20. MENJAUH

41 5 0
                                    

*Cerita ini memiliki hak cipta ©All Rights Reserved by zeriandrifin. So, don't you dare to plagiarize this story. Or, you will know the consequences.

*Picture of this part by www.ela-e-ele.com

Keesokan harinya, aku menjadi sangat canggung dengan Zac. Ketika sarapan, aku hanya diam saja. Pun juga dengan Zac. Di dalam mobil, Lena hanya mengoceh seorang diri mengenai outfitnya hari ini. Sedangkan aku dan Zac masih tetap diam saja. Zac mulai bersikap dingin kembali padaku. Ingin sekali rasanya aku meminta maaf kepadanya. Tapi aku tak berani berucap. Memanggil namanya saja aku masih tak sanggup.

Sampai malam hari, aku masih belum membuka pembicaraan satu kata pun dengan Zac. Ingin ku ketuk pintu rahasia, tapi kuurungkan lagi niatku. Begitu terus sampai berkali-kali. Aku sendiri sebenarnya sudah lelah melihat kelakuanku seperti itu daritadi.

Kulihat jam dinding kamarku menunjukkan pukul 9 malam. Ku dengan samar-samar suara mobil di depan rumah. Ku berlari melihat ke arah jendela kamarku dan ternyata ada mobil Volvo berwarna putih yang sedang berhenti di depan rumah. Aku penasaran siapa yang ada di dalamnya. Karena aku tak pernah melihat mobil itu sebelumnya.

Tak lama kemudian ternyata Zac datang menghampiri mobil itu. Seorang cewek keluar dari mobil itu dan menyambut Zac dengan senyuman hangat. Aku hanya bisa melongo melihat mereka berdua dari balik jendela kamarku yang ada di lantai dua. Aku sepertinya kenal cewek itu. Cewek kelas sebelah yang biasanya sering menyapa Zac. Tapi aku tak kenal dan tak tahu namanya siapa. Bahkan kalau aku lihat, ketika cewek itu menyapa Zac tapi respon Zac biasanya cuek-cuek aja tuh! Tapi kenapa malam ini dia mau keluar sama itu cewek ya? Aku mendadak jadi penasaran sekaligus kesal.

Zac memasuki mobil itu. Dan mobilnya pun melaju menjauhi rumah. Aku masih diliputi rasa penasaran yang begitu hebatnya. Memangnya mereka mau pergi kemana? Apa mereka pergi berkencan? Secepat itukah Zac melupakan aku? Katanya dia cinta sama aku? Dasar buaya darat! Aku makin kesal. Aku juga tidak tahu kenapa aku jadi sangat kesal, padahal kan aku udah bilang ke dia kalau aku gak cinta sama dia. Ugh!

***

Aku mencoba sekuat tenaga untuk fokus pada buku sastra Inggris yang sedang aku pelajari malam ini. Tapi kenapa daritadi aku tak bisa fokus. Mataku selalu menatap ke arah detak jarum jam. Aku mondar-mandir dalam kamar sambil mengintip keluar arah jendela berharap Zac segera pulang. Tapi, nyatanya Zac tak kunjung datang juga. Aku makin gelisah.

Saking gelisahnya, aku segera turun ke bawah untuk menenangkan diri dengan meminum air mineral di dapur. Aku mengambil botol air mineral dan kutuangkan dalam gelas. Ku minum air mineral itu sambil ku duduk di ruang makan. Tak kuduga ternyata ada Daddy yang juga menuju dapur untuk mengambil air mineral.

"Eh Daddy." Ucapku menyapa.

"Amanda kok belum tidur?" tanya Daddy sambil sibuk menuangkan botol air mineral dalam gelas.

"Iya Dad. Lagi belajar buat besok." Jawabku sambil meminum air mineral dalam gelas.

"Anak pintar. Baguslah." Daddy menghampiriku dan ikut duduk di meja makan.

"Daddy kenapa belum tidur juga?" tanyaku basa-basi.

"Daddy kalau tidur biasanya jam 3 pagi. Ini masih nyelesaikan pekerjaan dulu." Jawabnya enteng.

Kemudian suasana menjadi hening karena aku juga bingung mau basa-basi apa lagi.

"Amanda..." lanjut Daddy memecah keheningan.

"Iya, Dad?" sahutku.

"Amanda ada apa sama Jason?" tanya Daddy serius.

"Hah? Gak ada apa-apa Dad. Haha..." jawabku sambil ketawa kecil.

"Bukan pacar?" Daddy memastikan.

"Dad... Jason itu cuman teman." Aku menenangkan Daddy sambil tertawa kecil.

"Baguslah, soalnya dia sepertinya gak baik buat kamu." Ucap Daddy serius.

"Kalau Zac?" lanjut Daddy.

Aku mendadak tersedak air mineral yang sedang kuminum. Suasana menjadi hening sejenak. Kemudian aku memaksa diri untuk tertawa kecil di depan Daddy.

"Zac tetep nyebelin Dad, haha." Ucapku berusaha tenang. Aku masih bingung kenapa Daddy tanya soal Zac sih!

"Baguslah. Ingat Amanda, kamu sama dia itu saudara ya." Ucap Daddy sambil memegang tanganku.

Aku pun membalas memegang tangan Daddy dengan erat sambil tersenyum ke arahnya. Tiba-tiba Daddy memegang kepalaku dan merapikan rambutku. Aku jadi merasa canggung. Daripada aku terus merasa aneh dan kaku, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke kamar.

"Aku balik belajar ke kamar dulu ya, Dad." Ucapku gelagapan dan segera beranjak dari dapur menuju ke kamar. Aku berjalan begitu saja tanpa melihat ke arah Daddy karena merasa canggung.

"Amanda, Daddy sama Mommy besok pagi pergi ke San Fransisco seharian. Mungkin balik lusa. Jaga diri ya di rumah. Bilangin ke Zac dan Lena." Ucap Daddy.

"Iya Dad, hati-hati ya..." ucapku sambil menoleh ke Daddy sebentar lalu berjalan kembali menuju kamar.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Tapi ku tengok ke luar jendela kamar masih belum menunjukkan tanda-tanda Zac sudah pulang. Aku sudah lelah sekali menunggu Zac untuk pulang. Keluar dari jam 9 malam sampai jam 12 malam, tapi belum pulang juga.

Aku berjalan menuju ke kamar Lena. Ku ketuk pintu kamar Lena berulang kali tapi tak kunjung ada jawaban. Sampai akhirnya aku menggunakan telapak tanganku untuk menggebrak kamar Lena agar Lena segera keluar. Kucoba gerakkan ganggang pintu kamar Lena tetapi rupanya dikunci olehnya. Kugebrak sekali lagi dan ternyata Lena keluar dengan rambut yang acak-acakan dan wajah yang masih memakai masker.

"Apaan sih?!?" ucap Lena kesal kepadaku. Dengan mata yang masih sayu sepertinya dia baru saja bangun tidur.

"Lena, kamu tau Zac keluar kemana kok sampai sekarang belum pulang?" tanyaku cemas.

"Mana aku tahu, Amanda!!! Aku kira ada hal penting apa. Kak Zac udah gede! Wajar jam segini belum pulang." Jawab Lena kesal dan seketika menutup pintu kamarnya begitu saja padahal aku masih di depan kamarnya.

Aku kembali ke kamarku dengan rasa cemas yang masih bergejolak dalam hati. Ku rebahkan badanku ke sofa kamar karena sudah capek tadi mondar-mandir hanya untuk mencemaskan Zac. "Bener juga kata Lena. Dia kan udah gede! Bisa jaga diri lah!" gerutuku. "Tapi, kalau dia ada apa-apa sama cewek lain gimana?" gerutuku lagi makin cemas. Ku tatap langit-langit kamarku sambil mendengarkan lagu Flicker-nya Niall Horan di aplikasi Spotify dalam Iphone ku. Tak kusadari aku telah hanyut dalam lagunya. Mataku menjadi begitu berat dan perlahan aku memejamkan mata sampai akhirnya aku terlelap dalam tidurku.

***

*Terima kasih sudah membaca. Silahkan baca bab selanjutnya. Dan jangan lupa beri masukan ya... :)

ADOPTED: Love Me, Then.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang