06 | The Park

48 3 0
                                    

There must be a good reason that you're gone


|

Gue sedang berdiri bimbang di depan pintu kamar Woojin dan menimbang sebaiknya gebrak tidaq ya?


Soalnya udah berkali-kali gue gedor pintunya tapi tetep nggak dibukain juga. Dasar buluk, ngambeknya lama banget. Padahal gue kan pengin minta maaf soal insiden snapgram aib itu.


"Ujin, bukain Jin!" Desak gue sambil menggebrak pintu kamar bercat biru ini secara brutal.

Bisa dipastikan rumah Woojin akan runtuh karena gue gebraknya pakai kekuatan super. Hehe. Gadeng.


"Rusuh lo, lo pulang aja sana!" Woojin berseru dari dalam kamar.


Gue menghela nafas. Mencoba bersabar walaupun sejatinya dalam hati gue pengin ceburin bocah buluk itu ke dalam empang berisikan piranha.


"Yaudah deh gue pulang, tapi Ultramilknya gue bawa lagi ya!"


Begitu mendengar nama susu super Ultramilk disebut, si gingsul itu langsung gercep membuka pintu kamarnya. "Yaudah sini masuk!"


Walaupun dia ngomongnya sewot, tapi gue tetep memancarkan aura keceriaan yang gue yakini bisa menambah kadar kecantikan dalam diri gue sehingga tambah mirip sama Emma Watson.


"Nih buat lo!" Gue mengulurkan dua kotak jumbo Ultramilk cokelat yang dia terima dengan raut wajah sok ngambek.


"Tapi gue belum sepenuhnya maafin elo," kata dia dengan tidak tahu dirinya.


Masih bagus gue kasih susu. Tahu gini mending gue kasihnya yang udah kedaluarsa aja biar dia mencret sekalian.


"Nih ya gue jelasin," gue berdehem untuk menjernihkan suara gue agar nyaring mirip Ariana Grande lalu melanjutkan, "masalah gebetan lo yang ngambek itu jelas sepenuhnya bukan salah gue. Lagian, kalau dia bener cinta sama lo, mau elo tidurnya mangap kek, ileran kek, kayang kek, kalau dia cinta ya pasti nggak bakalan ninggalin elo Jin."

Gue menjelaskan menggebu-gebu dengan tangan kanan yang dikepalkan. Mendengar penuturan gue barusan, Woojin langsung termenung.


Bisa dilihat wajah seriusnya itu mengalahkan ekspresi serius para ibu-ibu arisan yang menunggu hasil kocokan diumumkan.


"Lo bener Dan, nggak seharusnya gue lebih mentingin gebetan ketimbang  saudara." Woojin menepuk pundak gue dengan raut wajah penuh haru khas sinetron.


"Nah, itu tahu." Gue mengibaskan rambut gue dengan gaya tengil.

"Hm, sebagai permintaan maaf dari gue karena udah nyuekin lo selama beberapa hari belakangan ini, gimana kalau gue traktir Takoyaki?"


Permintaan maaf ya? Bukannya tadi gue yang niatnya minta maaf sama Woojin? Kenapa sekarang justru dia yang minta maaf sama gue?

Tapi enak juga sih kalau ditraktir Takoyaki. Mana mungkin gue nolak, kan?


Hehe.


____


Niat hati ingin beli Takoyaki, tapi Pak Bambang selaku penjual Takoyaki paling kondang di komplek, hari ini nggak jualan.

Ingin rasanya diri ini mengumpat.


"Gimana kalau beli Seblak?"

"No."

"Es Krim?"

"No."

"Es Kepal Milo?"

"Ew, no."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hold Me Tight [pjm]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang