Sampai kapan?

34 2 1
                                    

Selasa, 13 Oktober 2020


"Uhh, what is going on ?" Aku yang baru saja terbangun dan tidak mengerti apa yang telah kulewatkan. Aku masih terbaring dan melihat langit langit yang masih kabur dari pandanganku.



"Emm~ mm mm mm... Emm mm mm m Emm mm mm mm mm Emm mm mm mm~" Khwan bersenandung didekatku. Aku masih dapat mengingat lagu tersebut, itu merupakan salah satu lagu yang aku suka walau itu merupakan soundtrack dari film The last of Mohicans.



"Uhh, kenapa tangan kananku dingin banget ya?" Aku bertanya kepada Furhan dengan menghadap ke samping kanan. "Ahh, itu, uhh, itu semalam kamu kecelakaan, jadi tanganmu diikat pake baju sementara. Karena bajunya basah, jadi tanganmu dingin," Furhan menjelaskan pertanyaanku dengan sangat jelas.



"Ini Sevile kenapa tidur disamping gue? Dan kenapa Sevian juga nyenderin kepalanya diatas dada gue? Gue bukan bantal oi. Kenapa pada tidur deket gue sih ?! Gue belum mandi seharian kemaren oi!" Teriakku karena terlalu gugup dan terlalu malu, "Jadi semalam lu tergeletak dan tertidur? Ngapa nggak mati sekalian! Bikin khawatir doang lu ahh," Khwan berdiri meneriakiku dengan nada kesal seakan akan aku merugikannya. "Lah aku mana tau, gue aja nggak tau semalam ada apa," Bantah ku kepada Khwan sembari terbaring lemas.



"Guys, we better make some breakfast," David berbicara layaknya orang kelaparan. Aku baru mengingat bahwa dari kemarin kita belum makan, "Ahh lu mah pake bahasa Inggris mulu Vid, gue gak ngerti oi!" Masih merasa kesal Khwan terhadap ku ditambah lagi ia kurang mengerti terhadap bahasa Inggris merasa tidak mengerti akan apa yang dikatakan David.



Seketika saat perdebatan ini berada pada puncak volume suara tertinggi, aku melihat Sevian terbangun dan menyingkirkan rambutnya dari hadapannya. "Uhh, pagi Sevian. Maaf temen temen ku kebanyakan ngomong," Aku yang merasa bersalah karena ulah kawan kawanku ini mencoba menenangkannya karena merasa terganggu oleh perbincangan kami.



"Nggak apa apa, lagipula aku juga emang mau bangun," Sevian segera membalas permintaan maafku, nadanya yang masih seperti orang mengantuk itu membuatnya seperti anak manja. Dia segera menatapku dengan penuh senyuman dan rasa terima kasih teramat dalam.



"Hoam, Agh Uhh, Pagi bang Rian," Dengan posisi tengkurap nya layaknya cewek nakal mendekatkan wajahnya kepadaku. "Pagi Sevile," Aku menjawab sapaannya tanpa disengaja. "Tumben kak Sevi udah bangun," Heran Sevile dengan menatap wajah Sevian yang masih mengantuk itu. "Uhh udah udah, mending sekarang kita sarapan dulu ya, kebetulan di tasku ada Mie instan, sama bawa perlengkapan masak buat diperjalanan," Ajakku untuk membuat topik baru.



Seketika saat aku ingin menopang badanku untuk berdiri dengan kedua tanganku, tiba tiba tangan kananku tidak bisa ku gerakkan dan melihat tetesan darah yang menetes tiap detiknya. "Aaaahhhh!" Keluhku karena rasa sakit ini. "Arian!" Sevian, Sevile, dan Furhan membentakku seakan akan merupakan hal buruk bila aku berdiri.



Aku melihat Khwan yang memalingkan wajanya dan menatap langit langit sembari memegangi kepalanya dengan kedua tangannya, layaknya seseorang yang benar benar bersalah. "Bang Rian, mending jangan gerakkin tangan kanannya dulu ya. Jangan pernah digerakkin!" Sevile mencoba menceramahiku. "Lah terus gue makannya gimana?!" Bantahku. David yang sudah mempersiapkan kompor kecilnya dan beberapa tabung gas kecil yang diatasnya sudah memanaskan sebuah air mineral milikku hanya bisa berdiam seolah tidak ada hal yang terjadi.



"Arian, apa yang Sevile bilang itu semua demi keselamatanmu. Jadi, mulai sekarang, biar aku yang bantuin kamu agar kamu nggak perlu gunain tangan kananmu sementara waktu," Sevian menatap mataku dengan penuh air mata yang membendung didalam rasa pertanggung jawabannya itu. "Hah?! Ehh, kita, kita, kita baru kenal beberapa jam yang lalu, jangan buang harga dirimu demi merawat orang sepertiku, Sevian," Aku mencoba menolak hal yang paling aku inginkan dari seorang wanita. Aku ingin sekali disuapi oleh seorang wanita apalagi dia adalah pasangan hidupku, tetapi ini Sevian, dan kita baru saja berkenalan beberapa jam lalu.

Your Question is The AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang