36 - Dunia Leon Tanpa Sheryl

385 57 7
                                    

/it's okay. i knew you'd leave anyway. everyone does/
💠💠💠

Delapan tahun berlalu. Tanpa seorang Sheryl yang menemani setiap lika-liku kehidupan Leon.

Gadis itu seperti hilang ditelan bumi. Tak satupun teman-teman yang ditanyai Leon tahu bagaimana kabarnya. Tidak ada lagi aktivitas dari semua akun sosial media milik gadis itu. Akun-akun itu mati, tidak tersentuh oleh pemiliknya sejak delapan tahun yang lalu.

Dunia memang tidak berhenti tepat dimana Sheryl menghilang dari sudut pandang Leon. Kehidupan tetap mengalir sebagaimana adanya. Hanya saja, separuh hati Leon seperti dibawa serta-merta oleh gadis itu. Lancang sekali memang.

"Mas Leon, ini revisi naskah dari penulis kita. Coba dilihat dulu," Mawar—asisten Leon—datang membawa setumpuk kertas untuk diserahkan kepadanya.

"Oh, oke. Taruh di sana aja, nanti saya cek ulang," jawab Leon seadanya, tanpa mengalihkan fokus dari tablet di tangannya.

"Mas Leon nggak turun? Sebentar lagi waktunya makan siang," Mawar memberitahu setelah melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Hmm... Kamu sama yang lain turun duluan saja, nanti saya susul,"

"Tapi, kayaknya Mas Leon harus ikut makan siang. Hari ini saya ulang tahun, jadi saya yang traktir," Mawar memberikan cengiran manisnya.

Mulut Leon sempat membulat kecil, sebelum akhirnya mengangguk karena sungkan untuk menolak lagi. "Anyway... Happy birthday, ya,"

Mawar tersenyum senang mendengar ucapan selamat ulang tahun dari pria yang disukainya sejak awal bekerja di perusahan produksi film itu. Sebenarnya Leon mengucapkannya dengan biasa saja, tidak ada niat membaperi sama sekali. Tapi entah kenapa satu kalimat singkat darinya itu terdengar luar biasa manis di telinga Mawar.

Mungkin ini yang disebut budak cinta.

Keduanya pun beriringan keluar dari ruang kerja Leon. Mawar sempat merutuki kedua matanya yang tidak kenal mati karena berkali-kali melirik ke arah atasannya itu. Sudut bibirnya juga tidak bisa diajak berkompromi karena sejak tadi tidak henti-hentinya terangkat sepersekian senti hingga membentuk sebuah lengkungan cantik.

"Ada yang salah sama muka saya?"

Mawar tersentak, malu setengah mati karena kedapatan melirik dan senyum-senyum sendiri.

"Eh? Nggak ada kok, Mas," jawabnya cepat, berusaha menguasai diri agar tidak terlihat salah tingkah.

Leon manggut-manggut, sebelum kemudian bertanya. "Menurut kamu, kira-kira proyek kita sama penulis itu bisa sesukses apa?"

Mawar menoleh cepat, bingung karena tiba-tiba atasannya itu bertanya dengan keraguan yang terlalu jelas mengenai proyek mereka. Tentu saja kejadian seperti ini begitu langka, mengingat Leon yang hampir setiap saat selalu perfeksionis bila menyangkut pekerjaan.

"Mas Leon nggak yakin?"

Leon tersenyum simpul, tidak tahu kenapa mendadak seperti kehilangan rasa percaya diri. "Saya juga nggak tahu, nih. Nggak biasanya ngerasa kayak gini,"

"Kalau Mas Leon dari awal udah yakin sama diri sendiri, proyek yang Mas Leon kerjain pasti bakal sukses. Sebaliknya juga gitu, kalau dari awal aja udah ragu, hasilnya juga pasti nggak akan sesuai ekspektasi. Gitu, sih," nasihat Mawar. Namun sedetik kemudian ia bersedekap malu. Merasa kalau bicaranya kini sedikit kelewatan. "Eh, maaf, Mas. Saya nggak ada maksud nyeramahin Mas Leon,"

Leon terkekeh singkat. "Iya, saya tahu. Makasih wejangannya,"

Tidak butuh waktu lama, dua orang itu tiba di kafe seberang kantor. Beberapa karyawan yang sudah tiba lebih dulu, segera menyambut mereka, terutama Leon yang tidak biasanya ikut makan siang bersama. Pesta sederhana dalam rangka merayakan ulang tahun Mawar siang ini berlangsung lancar, semua tampak menikmati berbagai macam hidangan dan suasana kafe yang nyaman.

Pandora✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang