19. PENYANGKALAN

48 5 0
                                    

*Cerita ini memiliki hak cipta ©All Rights Reserved by zeriandrifin. So, don't you dare to plagiarize this story. Or, you will know the consequences.

*Picture of this part by The Heirs K-Drama Series Movie.

Bel pintu rumah berbunyi, aku segera membukanya dengan cepat. Sengaja aku daritadi sudah bersantai di ruang tamu sambil bermain ponsel agar bisa langsung menerima paket sepatu pembelian Zac tadi.

Benar saja, saat kubuka pintu rumah ternyata sudah ada petugas pengantar barang membawa sebuah kotak yang sudah terbungkus rapi bertuliskan amazon.com. Kuterima paket itu dan menandatangani berkas yang dibawa oleh petugasnya. Setelah berhasil kudapatkan kotak itu, aku langsung berlari menuju kamar karena tidak sabar untuk segera membukanya.

Sesampainya di kamar, tanpa basa-basi aku langsung membukanya. Aku sangat senang sekali. Zac membelikanku sepatu sneakers Nike original berwarna biru muda kesukaanku. Ku peluk sepatu itu karena sepatunya memang benar-benar keren. Aku mencoba sepatu itu dan melihat ke cermin ternyata sangat cocok denganku. Thank you Zac!!

Ku ambil sepatu sneakers Adidas milik Zac yang dipinjamkannya padaku tadi, rencananya mau aku kembalikan. Akhirnya aku mengetuk pintu rahasia.

"Helloo.... Zac..." teriakku sambil mengetuk pintu rahasia.

"Come on in." Teriak Zac menyuruhku masuk saja.

Aku perlahan memasuki kamar Zac melalui pintu rahasia. Ku dengar samar-samar suara petikan gitar yang bersenandung merdu. Aku yakin pasti ini Zac yang lagi main gitar. Saat ku masuk ke kamar tidurnya ternyata benar, Zac sedang memainkan gitar dengan asyiknya.

"Zac, sepatu mu aku kembalikan. Makasih ya..." ucapku.

"Iya, sama-sama." Jawab Zac sambil terus memainkan gitarnya.

"Ku taruh mana ini?" tanyaku sambil tengok kanan dan kiri bingung mau kutaruh mana sepatu ini.

"Taruh situ aja." Jawab Zac sambil menunjukkan ke rak sebelah pintu kamarnya.

Setelah ku menaruh sepatu Zac di rak yang ditunjukkannya tadi, Zac tiba-tiba langsung berdiri dan memegang kedua lenganku dengan maksud menyuruhku duduk di tempat tidurnya. Kemudian Zac menarik kursi yang sebelumnya di dekat jendela dan dibawanya mendekat ke tempat tidurnya tepat di depan hadapanku.

Zac dengan sengaja mengapitkan kedua kakinya pada kakiku sehingga aku tidak bisa bergerak bebas. Dan pastinya tidak bisa membuatku pergi kemana-mana. Zac mulai memetik senar gitarnya lagi. Zac menyanyikan lagu Perfect – Ed Sheeran. Suara khas Zac yang lembut, begitu nyaman dan merdu di dengar. Aku sangat asyik menikmati nyanyian Zac beserta iringan gitarnya begitu harmonis terdengar di telinga. Tanpa sadar pun aku juga ikut menyanyikan lagu bersamanya.

"... darling you look perfect tonight." Zac menyanyikan lagu Perfect – Ed Sheeran sambil menatap ke arahku.

Aku benar-benar menjadi salah tingkah. Aku hanya menunduk. Yang awalnya aku antusias menyanyi bareng Zac kemudian aku hanya bisa tertunduk malu.

Zac tiba-tiba menghentikan nyanyiannya. Zac berhenti memainkan gitarnya. Dia memegang daguku sehingga wajahku mendongak ke arahnya. Aku sangat grogi sekali. Lebih grogi daripada harus disuruh maju ke depan kelas untuk presentasi mata pelajaran. Napasku semakin cepat dan detak jantungku pun juga semakin cepat. Wajah Zac semakin mendekat ke arah wajahku. Aku hanya terdiam terpaku. Aku memejamkan mataku, sedangkan wajah Zac semakin mendekat dan mendekat. Hingga bibirnya menyatu dengan bibirku. Aku tanpa sadar justru membalas ciumannya hingga berlangsung beberapa detik. Kutaruh kedua telapak tanganku di samping kepala Zac. Sampai aku tersadar kalau yang aku lakukan ini salah. SALAH BESAR!

Dengan segera aku menghentikan adegan ini. Aku langsung menjauhkan wajahku dari Zac. Aku spontan menampar Zac walaupun tamparannya tidak begitu keras. Karena aku sendiri sebenarnya tidak tega dan aku gak tahu kenapa aku menamparnya. Hanya saja aku merasa ini semua salah. Salah besar. Aku bingung sekali.

Zac terlihat linglung karena tak paham dengan tindakanku. Dia hanya bisa melongo melihat ke arahku.

"Zac! Ini semua salah! SALAH BESAR!" ucapku kepada Zac.

"Why? Kenapa salah?" Zac bingung dengan pernyataanku.

"Kita saudara, kamu kakakku. Kita gak seharusnya gini." Ucapku.

"Kamu anak angkat Amanda, apa aku salah kalau aku cinta kamu?" protes Zac.

"Gak bisa Zac. Gak se-simple itu. Aku gak bisa." Aku gelagapan bingung memberikan alasan yang tepat.

"Kamu juga cinta sama aku kan?" tanya Zac.

Aku hanya diam saja sambil gelagapan.

"Jawab Amanda!" pinta Zac tegas.

"Gak Zac. Aku gak cinta sama kamu! Kita saudara. Titik! Aku gak mau nyakitin hati Mommy dan Daddy yang udah baik sama aku selama ini." Jelasku dengan mata berkaca-kaca. Karena aku tahu itu hanya bohong, semua perkataanku hanya bohong. Itu semua tidak sesuai dari lubuk hati terdalamku.

"Gak mungkin... gak mungkin..." ucap Zac sambil tertawa memaksa.

"Gak mungkin. Kalo kamu gak cinta, kenapa kamu membalas ciumanku?" lanjut Zac.

"Gak Zac. Tadi hanya insiden." Belaku.

"Oke kalo gitu." Ucap Zac dengan nada yang awalnya meninggi berubah jadi rendah.

Zac kemudian menarik lenganku dan menggeretku untuk keluar dari kamarnya. Sesampai di pintu rahasia, di menyuruhku keluar dari kamarnya. Dan aku pun berjalan perlahan keluar dari kamarnya dengan hati yang sangat sedih. Setelah aku keluar dari kamarnya, dia menutup pintu rahasia dengan keras sampai aku terkaget.

Malam ini, aku benar-benar gundah sampai aku tidak bisa tidur. Aku heran dengan diriku sendiri. Aku bingung. Aku dilema. Aku tak tahu harus berbuat apa di kondisi seperti ini. Jujur, aku nyaman sekali dengan Zac. Dan aku juga merasa sangat aman bila berada di sisi Zac. Tapi aku bingung apakah yang aku rasakan ini salah? Apakah ini yang namanya cinta? Aku tak paham karena aku tak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta sebelumnya. Aku takut yang aku rasakan ini hanya sekadar rasa sayang terhadap saudara saja. Makanya aku tidak mau menanggapi ungkapan cinta dari Zac. Semoga saja kalian bisa memahami kondisiku saat ini seperti apa.

Sebenarnya aku juga tak menyangka kalau Zac ternyata mencintaiku. Apakah aku salah jika membalas cintanya dengan tamparan tadi? Aku jadi semakin merasa bersalah. Aku terus memikirkan hal itu sepanjang malam.

***

*Terima kasih sudah membaca. Silahkan baca bab selanjutnya. Dan jangan lupa beri masukan ya... :)

ADOPTED: Love Me, Then.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang