-play mulmed🔊
Hard for me-cheeze"Beri kami waktu untuk bersama satu hari saja"
"Baiklah!"
.
.
.
Gue menatap lekat sosok Woojin yang kini tersenyum ke arah gue, meski kami berdua tau bahwa ada sakit yang sedang kami sembunyikan.
"Bee ikut gue ya" ucap Woojin lalu ia menarik gue keluar rumah.
"Tunggu sebentar" pinta nya sebelum memasuki garasi lalu ia keluar dengan motor nya.
"Naik" titah nya. Gue langsung naik dan berpegang erat di pinggang nya karena Woojin membawa motor secara brutal atau kebut-kebutan.
Gue terdiam diatas motor saat Woojin menghentikan motor nya didepan sekolah kami yang dulu. Sekolah yang mempertemukan gue dan Woojin.
"Kenapa kesini?" tanya gue.
Dia tersenyum selagi membantu gue turun dari motor lalu menarik gue kedalam sekolah. "Gue rindu sama sekolah yang memperkenalkan gue dengan yang namanya cinta" ucapnya.
"Ah lebay lo" elak gue agar rasa gugup gue karena perkataan nya tertutupi. "Tapi bener juga sih"
"Apa yang bener?" tanya nya dengan nada jahil.
"Apa ya?" tanya gue balik sambil garuk-garuk kepala gue meski ga gatal sama sekali. Bingung aja mau jawab apa.
"Eh tapi kenapa bisa waktu itu lo ada pada saat gue lagi dikejar-kejar?" tanya gue mengalihkan pembicaraan.
"Ahh waktu itu gue niatnya mau nyari tau tentang wanita yang bakal dijodohkan sama gue, gue tau nya arah rumah wanita itu didaerah sana dan kebetulan gue lihat ada lo lagi lari-larian, gue pikir lo main main doang tapi pas gue lihat orang orang itu bawa pistol yaudah gue tolong,ehhh tau nyaa..." Woojin ga ngelanjutin lagi perkataan nya.
"Tau nya apa?" tanya gue.
"Tau nya gue deg-deg an pas nolong lo" jawabnya malu-malu.
"Hahaha serius deg-deg an?" tanya gue.
"Iya serius" jawabnya seraya memamerkan jari yang membentuk huruf V.
"Gue juga deg-deg an sih waktu itu" ucap gue.
"Serius?" tanya nya juga.
"Emmm" gue ngangguk. "Gue deg-deg an karena takut bukan karena Cinta HAHAHA"
"Dasar" ucapnya sambil menoyor pelan kepala gue.
"Lo tau ga?" tanya nya, gue hanya mengedikkan bahu. "Disekolah ini tuh ada cewek yang suka kemakan api cemburu" ucapnya dan langsung gue kasih tatapan tajam. Karena gue tau orang yang dia maksud adalah gue.
"Ihhh kenapa marah" godanya sambil nguyel-nguyel pipi gue.
"Lo ngatain gue kan" tegas gue.
"Ngerasa ya?" tanya nya jahil.
"Rese" gue langsung jalan mendahului nya. Tapi jelas dong kalau dia ngejar gue dan nyamain langkah nya kaya gue.
"Pacar gue atau istri gue sih yang ada disebelah nih" ucapnya sambil nyenggol gue pelan.
"Musuh lo!" sahut gue.
"Kalau musuh berarti harus dibunuh dong" ucapnya dan seketika suasana tiba-tiba berubah menjadi dingin.
"Serius amat wajahnya" tapi Woojin langsung mencairkan suasana lagi setelah beberapa detik berlalu.
"Ikut kesini deh" lagi-lagi dia narik gue.
"Pintu triplek" gumam gue dengan senyum yang mengambang dibibir.
"Jangan senyum" ucapnya.
"Kenapa?" tanya gue bingung.
"Manis banget, ga tahan gue sama lesung pipi nya"
Kalian pasti tau lah ya pipi gue seketika berubah menjadi kepiting rebus saking malu nya. Tuh anak buluk buluk perkataan nya bisa bikin anak perawan kesemsem."Kenapa kesini?" tanya gue mengalihkan pembicaraan lagi.
"Tidak apa-apa. Gue cuma lagi pengen mengingat kenangan itu" jawab nya.
"Kenangan apa?" tanya gue.
"Kenangan berdegub nya jantung gue diatas normal untuk kedua kali nya" ucap nya lebay.
Gue terkekeh karena hati gue berbunga-bunga mendengar ucapan nya.
"Eh tapi waktu itu lo nodong pistol ke gue kannn!" ucap gue.
"Hahaha iya" Woojin tertawa dengan gingsul nya yang manis itu. Aset yang paling gue banggakan itu. "Habisnya lo lucu banget sih kalau lagi takut"
"Lucu yahhh...sampai sampai lo ngebiarin gue ketakutan saat dibawa Hyunjin" ucap gue. Gue tau gue salah dengan apa yang barusan gue ucap karena ucapan gue itu seketika langsung mengubah suasana lagi.
Tapi nampaknya Woojin tidak menghiraukan nya. Dia tertawa pelan lalu menarik gue lagi keluar, tepatnya ke arah gunung.
"Jangan bilang.."
"Gunung" potongnya sebelum gue selesai ngomong.
Saat tiba didepan gunung Woojin berhenti dan berjongkok. "Naik" titahnya.
Gue tersenyum ke arahnya sebelum naik ke punggung nya.
Perlahan tapi pasti akhirnya kami berdua sampai dipuncak biasanya.
"Bahkan bau udara diatas sini sungguh penuh kenangan" ucap Woojin.
Woojin benar-benar lebay hari ini.
Woojin tersenyum dan memandangi gue yang sibuk mengikat tali sepatu.
"Bee terimakasih" ucapnya yang juga ikut berjongkok didepan gue dan membantu gue membenarkan tali sepatu.
"Untuk?"
"Cinta dan kebahagiaan yang lo kasih ke gue" jawabnya. Itu benar-benar jawaban yang menyentuh.
"Tapi maaf..." kini dia menunduk. "Kebahagiaan itu bukan untuk selamanya."
"Woojin please jangan ubah suasana sekarang" tahan gue sebelum dia mengubah suasana menjadi dingin lagi.
"Emmm." dia senyum dan mengangguk seraya mengelus pucuk kepala gue lalu mencium kening gue sekilas dan berkata, "saranghae"
"Nadoo saranghae"