Siangnya, aku ngembaliin barang punya tante. Bareng sama mereka lagi.
Ya mereka; nakyung, jaemin, haechan.
Aku sama haechan lagi, dan udah gak terlalu canggung.
Yang bikin canggung tuh malah termos besar yang tadi dibuat tempat nasi kuning! Kesel banget. Mana gede, jadi terpaksa aku taruh diantara aku sama haechan.
Pas setengah jalan, langit mulai mendung gelap. Lalu ada gerimis.
Aku merapatkan diri dong ke termos tadi. Ya gabisa nempel ke haechan soalnya.
"Nas, hujan nih gimana?"
"Apanya?"
"Gue gak bawa jas hujan. Gapapa ini terobos aja?"
Aku mengangguk. "Gapapa. Bentar lagi paling sampe"
Haechan menegakkan tubuhnya. "Lo agak nempel gue aja biar gak basah kena hujan"
Aku rasanya mau langsung ngelempar termos yang jadi penghalang saat ini. Untung aja aku inget itu punya tanteku.
"Chan... gabisa"
"Kenapa?"
"Ini termosnya???"
Haechan terkekeh lalu tangannya kayak mencari tangan gue gitu. "Yaudah sini pegangan aja yang kenceng. Gue mau ngebut"
Aku menurutinya.
TUHKAN HATIKU GOYAH LAGI. AH HAECHAN SIH!
🌱
"Beli es dulu yok?" Kata jaemin.
"Ck ah mendung itu," kataku mengingatkan.
Jaemin langsung cemberut.
"Pengen kacang hijau deh. Beli itu aja yuk?" Kali ini nakyung yang ajak.
Haechan menggeleng. "Wahai kawanku, ini duit kelas. Jadi tahan nafsu kalian, ayo ke sekolah. Ini udah jam pulang"
Kita semua cemberut dan menuruti haechan. Aku naik ke motornya lagi, kali ini gak ada penghalang.
"Nas, mau mampir beli es?"
"Tadi katanya gak boleh?"
Haechan terkekeh. "Kalo pake uang kelas ya gak boleh"
"Yaudah"
"Ini pake uang gue. Jadi boleh. Mau?"
Aku menahan-nahan supaya gak ambyar ditengah jalan begini. Bodo amat jaemin sama nakyung udah ngebut duluan.
Fyi, jaemin pake motor nakyung karena nakyung gak mau naik cbr. Mending matic katanya.
"Mau gak nas? Mumpung masih jauh dari sekolah," tawarnya.
Aku sebenrnya udah mau. Tapi mengurungkan niat karena inget pesan ayah. Gak boleh minum es, suaraku nanti serak.
"Gak usah deh. Langsung ke sekolah aja, chan"
Akhirnya ya motornya haechan melaju ke sekolah, disertai genangan air di jalanan bekas hujan tadi.
🌱
"Eh, berduaan lagi?" Sapa anak kelas lain.
"Nas, sombong banget lo sama gue," ujarnya.
Aku terkekeh lalu menaruh helm di motor haechan. "Iya eric, apaa?"
"Kok berduaan lagi? Darimana?" Tanya eric, anak ipa 1.
Haechan mengernyit. "Lagi? Kapan lo liat gue bareng dia?"
"Sering sih kalo pas gak sengaja lewat. Tapi pas di motor ya pas ini sama dulu, pas bulan bahasa," katanya.
Aku mengernyit bingung. Gak sadar bahwa ada eric yang ikutan menciduk aku sama haechan kayak anak yang lain.
Haechan ternyata udah jalan duluan ninggalin aku. Aku mendengus lalu pamit ke eric dan agak lari nyusulin haechan.
Gila ya dia gak tau apa aku lagi pake rok sejenis kebaya begini? Nyiksa tau gak.
"Chan! Tungguin," ujarku.
Haechan gak berhenti, gak berbalik juga, tapi dia melanin langkahnya.
Begitu sampai di tangga, aku ketinggalan lagi.
"Haechan!" Pekikku.
Haechan berhenti dan menoleh ke aku. "Kenapa?"
"Tungguin! Rok gue rusak!"
Haechan menghembuskan nafas. Bodo amat aku jadi manja, sekali-kali. Kapan lagi bisa manja sama pacar orang?
Pacarnya somi kan?
"Itu udah rusak. Udah kebuka semua," katanya menatap aku.
Aku melihat kebawah. Rokku beneran udah kebuka sih. Untung aja aku pake celana leging selutut.
"Ya tungguin!"
"Iya ini gue tungguin, nas. Sini," dia ngulurin tangan.
Aku diam. Ini, harus aku raih atau aku biarin aja?
"Iya," keluhku tanpa nerima tangannya.
Bukannya nolak, aku cuma mencoba berpikir logis. Ya mungkin dia mau bantu aku sebagai apalah temen, tapi aku nganggepnya lebih. Aku gak mau jadi baper sendirian lagi.
"Tuh udah sepi sekolah," keluhku waktu kita berdua jalan beriringan.
"Kan emang udah pulang"
Sampai di kelas, cuma ada nakyung. Misuh-misuh karena kunci motornya belum dibalikin sama jaemin. Jaemin malah ngilang.
"Bangsat emang jaemin minta dicekik," amuk nakyung.
Aku udah parno sendiri. Mana ini mau nebeng dia. Gimana kalo aku yang dicekik?
"Habis ini mau pulang?" Tanya haechan.
Aku mengangguk. "Iya. Lo juga?"
Dia cuma ngangguk.
Lalu aku teringat sesuatu. Mumpung aku lagi pake baju adat, ya walau dia cuma pake kaos karena baju adatnya tadi agak basah, tapi aku pengen foto bareng dia.
Aku bingung, terus aku ngelirik nakyung.
"Kyung," panggilku.
Nakyung menoleh.
Aku berbisik ke dia. "Fotoin gue sama haechan plis"
Nakyung terkekeh lalu teriak ke haechan, "Chan diajakin foto nih"
Aku rasanya mau nenggelamin nakyung betapa embernya mulutnya.
Haechan agak kaget tapi menyetujui. Terus akhirnya aku sama dia berdiri di pintu kelas dan nakyung agak di koridor.
"Ehm nas," panggil haechan waktu aku udah siap.
Aku menoleh gak mengerti.
"Itu, biasanya di adat jawa cowoknya di kanan. Cewek di kiri," katanya canggung.
Aku diem. Lalu bergeser ke kiri sesuai kemauan dia.
Dalam hati udah jerit aja dan gak ngerti kenapa harus pake adat segala padahal cuma foto.
Tapi ya harus cool dong. Cool outside, baper inside.
🌱🌱🌱
Aku rindu masa kartinian
KAMU SEDANG MEMBACA
Headphones ✔ haechan [Au]
Fanfiction❝Things that are get twisted is just like earphone in a pocket❞ 🔜18.06.19 🔚18.12.17