"Kenapa?"
"Gimana?"
"Ya, aku tanya. Kenapa minta putus? Alasan yang jelas, tiba-tiba minta selesai, aku marah, Koushi."
Sugawara diam, jujur memang susahㅡdi depan gadis yang pernah berstatus jadi pacarnya genap setahun kemarin, bohong sama sekali gak bisa.
"Bosan?"
"Klise. Shimizu Kiyoko?"
"Gak bisa bohong sama kamu, iya bener. Suka sama Kiyoko,"
"Brengsek kamu."
"Maaf,"
Mereka saling diam, buang muka ke arah lain.
Rasa kecewa campur marah, membulat, bergemuruh bagai komet di kepala [Name]. Dadanya nyeri luar biasa.
"Terima putusnya, tapi ada syarat."
Sugawara menoleh, menatap nanar [Name]. Benar-benar nggak tega. Tapi rasa terlanjur hilang. Matanya berkaca-kaca, hidungnya kemerahanㅡantara tahan tangis atau kedinginan; berkali-kali terdorong buat mendekap sebentar, tapi terhenti tanpa mau mikir lebih alasannya kenapa.
"Syarat maksudmu?"
"Minta satu minggu waktumu masih jadi pacarku. Mulai besok, mau? Do what lovers do, harus mau. Pengen putus, kan?"
.
.
.Duh kebelet pengen buat ginian
Sugawara fuckboy au!
Bosan jadi mama malaikat terus wkw