Your Question is The Answer

57 3 1
                                    

Senin, 12 Oktober 2020



Aku bersama tiga kawanku sedang dalam perjalanan menuju suatu daerah untuk mengisi waktu luang, aku Arian sang pengemudi mobil milik orang tuaku, teman sebelah kemudiku adalah Furhan, dibelakangku adalah teman semasa Sekolah Dasarnya merupakan sahabatku Khwan, dan orang yang duduk dibelakang Kursi Furhan adalah Temannya mereka berdua bernama David.



Aku memacu mobilku hingga 60km/jam dalam sebuah terowongan besar yang mungkin lebih dikenal sebagai Kota dibawah perut gunung. Ya, tempat ini sangatlah ramai dan indah dalam pandangan kita yang melihat hal yang cukup baru dan sedikit refreshing dari segala kepenatan di sekolah.



Aku melihat sekeliling dan menurunkan kecepatan hingga 30km/jam. Namun, diarah yang berlawanan aku melihat sebuah mobil Mercedes SL AMG meluncur dengan keadaan yang mengherankan. Pasalnya, mobil tersebut berkelak kelok ke kanan dan ke kiri pada satu jalur. Aku heran dan saat kita semua berpikir. Kami semua tidak sadar bahwa mobil tersebut melaju kearah mobil kami. Dengan refleknya aku menginjak rem dan disaat yang sama mobil tersebut menabrak bagian depan mobilku. Jelas saja, kami semua terkejut dan mencoba menyadarkan diri kami sendiri. Aku keluar dengan menggeleng gelengkan kepala dengan berpikir dan berbicara didalam hati "Baru aja mau refreshing, tadi udah seneng dikit ehh malah ada kejadian kayak gini, ini orang mikir apa nggak?!"



Aku berjalan mendekati mobil tersebut, mengetuk kaca mobilnya cukup keras sembari berteriak "Woi buka pintunya, tanggung jawab woi! Kalo nggak bisa pake mobil gak usah pake mobil keren kerenan kalo akhirnya nabrak punya orang!" Seketika pintu belakang mobil tersebut terbuka, aku melihat seorang perempuan parasnya seperti orang luar negeri tapi masih lingkup Asia, dia berkata "Maafkan kami, kami salah, tolong tinggalkan Ayahku sendirian, ada hal yang tidak bisa dijelaskan." Aku menyaut dengan mendekati perempuan tersebut mencoba berbicara lebih lembut karena dia seorang wanita "Dia Ayahmu? Kenapa nggak keluar? Aku cuma mau minta ganti rugi, ini juga mobil orang tuaku, aku nggak mungkin pulang dengan keadaan mobil yang -" dengan cepat dan seperti orang terburu buru Ia memotong pembicaraan ku "Maafkan kesalahan Ayahku, aku benar benar minta maaf, tapi aku mohon sama kamu untuk jauh jauh dari Ayahku, aku mohon." Emosi ku pun menanjak dan memecahkan kaca mobil tersebut dengan tanganku yang menggunakan sarung tangan. Teman temanku terkejut didalam mobil saat aku melakukan hal itu dan mereka pikir itu berlebihan.



Aku menatap wajah Ayahnya yang tampak pucat keungu unguan dan kelopak matanya memerah seperti bengkak, seakan akan melihat sebuah mayat yang sedang dalam posisi duduk dikursi kemudi. Aku berkata sembari mundur beberapa langkah "What the Hell, dia apaan?! Ayahmu manusia bukan? Ada apa sama dia?" Aku berkata kata dan bertanya kepada wanita tersebut tanpa menatap wajahnya karena saking terkejutnya. Disaat yang sama Adiknya pun keluar dari mobil dan berteriak "Kak, ini udah waktunya. Ayo buruan cari tempat sembunyi kak, buruan!" Aku melihat adiknya menarik Wanita tersebut, aku juga sempat melihat matanya yang seperti mengetahui kapan ajalnya tiba, dia terlihat sangat ketakutan dan putus asa. Aku mendengar teriakan adiknya yang tertuju padaku "Abang yang pake baju merah bantuin Kakak gue, kalo abang mau bantuin kita aku yakin abang pasti mau tau apa yang terjadi dan kita nggak bisa jelasin disini!" Seketika aku reflek memandang bajuku yang kebetulan merah maroon dan aku langsung berteriak kearah teman temanku "Woi, ikutin gue, biarin mobilnya ditengah jalan, lagian udah terlanjur macet udah buruan turun semua! Biar ini diurus polisi aja."



Sudah berpuluh puluh langkah aku mengikuti adiknya dan dia yang kaku seperti tidak ada tujuan lagi untuk hidup, aku yakin wanita tersebut terpukul karena keadaan Ayahnya sewaktu kecelakaan tadi. 4 jalur kendaraan sudah kusebrangi dengan sangat hati-hati apabila ada mobil yang melaju kencang. Pada akhirnya mereka sampai di Bahu jalan dan melihat lihat kearah mana mereka akan pergi layaknya seorang tawanan yang mencoba kabur dan memilih antara jalur sana atau sini. Aku berpikir adiknya membodohiku dengan cara melarikan diri tapi aku berpikir dan berdebat didalam hati "Tapi kalo niatnya lari dari awal terus ngapain dia minta aku ikut?" Aku semakin bingung dan perasaanku campur aduk antara heran, bingung, marah, ketakutan(Karena aku pikir Ayahnya meninggal karena menabrak mobil yang ku kendarai. Jujur saja waktu itu aku takutnya bukan main karena tidak sepenuhnya Ayahnya itu salah, mungkin saja bila aku ada di posisi Ayahnya aku juga akan kehilangan kendali mengingat mobilnya yang cukup Luxury dan Sporty itu).

Your Question is The AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang