1. Kookie's New Toy

24.5K 1K 174
                                    

*Mia pov*

Namaku Kim Mia. Banyak orang yang menyebut aku polos, ceroboh, terkadang aku juga disebut bodoh. Bermacam-macam hinaan rasanya sudah pernah aku telan bulat-bulat begitu saja. Aku hanya bisa diam. Kata mereka, orang yang tidak berpindidikan tidak bisa dan tidak boleh melawan.

Aku putus sekolah. Mau bagaimana lagi? Aku terlahir didalam keluarga yang asing dari kata kaya. Ayah bekerja hanya sebagai pegawai kantoran biasa yang selalu lembur, KakakㅡKim Namjoon selalu pulang pergi yang katanya bekerja mencari uang untuk melanjutkan pendidikannya, dan ibu menjual roti didepan rumah. Sampai kemudian, ketika aku masih berumur 8 tahun saat itu, ayah meninggal dunia karena teramat kelelahan sedangkan ibu, nampaknya tak tahan lagi untuk hidup susah dengan kedua anak, ia kabur dengan seorang pria tua berdompet tebal. Aku ingat betul hari itu aku menangis tersedu-sedu sembari memeluk erat kaki ibu. Pria tua kekasih ibu sebut aku menyedihkan.

Mulai dari 3 bulan yang lalu, aku bekerja sebagai pengantar pizza. Gajinya memang tidak besar, tetapi setidaknya pekerjaan itu dapat sedikit membantu untuk menyediakan makanan hangat pada piringku.

Sekarang sudah pukul 10.37 pm.

"Mia? Tolong antarkan sepaket pizza ini." ucap kak JaeㅡSi pembuat pizza ditempatku bekerja. Pizza Planet.

"Oh? Baik, kak." ucapku sambil mengambil sepaket pizza itu.

"Ini alamatnya." ucapnya sembari memberikan aku secarik kertas berisikan alamat yang harus ku tuju.

"Em, inikan sudah malam, apakah tidak apa-apa kalau kau yang mengantarnya?" tanya kak Jae.

"Mau bagaimana lagi, kak? Kakak Daniel, Jumbin, dan Minhyun sedang istirahat. Mereka pasti sangat lelah karena sudah mengantar paket-paket pizza seharian. Lalu, siapa lagi pria yang bisa mengantarkannya? Kak Jae kan hanya pembuat pizza, bukannya pengantar, jadi aku saja." ucapku sambil memakai helmku.

"Tapi, Mia--"

"Tidak apa-apa, kakak."

"Tunggu! Masalahnya, alamat yang kau tuju itu bukan rumah, bukan kantor, ataupun sebuah kafe."

Aku kembali menatap kak Jae.

"Lalu? Sebuah apartemen? Hotel? Motel? Supermarket? Aku sudah biasa mengantar paket pizza ke tempat-tempat seperti itu. Tidak apa-apa."

"Bukan ke tempat-tempat seperti itu. Masalahnya, alamat yang kau tuju itu adalah sebuah kelab malam."

"Eh?!"

Kak Jae terkekeh, lantas kembali berucap,

"Terkejut, kan?"

"A-ah! Tidak apa-apa, kak. I-ini adalah pekerjaanku, tanggung jawabku. Semuanya akan baik-baik saja. Aku yakin sekali. Aku pergi dulu."

"Baiklah, jaga dirimu."

Aku merasa agak sedikit takut. Kelab malam? Ini pertama kalinya aku harus memijakkan kakiku disana. Tapi, mau bagaimana lagi? Ini memang tanggung jawabku. Tidak apa-apa, segalanya akan baik-baik saja, aku percaya itu.

Aku meletakkan sepaket pizza itu di-box bagian belakang motorku. Aku segera menaiki motorku, mengendarainya ke tempat yang aku tuju.

Kelab malam.

*Author pov*

Mia memarkirkan motornya, lalu, mengambil sepaket pizza itu, dan berjalan masuk ke kelab malam yang tadi ia tuju. Entah apa nama kelab malam itu.

Setelah ia masuk, betapa terkejutnya Mia melihat apa saja yang ada di dalam kelab malam itu, banyak wanita dengan pakaian terbuka, bahkan ada yang telanjang. Itu sangat menakutkan bagi Mia. Ada para wanita penari tiang, dan para lelaki yang sedang menonton tarian-tarian aneh itu, membuat Mia semakin merinding saja.

Like Cigarette[M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang