ANAYA AISYAH BURHAN

99 5 0
                                    

ANAYA AISYAH BURHAN itu nama ku, nama sederhana yang di berikan oleh mendiang ke dua orang tua ku yang sudah sejak lama pergi menghadap allah.

Sekarang aku duduk termenung di belakang laki laki yang akan segera menjadi suami ku.

Jangan bertanya apakah aku mencintainya karna melihat wajahnya saja aku belum pernah.

Pagi tadi tepat jam 7:00 saat aku masih berada di cafe tempat biasa aku berkerja, tiba-tiba saja ada yang menyeretku keluar dan membawaku ke masjid ini, dalam waktu dua jam, pakaian pelayan cafe ku berubah menjadi gaun pengantin yang Indah berwarna putih gading.

Bertanya sudah ku lakukan dan aku belum mendapat jawabannya, berontak dan berusaha lari sudah aku lakukan tetapi aku berhenti memberontak saat calon ibu mertuaku mengatakan bahwa pernikahan ini amanat terakhir ibu dan ayah ku sebelum kecelakaan tragis itu menimpa mereka.

Dari dulu aku tidak pernah membanggakan kedua orang tuaku sampai mereka meninggalpun hanya luka yang sering aku torehkan, aku selalu memberontak dan berkelahi sampai badanku lebam bila pulang kerumah.

Akhirnya aku berfikir, setidaknya dengan cara aku menyetujui pernikahan ini aku bisa sedikit membanggakan kedua orang tuaku.

Aku berfikir sudah hampir seratus kali untuk memutuskan keputusan yang menyangkut masa depanku, aku takut pernikahan sakral ini nanti di buat suami ku sebagai mainan karna dia tidak mencintai ku.

Aku memandang punggung tegap di depan ku yang sedang mengucapkan ikrar ke pada allah swt.

"SAH"

Kata itu, kata yang tak pernah aku bayangkan akan datang secepat ini, di umurku yang masih 23 dan itu terbilang muda, aku sudah resmi menjadi istri orang.

Tetes demi tetes air mataku mengalir mengingat di momen ini tak ada satu keluargaku yang datang menyaksikan pernikahan ini.

Dalam waktu 3 jam, dari semejak penyeratan paksa dan semua urusan tentang pernikahan selesai dengan kata 'sah' yang baru di ucapkan para saksi pernikahan ku ini.

Mertuaku menuntun ku untuk datang dan bersalaman kepada laki laki yang sudah resmi menjadi suami ku saat ini.

Air mataku masih mengalir saat berjalan ke arahnya, aku tak sanggup melihat wajah suami ku, bukan karna dia jelek aku saja tidak tau wajahnya, hanya kenyataan yang aku terima sehingga sulit bagi ku untuk menatap laki laki yang tengah duduk menghadapku saat ini.

Setelah ku dudukan diriku tepat di hadapannya, dia hanya memandangku. Aku tidak sanggup melihatnya. Sampai sebuah tangan dengan jari telunjuk mengangkat dagu ku untuk menatapnya.

'Tampan ' itu kata pertama yang bisa ku gambarkan saat menatap wajahnya.


























































Tbc....

Makasih yang udah mau baca ff ini.

Maaf bila ada yg kurang berkenan, ini lah cerita saya bila suka silakan nikmati, bila tidak saya tidak memaksa.

Vote dan komen kalo memang suka

Story Of Love//(3G)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang