Dia, membingungkan 1

140 9 0
                                    

     Mikalya, ngga terlalu cantik si, semua orang bakal ngira dia sombong dan ngga peduli dengan lingkungan sekitar. Dia anak bungsu dari 2 bersaudara. Cowok, yah tepat sekali, Kalya punya kakak cowok yang beda usianya 4 tahun. Kalya lahir jam 10.10 pagi tepat pada hari Selasa, Februari 2000. Yak, cerita bermula dari perjalanan putih biru yang tampak blur.

     Siang hari yang terik membuat Kalya gadis dengan gaya rambut selalu dikuncir 1 menghampiri ruang guru. "Permisi Bu, ini saya mau meletakkan buku di meja ibu Rosida", dengan langkah sigap buku itu dengan mulusnya tertata rapi di atas meja. "Yuk Fi, balik ke kelas", yah tentunya dia ditemani oleh sahabat seperjuangan, siapa lagi kalau bukan Sofi. Mereka pun berjalan melewati koridor sekolah. Langkah kaki Sofi pun membatu "Fi, ayok naik. Ngapain berenti sih", memutar bola matanya jengah. "Tunggu bentar Kal, kayaknya ada anak baru. Tuh di tempat Satpam sama orang tuanya", Sofi memicingkan mata, "Udah lah, ngga penting. Cepet naik, gua tinggal ni?" Mereka pun akhirnya meninggalkan koridor dan bergegas kembali ke kelas.

     Kringggggggg... istiharat pun tiba
"Kal, kantin yok?" Suara Sofi menggelegar di telinga Kalya. "Duhhhh Fi, brisik lo. Lo aja, gua males, kantin sumpek, rame" tukasnya. "Ke minimarket aja sana kalo mau sepi, emosi gua. Yaudah kalo ngga mau. Gua tinggal lo". Punggungnya pun menghilang dari pandangan Kalya. Sofi pun beranjak dari kursinya menuju ke depan kelas. Seperti biasa dia akan berdiri di depan kelas dan melihat pemandangan sico alias siswa cowok bermain bola kaki. Tampak dari pandangannya, sedang berkerubung sico di dekat pintu masuk kantin. Tapi anehnya, di sana tampak seseorang yang sangat asing untuk dilihat. Tapi, ya bukan Kalya namanya jika dia peduli dengan lingkungan sekitarnya.
•••

Sofi    : selamat malam Mikalya (read)
Sofi.   : gilss, sombong banget oi (read)
Sofi    : woy, emosi ni gua (read)
Kalya : knp ?
Sofi    : gua mau cerita ni... soal anak baru tadi
Kalya : knp anak baru tadi?
Sofi    : yaudah kalo lo ngga mau denger, gua ngga
             jadi cerita ni (read)
Sofi    : gila, read aja Kal. Nggapapa gua kebal 
Kalya : ngga usah menye", klo mau crita, crita aja
Sofi    : emng ngga brbah. Jd gini, gua tadi di kantin
              sepapasan sama anak baru, gilsss ganteng
              banged. Kalo ngga salah namanya Rafa.
              Putih, tinggi, ngga gendut, perf lah😍😍
Kalya : udh bsk aja crta dkls. Mata gua mau istirahat
Sofi    : sumpah emosi gua ni, plissss dngrin dlu Kal
      Kalya pun meletakkan hpnya di nakas dan berlalu mengarungi alam mimpinya.
•••

     Kalya, sebagai seorang ketua kelas. Ia bisa di bilang cekatan. Dengan langkah kaki yang sigap, ia membawa buku yang diambilnya dari ruang guru menuju kelasnya yang berada di lantai 2.

Brukkkk...
Dia pun berjongkok mengambil bukunya dan menghiaraukan entah siapa yang telah ia tabrak. "Lo, kalo ngga bisa bawa banyak buku, yah dikit aja, jangan sok-sok kuat, udah tau tangan cuma 2 bawa buku banyak banget, pikir dong", cowok dengan perawakan tinggi, putih berceramah riah di depan Kalya. Kalya pun berdiri dengan semua buku yang ada di tangannya dan melangkahkan kaki mengambil jalan bersebelahan dengan cowok yang ditabraknya, selintas nametagnya terlihat dan tertera nama Rafa Sebastian Angkasa. Woops jadi itu yang yang buat sofi menggila, bisiknya dalam hati.
•••

     "Kal, lo mesti tau. Rafa, dia ganteng banget Kal. Ayola kali ini aja Kal, lo tertarik kek sama cowok ataungga tertarik kek denger cerita gua", Sofi dengan muka memelas. "Lo yakin mau dengerin pendapat gua tentang Rafaan itu ?" Sofi pun menggangguk dengan melebarkan senyum. "Jadi gini, lo tau ngga sama ayam negeri kecil yang sering dijual orang di pasar berwarna-warni?", Sofi mengangguk, "Good, gua lanjut. Terus dikasih makan sama yang punya, dan kalo mau cepet gede di kasih obat suntikkan. Terus bulunya berubah jadi putih pucat, ayamnya jadi gede, tapi kelemer-kelemer ngga karuan. Sampe sini tau ayamnya?" Sofi mengangguk dengan cekatan . "Yakk itu dia, ayam negeri", "Lah teruss?", "Yah, si Rafaan itu kayak ayam negeri, pucet, kelemer-kelemer, loyo, jompo wkwkwkwkwk". "Duh ngga ngerti lagi gua. Kantin aja ah, mau liat ebeb Rafraf" Sofi pun berlalu meninggalkan Kalya di kelas sendirian.

Meski dengan rapat menutup pintu, angin yang hendak masuk tidak dapat di cegah

.
.
.
.
.
Seeyouuu

Tanda TanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang