Sultan beberapa kali mengecek ponsel. Sampai sekarang Sakura belum memberinya kabar. Berulang kali Ia mencoba menghubungi nomor Sakura yang justru hanya terdengar suara operator yang menyatakan,
Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi.
Sultan menggeram. Pasalnya whatsapp gadis itu juga hanya centang satu. Tanpa banyak berpikir, Sultan meraih jaketnya dan bergegas kerumah Sakura setelah memastikan bahwa Navya sudah sedikit mendingan.
"Mbak Sakura nya belum pulang, Mas." Kata asisten rumah Sakura yang Sultan ketahui namanya, mak Ida. Sakura benar-benar membuatnya bingung. Pasalnya, Sakura bukan tipe wanita yang tidak member kabar jika ingin pergi.
**
Sultan menyusuri sepanjang jalanan yang cukup lenggang. Sambil meneliti disetiap wanita yang dilewatinya. Berharap Sakura adalah salah satunya. Matanya berbinar. Senyumnya mengembang. Pupil hitam tajamnya berhasil menangkap bayangan Sakura dari kejauhan. Cewek itu terduduk dipinggir jalan didekat sebuah angkot –diduganya— mogok.
Motor yang Ia jalankan sengaja Ia hentikan tepat didepan gadis itu terduduk. Kepala Sakura menduduk menatap ponsel yang digenggamnya. Gadis itu mengambil tempat yang salah untuk duduk. Sultan sangat paham jika Sakura kepanasan. Sakura mendongak saat panas yang dirasakannya berubah menjadi teduh. Sakura ingin mengecek apakah langit nya mendung atau tidak. Namun, yang Ia temukan justru raut wajah Sultan dengan rambut yang sedikit berantakan karena helm bukan langit mendung.
"Sultan" Sakura menggumam tak percaya.
"Sultan, aku minta maaf. HP ku mati dan angkotnya mogok. Aku nggak bisa ngabarin kamu. Dari tadi aku nunggu angkot lain, tapi belum ada juga yang lewat. Sultan, aku minta maaf. Aku bener-bener—" ucapannya terhenti ketika dirasakannya tangan Sultan memegang kedua pipinya. Tangan pria itu terasa dingin ketika menempel di pipinya yang sedari tadi kepanasan.
"Aku minta maaf." Ucap Sultan. Sakura mengangguk seraya tersenyum dan meneteskan air mata. Baginya, Sultan punya cara tersendiri untuk membuatnya bahagia. Walau dengan hal seperti ini.
"Kita pulang ya ? Tadi udah kamu bayar belum angkotnya ?" tanya Sultan yang dibalas gelengan oleh Sakura. Sultan mengeluarkan beberapa uang dalam saku dan langsung memberinya ke salah satu kondektur angkot yang sedang membenarkan angkot.
"Kamu laper?" Tanya Sultan lagi sambil menyodorkan helm kepada Sakura. Lagi-lagi Sakura menggeleng. Sultan tersenyum jahil.
"Tapi aku laper. Temenin aku makan ya?" Sultan yakin, aslinya gadis itu lapar. Hanya saja Ia tahu bahwa Sakura sungkan jika merepotkannya.
"Aku udah bilang mak Ida, nanti kalau kamu ketemu bakal aku ajak makan dulu. Lagian kata mak Ida tadi, dirumah lauknya habis gara-gara ada tamu." Lanjutnya.
"Kita ke cafe favorit kamu ya." tawar Sultan yang dibalas sanggahan dari Sakura.
"Nggak.. nggak. Kita ke warteg favorit kamu aja. Aku lagi pengen banget makan oseng tempe nya." Ucap Sakura seraya mendekatkan wajahnya ketelinga Sultan yang tertutup helm. Sultan tersenyum jahil lagi.
"Oke oke. Eh, tadi katanya nggak laper?" goda Sultan yang dibalas dorongan kecil dari Sakura. Sakura benar-benar ketahuan telah berbohong. Sultan justru tertawa. Ia selalu menikmati setiap waktu dengan gadis itu. Gadis yang membuat jantungnya berdebar dengan tingkah nya yang menggemaskan.
**
Warteg Mpok Jamilah. Spanduk besar itu tertampang didepan warteg sederhana dipinggir jalan. Warteg itu tidak begitu jauh dengan sekolahnya. Biasanya Sultan dan teman-temannya lebih memilih makan siang disana ketimbang makan siang dikantin sekolahan. Lebih murah dan porsinya lebih banyak. Tentu juga, free smooking area.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Weird
SpiritualKita memang selalu memiliki rencana. Terutama akan masa depan hidup. Tapi, bukankah semua sudah tertulis di Lauhul Mahfudz-Nya jauh sebelum kita diciptakan? Allah menentukan takdir, namun Allah memberi kesempatan kita untuk bisa merubahnya. Sekali l...