Aku ingin menjadi teman dekatmu, sebagai awal dari perjuanganku.
Tapi aku tak tau apa kamu juga menginginkan hal itu.
Kurasa tidak."Sore limbadd.." Sapa Zio dengan senyum mengembang di wajah tampannya
"Ngapain lo kesini?" Ketus Ziva
"Ziva kok gitu sih sama temen nya, kalo temen main itu hargain dong." Ucap Sinta
Ziva hanya memutar bola matanya malas. Dia merasa kesal dengan Zio yang terus mengganggu nya.
"Tante.." Panggil Zio
"Iyaa kenapa?" Tanya Sinta lembut
"Zio mau ngajak Ziva main." Izin Zio
"Gue ga mau." Sambung Ziva dengan nada ketus nya
"Oohh boleh kok boleh. Asal jangan kemalaman. Tau waktu aja." Ucap Sinta
"Siap tante." Zio bersemangat
"Gue ga mau." Ketus Ziva
"Gue mohon sama lo. Mau ya.." Zio memelas
"Kasian tuh temen kamu ziva, jangan gitu dong." Ucap Sinta
"Tapi mah.." Ziva tak terima
"Gue mohon lo mau ya.. sebentar aja ga bakal lama." Potong Zio
"Udah sana Ziva.." Ucap Sinta
Akhirnya Ziva mau menerima ajakan Zio meskipun dia terpaksa.
Zio pun memanfaat kan momen ini untuk minta maaf kepada Ziva.Dalam mobil
Sepertinya suara jarum jatuh pun akan terdengar.Begitu menegangkan suasana saat ini seolah sedang memanjat tebing curam.
Tak terdengar suara apapun dari Zio maupun Ziva.
Hanya deruman mobil yang sedang melaju di jalan aspal mulus yang terdengar.Hingga tak terasa mereka sudah sampai ke tujuan.
Sebuah tempat yang sejuk dan indah pemandangan nya. Disana banyak pohon2 rindang dan 1 tempat yang membuat Ziva tidak lepas dari penglihatannya. Ziva sangat tertarik pada tempat itu, rumah pohon.
"Gue ngajak lo kesini sebagai permintaan maaf gue. Gue tau kalo gue salah karna sering ganggu lo dan jahilin lo. Tapi jujur gue ga bermaksud gitu, gue cuma pengen lo itu ketawa atau setidaknya senyum." Ucap Zio sambil menggenggam tangan Ziva
"Gue mohon sama lo jangan trus diem kaya gini. Senyum lo itu manis" Ucap Zio
Entah mengapa Ziva merasakan sesuatu yang aneh. Dia merasa jantung nya seperti ramai. Dia salah tingkah sendiri setelah Zio mengatakan hal itu. Tapi dia tetap menutupi dengan sikap dinginnya.
"Zivaa.." Panggil Zio
Ziva pun menoleh tanpa bicara
"Lo mau kan.." Zio menggangtungkan ucapan nya
"Lo mau kan jadi temen deket gue." Ucap Zio
"Hmm maaf gue gak bisa. Kita tetep temenan tapi ga deket." Jawab Ziva datar
Ziva pun hanya terus terdiam.
"Hmm yaudah gapapa." Ucap Zio sambil tersenyum hambar
"Ziva senyum dong." Zio mencoba terlihat biasa
Ziva pun tersenyum simpul.
"Lo manis kalo senyum. Jangan diem lagi ya." Ucap Zio
Ziva pun kembali merasakan hal yang sama. Jantung nya seperti lari di tempat.
"Ayoo kita ke rumah pohon.." Zio menarik tangan Ziva lembut
"Gimana tempat nya?" Tanya Zio yang membuat Ziva sadar dari lamunan nya
"Bagus." Jawab Ziva singkat
"Lo suka ga?" Tanya Zio lagi
"Suka kok." Jawab Ziva singkat
"Bagus deh. Kalo gitu ambil ini." Zio memberikan kayu yang di ujung nya lancip.
"Buat apa?" Tanya Ziva
"Tulis nama gue di pohon ini dan gue akan nulis nama lo di pohon ini. Suatu saat ini akan jadi kenangan yang indah." Ucap Zio dengan senyuman tulus
Lo bener zi, ini hanya akan jadi kenangan buat kita setelah gue pergi-ziva
"Kok diem aja... cepet tulis!" Ucap Zio
Ziva pun mengangguk dan mulai menulis nama Zio di pohon tersebut. Begitu pun dengan Zio yang menulis nama Ziva.
"Thanks ya Ziv buat segalanya." Ucap Zio sambil tersenyum
Sekarang gue tau jawabannya.-Zio
Hallo guys..
Gimana sama ceritanya?
Jangan lupa vote dan commentnya
TerimakasihLove u guys❤
KAMU SEDANG MEMBACA
BEKU
Teen FictionDingin bukanlah sebuah sifat melainkan sikap. Terkadang seseorang sering kali salah mengartikan. Entah keadaan yang membuat gadis cantik ini dingin atau sebuah hati yang memaksanya untuk bersikap dingin. Apakah ada seseorang yang mau memperjuangkan...