Part 2

911 104 33
                                    

Cr: minniewonnie

.

.

.

Krist meraih piring sushinya, ia takut orang ini akan mengambil sushi itu darinya. Ia menatap Singto dengan tatapan tajam bercampur takut. Krist mundur dan punggungnya menabrak lemari pendingin dibelakangnya. Singto mengingatkannya pada kejadian tadi dimana ia menembak salah satu anak buah ayahnya menggunakan pistol milik Singto. Krist takut Singto akan membalas perbuatannya tadi.

"Kenapa? Aku tidak akan mengambil sushimu"

Krist menatap Singto dengan tajam seolah ingin membunuh pemuda tampan itu saat ini juga.

"Lagi pula aku sudah mencicipi dan rasanya enaaaak sekali. Tentu saja, aku dan Pa* Nut yang membuatnya"

Krist menatap sushi ditangannya. Pemuda dihadapannya ini bekerja untuk bibinya, apa sushi ini sudah diberi racun? Krist kembali meletakkan sushinya diatas meja. Kemudian meneguk air digelasnya sampai habis.

"Hei kau kenapa?"

"Kau meracuniku" Krist langsung menuduh Singto.

Singto tertawa mendengar tuduhan tak beralasan itu. Meracuni Krist bilang?

"Bagaimana bisa kau menuduhku. Kau tahu, aku bisa melaporkanmu kepolisi karena tuduhan tak beralasanmu itu. Dan untuk apa aku meracunimu eoh? Jika aku ingin membunuhmu, aku bisa langsung menembak kepalamu dengan pistolku"

Sepertinya Singto salah bicara. Krist semakin ketakutan bahkan wajahnya kini terlihat pucat. Mata Krist mulai berkaca-kaca dan sebentar lagi tangisannya akan pecah.

"H-Hei, kenapa kau menangis? Aku hanya bercanda"

"Kau... i-ingin membunuhku"

"Au, kenapa kau selalu menuduhku. Pertama kau menuduhku meracunimu dan sekarang kau menuduhku ingin membunuhmu"

Krist beringsut kesamping kemudian berlari secepat mungkin memasuki kamarnya. Saat ini tidak ada orang yang bisa ia percaya karena semua orang disini dipekerjakan oleh ayah dan bibinya.

Sementara itu Singto tersenyum seperti orang gila melihat sifat aneh tuan mudanya. Menurut Singto, Krist adalah laki-laki menggemaskan yang berwajah manis. Bahkan disaat menangis pun wajahnya tetap manis. Apa yang kau pikirkan Singto?

.

Nyonya Suppasara Sangpotirat, atau yang kita kenal sebagai Bibi Krist, menyesap tehnya dengan anggun. Ia juga ikut ke Kanada karena ia juga berhak atas perusahaan yang dikelola oleh adiknya.

"Kau harus segera mengirimnya ke London"

"Tidak semudah itu. Dia putraku satu-satunya dan tidak mungkin aku mengirimnya kesana. Krist sudah tumbuh dewasa jadi dia berhak menentukan pilihannya"

"Menentukan pilihan sendiri? Apa kau sudah lupa, Krist bermasalah dengan kesehatannya. Jika dia tetap tinggal dirumah itu, lambat-laun semua orang akan tahu kalau dia adalah putramu. Para-para pesaingmu akan memanfaatkannya untuk menjatuhkanmu. Kau harus mengambil tindakan yang tegas. Jangan terlalu memanjakannya karena dia akan besar kepala"

Tuan Sangpotirat tidak menjawab lagi. Ia dilema antara anaknya dan juga martabat keluarga ini. Saat ini biarlah ia menyembunyikan status anaknya dari semua orang, ini semua juga demi kebaikan Krist. Jika orang lain tahu Krist adalah putranya, mereka pasti akan melakukan segala cara untuk melukai Krist. Krist adalah kelemahannya.

.

Krist menuruni tangga secara diam-diam. Meskipun saat ini Phao dan bibinya tidak ada, Krist tetap saja takut. Ia ingin keluar menikmati angin segar tanpa diganggu oleh siapapun. Krist melihat keadaan diluar sana, banyak sekali para penjaga. Krist langsung memasang ekspresi sedih. Tatapan matanya sangat sendu sekali. Padahal ia ingin bermain diluar. Ia bosan selalu berdiam diri didalam kamar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 16, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SMILE AGAIN (REMAKE)Where stories live. Discover now