Cemburu

28 3 0
                                    

Setelah beberapa hari dari kejadian di rumah pohon, Ziva dan Zio menjadi agak dekat. Meskipun Ziva irit ngomong tapi Zio selalu berusaha menghibur Ziva.

Ziva juga menjadi terbiasa dengan panggilan-panggilan aneh dari Zio.
Zio sering kali memanggil Ziva dengan sebutan limbad.

"Assalamualaikum tante.." Salam Zio kala berada di ambang pintu rumah Ziva

"Ehh Zio.. masuk sini" Ucap Sinta dengan senyum hangat

"Limbad nya.. eh maksudnya Ziva, ada ga tante?" Tanya Zio

"Tunggu aja di ruang tamu, Ziva nya lagi siap-siap." Ucap Sinta

"Oke tante." Ucap Zio

"Mah, Ziva berangkat." Ziva menyalimi punggung tangan mamanya, begitupun Zio

"Assalamualaikum." Ucap Ziva dan Zio bersamaan

Mereka pun berangkat ke sekolah.

"Udah sampe limbad.." Ucap Zio dengan nada sok lembut

Zio dan Ziva berjalan beriringan di sepanjang koridor untuk menuju kelasnya, tiba-tiba langkahnya terhenti ketika ada seseorang yang memanggil nama Ziva.

"Zivaa.."

Zio dan Ziva pun menoleh ke arah sumber suara

"Pagii Ziva.." Sapa Farel

"Semua orang juga tau kalo sekarang itu pagi." Ketus Zio

Ziva menyikut lengan Zio.

"Zivaa nanti siang ke perpus ya, kita belajar bareng. Gue pamit ke kelas dulu." Ucap Farel sambil berlalu pergi

Ziva hanya mengangguk.
Sambil melanjutkan langkah nya untuk pergi ke kelas.

"Limbadd.."

"Lo mau belajar sama dia?"

"Lo kapan kenal nya sama dia?"

"Kok bisa sih limbad?"

"Lo ga cerita sama gue." Zio

"Berisik." Jawab Ziva

"Lo cerita dulu sama gue limbad.." Protes Zio

"Cerita dulu.." Zio menghalangi jalan Ziva

"Ribet banget sih lo." Kesal Ziva

"Makannya cerita dulu limbad.." Bujuk Zio

"Lo tau kan gue disuruh bu Rina wakilin kelas 10 buat lomba bahasa indonesia. Kak Farel itu wakilin kelas 12." Jelas Ziva

"Emang nya harus ya belajar sama dia?" Kesal Zio

"Ga juga." Jawab Ziva dingin

"Kenapa lo mau belajar sama dia limbad??" Tanya Zio

"Lo banyak nanya. Mending kita ke kelas." Ucap Ziva sambil berjalan menuju kelas nya

"Gue ikut kalo lo belajar sama dia." Ucap Zio

"Ngapain?" Tanya Ziva kaget dengan permintaan Zio

"Pokonya gue ikut." Ucap Zio sambil berjalan mendahului Ziva

Perpustakaan
"Inget ya Ziv kalo buat puisi nya harus bisa menyentuh dan yang paling terpenting harus pake rima." Ucap Farel

"Contoh nya kaya gini
Cinta begitu membutakanku
Selalu ada hasrat ingin memiliki
Hatiku selalu mengeretak jiwa ini
Ragaku tak kuasa menahan diri
Sebab sukma telah merasuk kalbuku
Aku amat begitu menginginkanmu.."

"Puisi kaya gitu mah udah biasa." Potong Zio yang sedang bersandar di rak buku

"Itumah puisi modus.." Ucap Zio sambil duduk di bangku samping Ziva

"Kalo lo ga ngerti diem aja." Kesal Farel

"Kata siapa gue ga ngerti.. Lo bisa kan ajarin dia puisi lain gausah modus deh lo." Ucap Zio dengan wajah sinis

"Gue ga modus. Gue cuma ngasih contoh." Jawab Farel sedikit kesal

"Udah ga usah ribut." Tegas Ziva

"Gue ga suka ya limbad kalo lo di modusin sama dia?" Ucap Zio

"Gue ga modusin cuma ngasih contoh." Kesal Farel

"Ga usah ngelak. Gue tau lo itu modus sama dia." Sambung Zio

"Emang lo siapanya dia?" Ucap Farel yang membuat Zio diam seribu bahasa

Zio merasa hatinya mencelos saat itu juga.

"Gu-gue te-temen nya dia. Gue ga suka aja kalo temen gue di modusin." Jawab Zio dengan tatapan sinis nya

"Kita liat aja nanti siapa yang bisa naklukin hati seorang Ziva.." Bisik Farel yang membuat Zio geram

"Oke Ziv, kita lanjutin lagi ya belajarnya." Ucap Farel

Ziva pun mengangguk.
Zio hanya duduk sambil melihat mereka dengan tatapan tak suka.

Zio tak terima jika ada yang mendekati Ziva, ralat laki-laki lain sebab ia cemburu. Meskipun tak ada hak tapi ia tetap manusia biasa yang punya rasa. Apalagi terlihat jelas bahwa orang itu tidak tulus terhadap Ziva.














Hallo guys..
Gimana sama ceritanya?
Jangan lupa vote dan commentnya
Terimakasih

Love u guys

BEKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang