/my stomach drops when i think of anyone else having you/
💠💠💠Entah untuk kesekian kalinya, Leon kembali mengecek HP, berharap tiba-tiba muncul notifikasi dari gadis itu.
Hari ini, Sheryl tidak masuk dan tidak pula memberi kabar. Bolak-balik Leon bertanya kepada Sakha dan sekretaris kelas, siapa tahu gadis itu ada mengabari. Tapi hingga bel pulang sekolah berdering nyaring, tak ada satupun anak di kelas yang mendapat kabar dari Sheryl. Bahkan Ivana. Jadi saat ruangan kelas mereka sudah sepi, Leon, Sakha dan Ivana tetap berkumpul untuk menunggu kabar dari gadis itu.
"Gue jadi khawatir sama Sheryl. Kalau dia sakit atau ada acara, kan harusnya ngabarin," Ivana menyuarakan kecemasan yang sama dengan Leon.
Sakha mengangguk setuju. "Nggak biasanya dia bolos gini, mana nggak ada kabar lagi. Dia serius nggak ngomong apa-apa ke lo, Le?" tanyanya.
"Kalau Sheryl ada ngomong, muka Leon pasti nggak bakal sekusut ini, Sakha. Nggak bakal ngecek HP bolak-balik kayak barusan," jawab Ivana. "Balik aja, yuk! Nanti kalau ada yang dapat kabar dari Sheryl, langsung kontak yang lain aja. Gimana?"
Dua laki-laki itu mengangguk pasrah menanggapi usul Ivana. Mereka sepakat untuk pulang dan menunggu kabar Sheryl di rumah masing-masing. Dan saat di perjalanan menuju parkiran, ketiganya tanpa sengaja berpapasan dengan Jihan.
"Eh, Kak Leon!" sapa Jihan riang. Membuat yang disapa menoleh dan tersenyum ramah.
"Lo kenal Leon, Han?" tanya Sakha yang memang sudah kenal dengan adik sahabatnya itu.
"Bang Sakha kepo!"
"Gue nggak lihat abang lo seharian. Nggak masuk?" tanya Sakha lagi.
"Lah? Abang nggak tahu? Bang Tian kan lagi di rumah sakit,"
"Sakit apaan si bocah? Perasaan, kemarin masih waras-waras aja?"
"Bukan Bang Tian yang sakit, tapi Kak Sheryl. Bang Sakha temennya masa nggak tahu, sih?" cecar Jihan, kemudian ganti menatap Leon dan Ivana. "Kakak-kakak ini mau jenguk Kak Sheryl, kan?"
Leon tercenung mendengar penjelasan Jihan. Rasa cemas seketika berkecamuk dalam otaknya. Sakit apa Sheryl sampai-sampai harus dirawat di rumah sakit?
"Sheryl di rumah sakit? Sakit apa?" tanya Ivana.
"Oh? Kirain Bang Tian udah kasih info ke kalian. Jadi kemarin habis pulang les, Bang Tian sama Kak Sheryl jalan-jalan berdua ke pasar malem. Kak Sheryl haus, terus minta dibeliin minum. Karena Kak Sheryl bilang terserah mau minum apa, Bang Tian akhirnya beli minuman kesukaannya. Kalau nggak salah dia beli blended hazelnut atau apa gitu. Eh, habis minum Kak Sheryl langsung sesak napas dan akhirnya pingsan. Habis itu dia dibawa ke rumah sakit dan kata Dokter—"
"Alergi. Sheryl pernah bilang kalau dia alergi sama makanan atau minuman yang ada perisa kacangnya," Leon bergumam, teringat ucapan Sheryl di gudang belakang sekolah waktu itu, saat ia baru menangis hebat karena Kevin. "Di rumah sakit mana?" tanyanya pada Jihan.
"Rumah Sakit Mentari, kamar 206. Bang Tian nggak masuk sekolah karena nemenin Kak Sheryl dari kemarin. Ini barusan Bang Tian SMS, dia bilang Kak Sheryl udah siuman,"
Tidak ingin membuang waktu, Leon segera berlari menuju parkiran untuk mengambil motornya. Meninggalkan Sakha dan Ivana yang masih bersama Jihan.
"Kok abang lo nggak ada ngabarin kita sih, Han? Si Leon seharian udah kelimpungan sendiri gara-gara Sheryl nggak ada kabar," rutuk Sakha. "Si Tian juga bego, bisa-bisanya nyelakain gebetan sendiri,"
"Udah pacar kali, Bang," ralat Jihan.
Ivana terbelalak. "Maksudnya? Tian sama Sheryl udah jadian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora✔
Fiksi RemajaSelalu ada hati yang merindukanmu untuk pulang. Menyiapkan segalanya agar kamu nyaman untuk tinggal. ©2019 • oldelovel