21. JEALOUS

50 5 0
                                    

*Cerita ini memiliki hak cipta ©All Rights Reserved by zeriandrifin. So, don't you dare to plagiarize this story. Or, you will know the consequences.

*Picture of this part by Pinterest.

Ku terbangun karena silau cahaya matahari yang menembus jendela kamarku dengan terangnya. Kulihat earphone masih terpasang di telingaku semalaman. Ku bereskan kamar tidurku agar rapi kembali. Namun seketika aku langsung teringat akan sesuatu. Aku lupa kalau semalam aku telah ketiduran!

ZAC! Apa dia sudah pulang? Kemarin pulang jam berapa? Aku mendadak panik. Aku segera mengetuk pintu rahasia.

"ZAC... ZAC... ZAC..." teriakku.

Kuketuk sampai berpuluh-puluh kali tapi tak kunjung keluar juga. Akhirnya aku bergegas menuju kamar Lena. Ku gebrak-gebrak pintu Lena dengan kedua telapak tanganku. Tapi tak kunjung ada jawaban juga. Akhirnya aku bergegas turun untuk mencari keberadaan mereka.

Saat ku menuruni tangga, ku dengar samar-samar suara teriakan dan tawa dari halaman belakang. Ku berlari ke halaman belakang. Benar saja, ternyata ada Zac dan Lena yang sedang asyik berenang bersama. Aku seketika menghela napas karena lega akhirnya Zac sudah pulang dan kembali dengan selamat. Tapi tetap saja aku masih penasaran dengan apa yang dia lakukan kemarin malam bersama cewek itu.

"Morning, Amanda..." ucap Lena sambil tertawa riang ke arahku.

Aku hanya membalas Lena dengan senyuman. Sedangkan kulihat Zac enggan melihat ke wajahku. Dia malah asyik berenang. Duh, anak ini benar-benar bikin suasana makin canggung aja!

"Oiya, Mommy sama Daddy katanya hari ini pergi ke San Fransisco. Balik besok." Ujarku sesuai dengan pesan Daddy kemarin malam.

"Are you serious??? Really??? YEAAAHHH!!! Party tonight!!!" teriak Lena kegirangan sambil menggoyang-goyangkan badannya di kolam renang.

Aku hanya tertawa melihat kelakuan Lena. Kulihat Zac mulai keluar dari kolam renang dan menuju ke arahku. Mataku seketika mendelik melihat ke arah Zac yang hanya menggunakan celana renang ketat dan bertelanjang dada. Betul seperti yang aku duga, badannya cukup atletis untuk remaja yang masih berumur 17 tahunan. Entah kenapa aku jadi terhipnotis seketika. Untungnya aku segera tersadar dan berusaha memalingkan pandangan ke arah selainnya.

"Minggir!" ucap Zac sambil menggerakkan telapan tangannya tanda menyuruhku minggir.

Aku tersadar kalau memang aku sedang berdiri di tengah pintu kaca belakang rumah. Sontak aku langsung mundur beberapa langkah agar Zac bisa masuk ke dalam rumah.

Zac berjalan memasuki rumah dengan gaya angkuhnya. Ingin sekali aku ngobrol dengannya. Tapi entah kenapa mulutku terasa kaku. Tapi kali ini aku benar-benar memberanikan diri.

"Zac..." panggilku gelagapan.

Zac kemudian menoleh dan membalikkan badannya perlahan berjalan mendekatiku. Zac berdiri tepat di hadapanku.

"Zac... kamu... kemarin...pergi kemana?" tanyaku dengan tersendat-sendat.

Zac diam sejenak.

"Bukan urusanmu." Jawab Zac cepat dan dengan nada datar kemudian membalikkan badannya berjalan menjauhiku.

Benar-benar ngeselin banget sih Zac. Aku kan peduli, responnya dia kok ketus banget! Aku semakin kesal. Akhirnya kuputuskan untuk tidak ikut campur urusan Zac lagi. Nanti malah ujung-ujungnya, dia ketus lagi sama aku.

Emosiku makin jadi gak karuan semenjak Zac menyatakan cinta. Aku tahu itu salah. Tapi mau gimana lagi? Aku suka, aku nyaman, aku cinta Zac juga! Tapi, akan menjadi hubungan macam apa kalau aku dan Zac pacaran? Aku takut hubunganku dengan keluarga Nielsmenn akan hancur. Pun belum tentu juga Zac selamanya akan mencintaiku. Kesempatanku satu-satunya untuk bisa menggapai mimpi di Amerika akan hancur begitu saja hanya karena cinta? Aku takut. Aku benar-benar mati langkah. Tapi untuk sekarang ini, aku hanya bisa menahan. Aku hanya bisa diam. Dan aku hanya bisa mengamati keadaan. Aku masih belum berani bersikap lebih jauh walaupun Zac sudah menyatakan perasaannya lebih dulu.

ADOPTED: Love Me, Then.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang