"Gue nebeng lo boleh gak? Soalnya Bang Rega gabisa jemput nih, katanya ada meeting mendadak."
"Hmm.. Sorry Kae, gue gabisa. Soalnya.. "
"Ohh gue lupa, lo kan harus jemput Tessa kan ya" potong Kae cepat dengan senyum yang dibuat semanis mungkin. Senyum yang terpaksa jika dimata Lexi.
"Ohh ehh iya. Sorry ya" Lexi menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu dengan canggung. Kemudian ia langsung beranjak pergi menuju mobil hitam yang terparkir diujung parkiran. Tampak sekali dari wajah Lexi bahwa dia sangat jengah. Bukannya tidak mau ditebengi, tapi karena dia tidak ingin Tessa yang notabene adalah pacarnya saat ini salah paham. Cukup memusingkan jika dua perempuan saling bertengkar karena dirinya. Ahh, dia terlalu sok pede. Apakah Kae masih ada rasa untuknya? Kalau iya, Lexi semakin merasa sangat bersalah. Seharusnya dia lebih bersikap baik terhadap Kae, bukannya acuh tak acuh seperti ini. Tapi memang Lexi adalah sosok yang tidak bisa mengekspresikan apa yang ia rasakan.
Emang kaya gini ya rasanya diabaikan. Bodohnya lagi diabaikan oleh seorang mantan. Bukan mantan terindah sih emang. Tapi mantan yang paling tega menyakiti hati. Sampek sampek bikin hati gue mati. Bodoh banget pernah percaya dan kemakan sama omongan manisnya. Padahal kalo dipikir-pikir sih gaada untungnya banget pacaran sama dia. Tiap hari cuma makan hati. Tapi kenapa gue gabisa sih cuek kayak dia cuek ke gue. Ahhhh, sialan emang! Dasar Lexi biadab!
Salah gak sih gue minta kebaikan dia doang? Lagian dia juga tetangga gue. Pas di tetangga depan rumah gue lagi. Gimana gue bisa abai cobak?"Kae.. " panggil seorang wanita paruh baya yang sangat cantik.
"Ehh iya ma. Ada apa? "
Wanita setengah abad yang masih cantik dan bugar ini menghanpiri anaknya yang kelihatannya sedang kesal."Mama mau minta tolong boleh nggak? "
"Ish, mama mah sama anak sendiri pake nanya lagi. Ya boleh lah ma" jawab Kae dengan senyum manis andalannya. Emang manis kok.
"Bisa anter ini nggak ke tetangga depan rumah?" mamanya tersenyun penuh arti sambil menunjukkan bingkisan yang isinya tebak Kae pasti kue matcha isi cokelat.
"Eh? Tetangga...depan ru...mah?" Kae tampak berpikir keras menemukan alasan menolak permintaan mamanya itu. Duh males banget gue ketemu dia, yahh meskipun belum tentu juga sih tapi segala kemungkinan itu pasti ada. "Engg anu,kayanya Kae lagi mau ke anu deh ma.."
"Katanya tadi mama boleh-boleh aja minta tolong ke kamu. Kok sekarang.."
"Iya deh iyaa. Mama paling pinter deh kalo bujuk membujuk Kae kayak gini. Emang paling bisa" sungut Kae dengan pipi menggembung, mulut maju 5 centi.
"Ehhh nggk boleh gitu, anak mama jelek tau kalo lagi cemberut gitu" canda mamanya sambil tersenyum begitu manis. Sepertinya senyum Rania yang manis itu menurun pada Kaeleasha.
"Iyaa, Kae ganti baju dulu sama cuci muka. Mama taruh di nakas Kae aja bingkisannya" Kae melangkahkan kakinya menuju wastafel untuk mencuci mukanya dengan facial foam yang baru Kae beli dengan mamanya saat belanja di PIM kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE AFTER MET YOU
Teen FictionK : Aku yang pintar dalam berkamuflase tentang perasaan L : Keahlianku memang paling bisa menghancurkan dibanding memperbaiki M : Aku bukan perebut, aku hanya mengambil apa yang menjadi hakku Setelah K ada L, tapi jangan lupa bahwa setelah L selalu...