10

109 10 0
                                    

Setelah mengantar Adara pulang, Fairel langsung kembali menuju rumahnya.
Di jalan, ia tetap memikirkan cewek yang baru saja ia antar pulang, yang tadi siang menangis hebat karena dirinya.

Setengah jam berlalu akhirnya ia sampai dirumah, ia melangkah masuk dan mendapati Bariq tengah serius menonton acara tv.
Ia mempercepat langkahnya menuju kamar tanpa menengok kearah papanya itu.

"Punya sopan santun gak?"tanya Bariq menatapnya heran.

"Aku tahu siapa yang pantas ku perlakukan dengan sopan."jawab Fairel menatap benci ke arah Bariq.

"Fairel!"bentak Kevin yang baru saja datang dari arah dapur.

"Eh ada anak kesayangan, kenapa?"sindir Fairel dengan senyum meremehkan.

"Gak ada berubahnya ya kamu Rel,"ucap Bariq geram.

"Bisa gak sih lo sopan dikit sama orang tua lo sendiri?" Kevin menatapnya benci, berusaha mengontrol emosinya.

"Bisa gak sih orang tua memperlakukan anaknya layaknya seorang anak, tanpa harus membeda-bedakan?" Fairel mengulang kembali pertanyaan Kevin tadi, kini mereka diam.

Fairel lalu melangkah naik ke atas menuju kamarnya, yang menjadi tujuan utamanya sedari tadi.

*****
Kini Adara tengah berbaring di kasur kesayangannya itu, dengan pikiran yang membuatnya pusing.
Lantas melintas wajah Fairel ketika dirinya datang menghampiri Adara saat sedang menangis.

Ia ingat betul ada raut menyesal dibalik wajah dinginnya, namun mengapa sulit sekali untuk bersikap baik kepadanya.

Kini Adara takut untuk menampakan wajahnya disekolah, ia takut jika masalah akan datang menghampirinya.
Lelaki itu mengatakan bahwa dirinya telah masuk ke dalam kehidupannya, otomatis apapun yang menyangkut lelaki itu pasti melibatkan dirinya.

Semesta beri tahuku, mengapa bisa aku masuk ke dalam kehidupan lelaki yang bahkan sangat ku benci ini. Apa tujuanmu melibatkan aku dalam setiap hal tentangnya, beritahu lah.

*****
TokTokTok
"Dek, bangun udah jam enam loh," Naura berusaha membangunkan Adara dibalik pintu kamarnya. Tak ada jawaban lalu ia kembali mengetuknya lagi, namun nihil tak ada jawaban.

Tak lama pintu terbuka dan menampilkan sosok Adara mengenakan piyama pink dan masih dalam keadaan berantakan.

"Kak, bilang mama aku gak sekolah dulu ya?"pinta Adara memohon.

"Lah kenapa?" Naura bingung, entah kesambet apa adiknya ini tiba-tiba tak ingin sekolah.
Adara adalah anak yang sangat mengutamakan pendidikan, namun ini aneh sekali.

"Aku males,"ucapnya masa bodo.

"Ayo sekolah, gak ada males malesan ah," Naura menggandeng Adara menuju kamar mandi.

"Kak, gak ah aku males,"rengek Adara.

Tak lama suara Velika terdengar memanggil nama Adara, yang di panggil hanya mengeluh malas.

"Iya ma sebentar." Adara mengalah karena paksaan kakaknya ini.

Setelah selesai bersiap-siap Adara turun menuju meja makan dengan terburu-buru.

"Ma..pa..aku jalan dulu ya udah telat nih."pamit Adara yang masih menyeruput segelas susu hangatnya.

"Gak usah buru-buru, ada nak Fairel yang nungguin tuh,"ucap Velika yang dibalas tatapan heran oleh putrinya itu.

"Mama ngigo ya ma?"tanya Adara heran.

"Udah selesai sarapannya? Ayo berangkat."ucap seseorang dari arah ruang tamu.
Adara menengok dan melihat Fairel dengan tatapan dinginnya.

FairelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang