnya?" sahut Seris.

"Gak tau deh, pusing gue mikirnya!"

Kemudian Jeta dan Seris mengikuti alunan musik dengan penuh penghayatan. Tak lama Ales datang menyusul mereka berdua.

"Yuhuuu, Ratu Cleopatra dateng gaess!" kaget Ales.

"Anjir kaget" ucap Seris dan Jeta berbarengan.

"Untung gue gak ada penyakit jantung" sahut Seris.

"Ngagetin aja kerjaannya, orang yang punya penyakit jantung lo gituin mati langsung ditempat" kesal Jeta.

"Iya iya sorry sih, gue kan datang dengan penuh semangat dengan api yang berkobar-kobar, wajar kalau gini hehehe"

"Lama banget lo, ngapain aja?" tanya Seris.

"Tau lama banget, untung gue gak jadi jomblo lumutan nungguin lo!" timpal Jeta.

"Biasa, orang penting mah beda ya kan! Beginilah orang penting, gak bisa sembarang pergi pergi" Ales menaikkan kedua alisnya.

"Serah deh serahhh, suka-suka lo deh" timpal Jeta.

Sedangkan Seris memasang mimik berpura-pura ingin muntah.

"Ehh, btw pipi lo kenapa diplester?" tanya Jeta.

"Oh ini, tadi kecakar kuku gue sendiri pas gue mau ngerapihin rambut!" gugup Ales.

"Makannya kuku dipotong les, kalau kayak gini kan lo sendiri yang kena!" jelas Jeta.

"Iya ntar gue potong"

"Tapi kenapa hari ini lo pake baju lengan panjang les? Kan panas siang-siang gini pake baju lengan panjang?" timpal Seris.

"Tangan gue takut belang hehehe" alibi Ales.

"Ya elah les, merawat diri banget lo, gue aja kadang males buat maskeran, tapi ya gue mau maskeran apa gak maskeran, tetap cantik sih, emang udah bawaan, susah jadinya hehehe" sombong Seris.

"Serah lo deh" ucap Jeta dan Ales kompak.

Sedangkan Seris hanya senyam senyum tak jelas dengan menampilkan kepedean yang sangatt tinggi.

Tak lama terdengar alunan musik yang sangat mereka bertiga sukai.

"Idih imagine coyy, John Lenon" seru Seris.

"Sikat wae kalo gitu mah" timpal Jeta.

Jeta dan Seris merangkul Ales sambil bernyanyi dengan suara yang lantang.

Dalam lubuk hati, Ales bersyukur mempunyai teman seperti mereka berdua.

Walau bibir Ales melengkung keatas dengan penuh, namun kelopak matanya perlahan meredup. Ales tak enak hati karena selalu berbohong kepada Jeta dan Seris. Tentang plester dipipinya, dan kenapa hari ini Ales memakai lengan panjang.

Semua itu Ales lakukan agar menutupi lukanya dengan sempurna. Ales tak ingin melibatkan Jeta dan Seris kedalam masalahnya.

Prinsip Ales adalah membuat orang disekelilingnya bisa bahagia dan tertawa, walau Ales sendiri tak benar-benar bahagia, ia harus membuat orang disekelilingnya bahagia. Ales tidak ingin jika orang disekelilingnya harus sedih dan menangis karenanya.

Masalah demi masalah Ales pupuk sendiri dilubuk hatinya. Entah sampai kapan Ales seperti itu.

Kejadian dirumah sakit jiwa tadi, tidak bisa dibilang baik. Kejadian tersebut dibawah rata-rata kata baik.

≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈

Sudah berapa bulan cerita ini tidak update, sorry banget ya, tugas numpuk dimana-mana, sampai ini cerita hampir tenggelem ditelan lubang hitam hehehe.

Selamat membaca, semoga suka sama ceritanya.

Salam makhluk hangat 😘😘😘😘

AsirseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang