1. Prolog

819 30 3
                                    

Aku menggigit bibir bawah menahan isak tangis. Mengaduh ketika rambutku dijambak oleh sekumpulan cewek yang tidak ku ketahui namanya.

Seseorang memukul punggungku. Aku meringis menahan sakit. Mengepalkan tangan ketika wajahku mendapatkan tamparan keras.

Pipiku panas. Tubuhku tergelesor pada lantai. Aku memejamkan mata, berpikir hal apa yang telah membuat kumpulan penindas ini membuliku.

Tubuhku kembali mendapatkan tamparan ketika seorang gadis kembali menamparku. Tapi... aku tidak menangis. Aku berusaha tegar dengan semua ini.

Saat mataku kembali terbuka, aku melihat seorang gadis lainnya mengayunkan tendangan.

"Aww!"

Aku hanya diam saat seorang pemuda menendang kaki gadis itu sampai terdengar retakan tulang. Kuat sekali.

Aku mendongak. Merasa memiliki harapan untuk pertama kalinya ada seseorang manusia yang menolongku selama menjadi siswi pindahan.

"Kalian~ udah buat gue muak." Pemuda itu mendesis sinis. Dia menatap dingin pada sekumpulan gadis pembuli tadi. "Osis kok kelakuan kalian bejad kayak gini? Mau gue Do dari sekolah, hah?"

Mereka menggeleng cepat. Beberapa siswi tadi langsung pergi seraya membopoh tubuh gadis yang tadi terkena tendangan. Gadis itu tidak berhenti menangis.

Aku menghela napas sebelum berkata, "Makasih." Aku mendongak sambil tersenyum. Bangkit dengan ringisan kecil yang terlontar dari bibirku.

Berjalan terseok-seok sambil mepet ke dinding belakang sekolah. Aku menghentikan langkah ketika pemuda tadi tiba -tiba ada di depanku. Dia tersenyum manis.

"Butuh bantuan?" Tawarnya ramah. Aku dibuat terpana sejenak. Dia... begitu berkarisma. Tubuhnya tinggi tegap, rahang yang kokoh, hidung lancip, juga~ senyumannya membuatku tidak bisa bergerak. Aku menelan ludah kemudian menggeleng.

"Gak pa-pa, saya ke kelas sendiri aja." Aku berjalan lagi, meninggalkan gedung belakang sekolah dengan napas terengah.

Saat sampai di gerbang aku jatuh terkulai lemas. Kepalaku bdrkunang, aku berusaha bangkit namun nihil. Memejamkan mata aku menghela napas.

Namun mataku langsung terbuka ketika seorang pria mengangkat tubuhku ala ala bride style. Aku mengerjapkan mata berusaha berpikir. Mengerutkan dahi ketika orang ini adalah pemuda yang menolongku tadi.

"Kan udah gue bilang. Mau bantuan atau enggak. Bandel sih. Kalo gak gue tolongin, nyampe besok lo gak bakal balik ke rumah. Trus kalo lo sendirian, di sini banyak hantunya iiiih sereeem." Dia berceloteh panjang lebar. Aku melongo, tadi saat menolongku dia terlihat sangat cool. Tapi~

"Kamu bawel." Aku berucap refleks. Aku langsung membekap mulutku ketika bibirku mengucapkan itu.

Dia terkekeh kemudian mengulas senyum. Berjalan ke arah parkiran kemudian mendudukanku di dalam mobil.

Aku culingak-calinguk. "Kok di bawa ke sini?" Aku bertanya heran kemudian melirik pemuda tadi. "Tasnya kan—"

Aku langsung menghentikan kalimatku. Melihat tasku yang dia angkat tinggi. Mataku langsung berkilat ketika dia sudah  membuka sleting.

"Jangan di buka!"

"Wah ada foto gue nya." Dia berseru takjub. Aku menunduk dengan pipi bersemu. Kulihat dengan ekor mata dia sedang menggelengkan kepalanya.

Itu foto saat dia sedang latihan basket. Aku memotretnya diam-diam takut ketahuan orang kalau aku juga menyukai si ketua basket sekaligus ketua osis.

"Sini tasnya!" Aku mengambil paksa tasku yang diambil pria ini. Padahal dia baru mengenalku tetapi dia sudah lancang sekali mengobrak-abrik barang-barangku.

Dia terkekeh kemudian masuk ke dalam mobil. Memutar kunci mobil kemudian melajukan mobilnya melewati parkiran sekolah.

"Kita mau ke mana?"

"Ke hatimu"

***

Ahahaha ini awal aja ya. Saya juga belum sempet bikin poster.

Always Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang