Ditengah malam yang tenang, gadis itu masih mematung didepan pintu rumahnya. Gadis itu enggan melangkahkan kakinya sedikitpun. Karena, jika gadis itu sudah masuk kedalam rumahnya, senyumnya akan menjadi tangisan. Perasaaan bahagia yang ia bawa dari luar, akan tergantikan perasaan kehancuran.
Namun, gadis itu beranikan untuk melangkahkan kakinya perlahan. Bagaimanapun, ini adalah rumahnya, rumah yang menyimpan kenangan dari ia terlahir hingga saat ini. Walau keadaannya tak seindah dulu.
Ceklek
"Dari mana lo?"
Baru saja Ales ingin menutup pintu, ternyata Tama sedang duduk disofa depan.
"Gue habis nonton konser" jawab Ales.
"Wahhh, enak ya nonton konser, seharian kluyuran terus, berapa duit yang lo habisin buat nonton tu konser ha?" tanya Tama.
"Gue gak beli tiketnya, gue dikasih sama temen gue"
"Bohong kan lo?" bentak Tama.
"Gue gak bohong sama sekali, emang tiket itu temen gue yang bayarin, kenapa lo gak percaya sama omongan gue sih?" Bela Ales.
"APA, gue harus percaya sama omongan lo? Lo siapa sih, orang mana ada yang percaya sama anak PEMBAWA SIAL HAA, ketularan sial yang ada kalo percaya!" Tama meninggikan nada bicaranya.
"Apa hubungannya pembawa sial sama omongan? Iya, gue tahu, gue pembawa sial, tapi apa yang gue omongin itu bukan suatu kebohongan!" sahut Ales.
"Jelas ada hubungannya, semua yang berhubungan sama LO, PASTI BAKAL SIAL!!"
Setelah itu Tama pergi kekamarnya, dan tidak peduli sama sekali dengan keadaan Ales.
"Iya, gue emang pembawa sial" gumam Ales.
🌚🌚🌚🌚
"Cucu nenek sudah besar ya sekarang"
Ales sontak memutar tubuhnya kebelakang, karena suara itu sangat familiar ditelinga Ales.
"Nenek" Ales langsung menghampiri dan memeluk neneknya.
"Nenek, Ales kangen banget sama nenek, kangennnnnnnn banget nek!"
"Nenek juga sayang, nenek kangen banget sama Ales. Ales sudah besar ya sekarang, tingginya sudah melebihi nenek hehehe"
"Iya nek, Ales kan sudah 17 tahun, sudah tambah tinggi pasti hehehe" jawab Ales.
"Wahhh sudah besar sekali, nenek tidak menyangka kamu sudah sebesar ini. Gimana perasaan Ales diumur 17 tahun? " tanya Nenek.
Ales langsung menekuk wajahnya dan kelopak matanya meredup serta lekungan dibibirnya yang perlahan menurun.
"Loh, cucu nenek kenapa ini? Kenapa jadi sedih gitu?"
"Hiks.. Hiks.. Hiks..Nek, Ales cape nek, Ales cape jadi anak sial nek, Ales cape banget, Ales mau ikut nenek aja!" pinta Ales.
"Ales sayang, kamu jangan berbicara seperti itu. Tidak baik kamu menganggap diri kamu sendiri sebagai anak sial. Semua manusia itu punya kekurangan dan kelebihan, tidak ada manusia pembawa sial, sial itu ada karena manusia itu kurang bekerja keras dan kurang bersyukur kepada tuhannya. Jadi Ales gak boleh anggap diri Ales sebagai anak pembawa sial!" nenek mengelus kepala Ales.
"Tapi Ales cape nek, bang Tama suka bilang Ales pembawa sial nek!"
"Percaya sama nenek, didalam hati kecil bang Tama, bang Tama sayang banget sama kamu Ales, bang Tama itu sangat terpukul dengan keadaan sekarang, bang Tama belum siap dengan keadaan sekarang, jadi bang Tama melampiaskan semuanya ke Ales. Bang Tama hanya butuh waktu Ales, percaya ya sama nenek, perlahan semuanya akan menjadi lebih baik" nasihat nenek.
Ales menangis sejadi jadinya dipelukan neneknya. Ales mengeluarkan seluruh beban pikirannya didalam pelukan hangat sang nenek. Hingga perlahan tangisannya berhenti.
"Ales sayang, nenek harus pergi sekarang, nenek tidak bisa lama-lama disini"
"Kenapa nek? Nenek mau pergi kemana lagi, jangan tinggalin Ales lagi nek, nenek sama Ales saja" pinta Ales.
"Tidak bisa Ales, ini bukan dunia nenek, nenek harus pergi sekarang, jaga diri Ales baik-baik ya" nenek memeluk Ales sebelum pergi.
"Kalau nenek pergi, Ales sama siapa?"
Rengek Ales."Ales, disekeliling mu masih banyak orang yang sayang dan peduli sama kamu Ales, jadi jangan takut kamu akan sendiri !"
"Tapi.. " neneknya perlahan melepaskan pelukannya.
"Selamat tinggal Ales, nenek yakin suatu saat kita akan berkumpul bersama lagi, Ales jaga baik-baik kedua saudara Ales ya, Ales juga harus patuh dan hormat sama ayah dan bunda, dan Ales harus jaga pertemanan Ales dengan baik, karena teman-teman Ales sangat sayang sama Ales" neneknya melambaikan tangannya sambil tersenyum kearah Ales, dan perlahan ada cahaya putih, kemudian semuanya menghilang.
"Nenek" nafas Ales terengah-engah dan wajahnya pun juga sudah keringatan. Perlahan Ales menetralkan nafasnya.
"Jadi, ternyata tadi cuma mimpi" gumam Ales.
Ales melirik bingkai diatas nakasnya, dan langsung mengambilnya.
"Nenek, Ales kangennnnn banget sama nenek" Ales memeluk bingkai foto tersebut kemudian Ales meneteskan air matanya.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Maaf gaes setelah cerita ini beberapa bulan tidak pernah update, akhirnya update kembali.
karena, kemarin tu banyak banget suatu hal, jadi sampai lupa buat nulis cerita ini hehehe.
Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak.
Salam makhluk hangat 😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Asirse
Teen FictionMulut ini tak bisa bercakap. Namun hati bisa merangkai kata menjadi kalimat, yang hanya bisa didengar oleh sang perangkai. Mulut ini tak bisa bercakap. Namun alunan melody bisa mewakili rasa sang penikmat. Maaf, jika selama ini, hanyalah pertunjuk...