Warn! Super duper long chapter
.
.
Apa buah dari penantian panjang jika saat kembali tidak ada satu pun yang dapat dimiliki?
Kecewa dan menyesal.
Kepercayaan yang dibangun, keyakinan yang diteguhkan luntur hanya dalam sekejap mata kala menangkap pemandangan menyakitkan hati. Perasaan untuk bertahan tidak lagi sanggup menopang setiap pilar kata yang terucap demi dia yang diharapkan.
Akibat keputusan yang berasal dari ego untuk memenangkan penantian, kini hanya bisa larut dalam penyesalan. Terlalu percaya diri bahwa yang dinanti pasti akan kembali, tetapi kenyataannya hal yang sama tidak pernah terulang lagi, setidaknya untuk Jaemin.
Penantian Jaemin sia-sia, hanya perasaannya saja yang semakin terluka. Pilihannya untuk menyetujui ajakan sang Papih kembali ke Korea adalah salah.
Harapan yang membawanya pulang benar-benar pupus ketika tempatnya telah digantikan. Jaemin ingin egois! Biarkan dia memasang tameng keegoisannya. Apalagi terhadap kata-kata menyakitkan yang membuatnya melepas dan pergi meninggalkan seseorang. Jaemin sudah tidak peduli.
"Jisung ...," panggil Jaemin rendah, "aku punya seseorang yang kusuka dari lama, tapi tidak berakhir baik, aku udah lama nunggu, tapi malah ada orang baru." Hati Jaemin terasa pedih mengingat setiap cuplikan kejadian itu. Dirinya bersedih kala tak ada satu pun yang menyadarinya pergi. "aku ingin dia gak ada di sisi Mark hyung~"
"Mark hyungku~~!"
Jisung mengelus punggung Jaemin yang semakin merunduk. Surai karamel Jaemin basah menutupi wajah sembabnya. Segala curahan yang terpendam begitu lama dan tak pernah diketahui siapa pun akhirnya terkuak pada satu-satunya yang mendengar Jaemin saat ini.
"Maafkan aku hyung~ maafkan aku yang terlambat mengetahui ini...."
Mata Jisung menatap terkejut pada setiap potret yang berisi sang Kakak dan dua pemuda yang saling bertengkar tadi. Foto itu tampak diambil ketika Jaemin masih di sekolah menengah pertama, saat Jisung harus tinggal di China.
Dia pikir kakaknya tidak pernah terpikirkan ingin menjalin romansa, tetapi siapa tahu kalau Jaemin memiliki seseorang yang tidak bisa dilupakan. Jisung menatap tajam dua pemuda yang merangkul bahu Jaeminbahagia. Tapi kenapa harus kakaknya Chenle?
Tiba-tiba ponsel Jisung bergetar, sewaktu namamesra pacarnya muncul di layar, baru kali ini dia sangat kebingungan. Namun, melihat lagi Jaemin yang begitu patah hati, Jisung sepertinya akan mengambil keputusan yang menyakitkan.
"Jisung?"
"Ya, Chenle-ya?" Ada isakan samar di seberang sana, kemudian napas Chenle yang bergetar perlahan terdengar. Tanpa sadar Jisung menahan napasnya.
"A-aku ingin kita b-break...,"
Tangan Jisung mendadak kaku, ponselnya hampir tergelincir begitu saja. Namun, dia berusaha berpegang teguh pada keputusan yang telah diambil. "Begitu ya...."
"Kalau begitu aku juga"
"Aku ingin melindungi hyungku,"
"Aku ingin gegeku bahagia!!"
"Baiklah" Hardikan Chenle menusuk hati Jisung, tetapi dia sangat mengerti itu. Jisung menutup matanya sejenak sebelum mengucapkan kata yang tak pernah dia harap akan datang.
"Kita break...."
Setelah panggilan dari Chenle dimatikan sepihak oleh pemanggil, Jisung merosot di balik dinding kamar Jaemin. Ponselnya dibiarkan terjatuh di lantai sedangkan empunya memandang ke depan kosong. Jisung menahan air mata yang ingin jatuh, dia tidak mau Jaemin tahu tentang keputusannya ini ketika pergi mengangkat telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Dilemme XXX [NoRen] Revisi
Fanfiction"Between a Rock and a Hard place" Dilemme; est un raisonnement qui, partant de la disjonction de deux propositions. Lee Jeno memang masih seorang siswa menengah atas tingkat dua. Usianya sudah mencapai umur kedewasaan tapi dia tidak...