Ketika Cinta Harus Memilih - Part 02
So here we stand in our secret place
With a sound of the crowd so far away
And you take my hand and it feels like home
We both understand it's where we belong
So how do I say, do I say goodbye
We both have our dream, we both wanna fly
So lets take tonight to carry us through
The lonely times..
I'll always look back as I walk away
This memory will last for eternity
And all of our tears will be lost in the rain
When I've found my way back to your arms again
But until that day you know you are
The queen of my heart, queen of my heart
So let's take tonight and never let go
While dancing we'll kiss like there's no tomorrow
As the stars sparkle down like a diamond ring
I'll treasure this moment till we meet again
But no matter how far (matter how far)
Or where you may be (where you may be)
I just close my eyes (I just close my eyes)
And you're in my dreams and there you will be
Until we meet
Oh yeah..
You're the queen of my heart (queen of my heart)
No matter how many years it takes (queen of my heart)
I'll give it all to you Oh yeah (queen of my heart)
Oh yes you are the queen of my heart
(Westlife – Queen of My Heart)
Sudah tiga kali lagu ini terdengar dari kamar Niken, berurutan dengan lagu 'Di Ujung Jalan'-nya Samsons. Entah apa alasannya Niken terus membiarkan kedua lagu ini terulang. Sepertinya ia kangen dengan pacarnya yang sudah tiada kabar, atau mungkin karena ia menyukai alunan musik dari lagu tersebut.
"Ken, bisa diganti tidak lagunya?! Sudah bosan aku mendengar lagu itu terus berulang sejak tadi," pintaku pada Niken yang sedang asyik membaca sebuah novel dari depan pintu kamar kostnya.
"Tidak. Lagunya kan keren, menggambarkan kisah cintaku sama Adrian."
"Tapi kan bukan cuma lagu itu saja yang liriknya menggambarkan kisah cintamu dengan Adrian," ucapku lagi, setengah memaksa.
"Memang bukan. Tetapi lagu inilah yang mengingatkanku pada Adrian. Sudah sekian lama tak ada kabar darinya, sepertinya ia sudah menemukan penggantiku di sana." Niken menolak permintaanku dengan tatapan sendu.
Hhmph...
Dengan wajah masam aku beranjak pergi dari depan pintu kamar Niken, meninggalkan dirinya yang masih bersenandung mengikuti alunan lagu. Sebenarnya tak ada yang salah dengan kedua lagu tersebut. Hanya saja, lagunya Samsons itulah yang membangkitkan kembali segala kenanganku tentang Viona beberapa waktu belakangan ini.
Adrian merupakan salah satu mahasiswa dari Universitas Pelita Harapan, Tangerang. Berdasarkan cerita Niken, Adrian memang sudah enam bulan terakhir ini tiada kabar. Sama halnya denganku, sepertinya Niken juga sedang berusaha untuk melupakan Adrian. Cinta memang harus memilih ketika berada di persimpangan jalan.
Aku memang sudah memilih untuk mengakhiri perasaan sepihak ini, namun belum benar-benar berhasil. Penyebabnya ada banyak hal, salah satunya adalah lagunya Samsons tadi. Terkadang, meskipun kamu yakin sudah melupakannya, sebuah lagu mampu menghadirkan semua kenangan indah saat bersama dirinya kembali ke pikiranmu.
"Venz, kamu tidak mengantarkan Viona pulang?" tanya Ari yang baru saja datang.
"Viona? Aku kan tidak sedang berada bersama dengan dirinya," jawabku acuh.
"Viona baru saja pulang diantar oleh Sam. Biasanya kan kamu yang selalu ...,"
"Memangnya ada aturan yang melarang Viona untuk tidak boleh diantar pulang oleh orang lain selain aku, ya?! Samuel itu adalah kakak sepupunya, wajar dong kalau Sam yang melakukan itu!" aku langsung memotong perkataan Ari dengan ekspresi tak senang.
"Sekarang aku yakin kalau kamu sedang ada masalah dengan Viona, Venz. Kamu memang sedang berusaha untuk menghapus bayang-bayang dirinya, tapi tidak pernah kamu menjawab aku dengan intonasi seperti tadi ketika berbicara tentang Viona," ujar Ari.
"Terserah kamulah. Aku sedang tidak ingin membahas tentang Viona," ucapku enggan.
"Beberapa waktu belakangan ini, kamu selalu menghindar apabila Viona sedang berada di rumah Sam. Ada saja alasan kamu agar jauh dari dirinya. Menurutku apa yang kamu lakukan itu salah karena justru semakin sulit melupakan dirinya. Move on itu bukan sekedar tentang bagaimana melupakan, tetapi juga tentang bagaimana mampu tersenyum saat terkenang, bahkan ketika harus berhadapan secara langsung dengan dirinya," cecar Ari lagi.
"Aku memang sedang punya masalah dengan Viona, Ri. Sayang sekali aku tidak pernah tahu apa penyebabnya," ucapku jujur.
"Sudah sejak kapan?" tanya Ari dengan kening berkerut.
"Sudah cukup lama. Aku juga tak ingin mempertanyakannya lagi, biarlah waktu yang akan menjawabnya nanti. Setidaknya dengan keadaan ini, aku bisa menjauh dan melupakan dirinya," jawabku datar.
"Mungkin kamu bisa menjauh, tapi tetap ada ganjalan karena masih ada sesuatu yang belum terselesaikan. Sebaiknya kamu tanyakan lagi kenapa Viona marah padamu," saran Ari.
"Percuma, Ri. Mendekat saja ia sudah berlari menjauh seperti melihat hantu, bagaimana mungkin bisa saling bicara? Biarlah tetap seperti ini. Aku tidak merasa pernah melakukan sesuatu hal yang membuatnya merasa tidak nyaman, kok. Someday, I'll know and understand the reason why." Aku menolak saran Ari.
"Aku hanya sebatas menyarankan, Venz. Pilihan dan keputusan akhir tetap berada di tanganmu. Aku cuma ingin agar kamu mengakhirinya dengan indah tanpa ada sesuatu yang belum terselesaikan," gumam Ari pelan.
"Makasih, Ri. Akan aku coba nanti. Kamu sudah semakin bijak sekarang," jawabku sambil tersenyum.
"Hahaha. Aku tidak sepintar dan sebijak kamu, Venz. Saling membantu dan saling menolong adalah hal yang wajar, kan?! Kamu sudah banyak membantu aku, bukan hal yang aneh bila aku juga melakukan hal yang sama bagimu, meskipun hanyalah hal yang sederhana," ungkap Ari seraya tersenyum.
Aku hanya balas tersenyum dan tidak menjawab. Ari benar, aku harus menyelesaikan masalahku dengan Viona. Dengan demikian, maka tekadku untuk dapat melupakan dirinya akan semakin mudah dijalani.
-----ooOoo-----
To be continued..
Sorry, telat update dan singkat pula..
Ada problem yang harus diselesaikan, syukurlah keadaan sudah mulai berangsur-angsur kembali ke arah yang lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilarang Jatuh Cinta! 2
RomanceWARNING!! BERISI KONTEN SENSITIF, DIHARAPKAN TIDAK TERBAWA OLEH EMOSI YANG BERLEBIHAN KETIKA MEMBACA BAGIAN YANG MENYEBABKAN GEJOLAK EMOSIONAL. . . "Hanya ada dua pilihan ketika menjalani cinta beda keyakinan, ganti Tuhan atau ganti pacar. Sesungguh...