Matahari bersinar terang pagi ini. Hari yang cerah untuk melakukan kegiatan di luar ruangan. Tapi tidak untuk Haechan. Gadis yang biasanya tersenyum secerah matahari, hari ini terlihat redup sinarnya.
Haechan termenung seorang diri di dalam kamarnya, menatap kosong pada undangan pernikahan yang ada di tangannya.
Disana tertulis Mark & Koeun.
Mark, kekasihnya, hari ini akan menikah dengan orang yang telah dijodohkan dengannya.
Bisnis. Satu kata yang melandasi perjodohan Mark dan gadis bernama Koeun. Sebenarnya bukan hanya bisnis, tapi sudah bukan rahasia jika Koeun menyukai Mark Lee. Dan bisnis adalah alasan bagus yang bisa digunakan gadis seperti Koeun untuk mengikat Mark.
Jahat? Ya. Bagi Haechan, mungkin Koeun memang jahat. Tapi Haechan tidak tau. Apakah Mark juga berpikir Koeun jahat pada mereka? Tapi kenapa Mark menerima ini semua? Apa Mark sudah tidak mencintai Haechan? Semua pikiran buruk itu ada di dalam pikiran Haechan sekarang.
Tapi apa yang bisa dilakukan Haechan? Haechan bukan orang sekaya Koeun. Ayahnya hanya pemilik restoran, bukan seperti ayah Koeun yang pemilik perusahaan besar dengan cabang dimana-mana. Tentu saja keluarga Mark akan lebih memilih Koeun sebagai pendamping anak tunggalnya bukan? Setidaknya itu yang dipikirkan Haechan.
"Haechanie?"
Panggilan itu membuyarkan lamunan Haechan.
"Kau yakin akan datang?" Tanya Jeno dengan nada khawatir.
"Ya, tentu saja. Paman Henry mengundangku. Tentu aku akan datang," Haechan tersenyum berusaha menenangkan Jeno.
Tapi Jeno tau semua itu palsu. Haechan tidak akan bisa menipu Jeno. Jeno dan Haechan telah berbagi tahun di dalam perut ibu mereka selama 9 bulan. Jeno bisa merasakan apa yang dirasakan Haechan saat ini dan ia tau kapan adiknya ini jujur dan berbohong. Jeno ingin marah pada Mark, tapi Jeno tau ini bukan keinginan Mark. Yang Jeno tau, Haechan dan Mark sama-sama hancur hari ini.
*****************
Haechan berjalan pelan memasuki gereja dimana Mark dan Koeun akan menikah. Ia menundukkan wajahnya dan segera berjalan menuju sisi ruangan yang tampak sepi. Dari tempatnya berdiri sekarang, Haechan bisa melihat teman-teman Mark, keluarga Mark, dan tentu saja keluarga Koeun. Mereka memiliki ekspresi yang berbeda-beda. Teman-teman Mark terlihat diam, keluarga Koeun tampak bahagia, dan Haechan tidak tau apa yang dipikirkan oleh keluarga Mark karena mereka tidak bisa ditebak, sama seperti Mark.
Sungguh ia berharap tidak ada seorang pun yang menyadari kehadirannya di pernikahan Mark. Tapi sayangnya, Irene, kakak dari Koeun melihat ke arah Haechan dan seketika itu juga ia berjalan untuk menemuinya.
"Kau pasti Haechan. Benar?" Irene berbicara dengan nada yang ramah.
Haechan hanya mengangguk membenarkan dan ikut tersenyum ramah pada Irene.
"Aku sudah mendengar tentangmu dari Taeyong dan Joy. Ini pasti berat untukmu. Maafkan aku atas nama adikku," Irene terlihat benar-benar menyesal.
"Tidak. Aku baik-baik saja. Aku bisa melewati ini," Haechan tersenyum meyakinkan Irene. Meskipun sesungguhnya kata-kata yang keluar dari mulutnya untuk meyakinkan diri sendiri agar ia bisa melewati semua ini.
"Kau ingin kuantar menemui Koeun? Entahlah, kurasa kau ingin mengatakan sesuatu kepadanya,"
"Emmm, ya. Tentu. Aku harus mengucapkan selamat secara langsung padanya. Aku sudah berjanji pada Koeun sebelumnya," Haechan masih mengingatnya. Ketika Koeun dengan marah mengatakan pada Haechan bahwa suatu saat ia bisa merebut Mark dari Haechan. Dan Koeun mengatakan bahwa Haechan harus menemui Koeun untuk mengucapkan selamat jika Koeun berhasil merebut Mark darinya.