O1 : Mochaccino and You.

298 32 7
                                    

Mentari baru saja mulai menampakan sinarnya, menyapa seluruh penduduk bumi. Beberapa sudah mulai beraktifitas seperti biasanya dan ada juga yang masih meringkuk dibawah tebalnya selimut.

Seberkas cahaya matahari mampu menembus celah tirai, yang begitu tebal dari salah satu kamar disebuah rumah. Posisi kamar yang kebetulan berhadapan langsung dengan sang mentari membuat sinar matahari bisa leluasa menyelinap kedalam ruangan.

Sinarnya yang cukup hangat tapi menyengat itu, mulai mengusik tidur lelap seorang pria yang memilih menyembunyikan dirinya dibalik selimut.

Sementara ponsel yang ada di meja nakas kamar itu sudah mendendangkan lagu Look milik NU'EST selama sepuluh kali, menandakan bahwa ada orang yang sudah merelakan waktu berharganya untuk meneleponnya.

Pria itu mulai menggeliat, terusik dengan nada dering ponselnya yang cukup memekakkan telinga. Kedua tangannya terangkat keatas, kemudian mengucek kedua matanya yang serasa begitu berat.

Menahan agar tidak berkata kasar pada pagi hari, Seongwu segera mengahiri acara rebahannya. Mendudukan pantatnya diatas ranjang tidur, menyenderkan sekaligus menyamankan punggungnya pada sandaran ranjang. Tangannya meraih ponsel Apple keluaran terbarunya.

"Apa lo?" tanyanya malas, tanpa memedulikan siapa yang memanggilnya pada hari santainya itu.

"Posisi dimana?"

"Hatimu."

Samar-samar Seongwu mendengar lawan bicaranya mengeluarkan umpatan dalam bahasa Inggris. Seongwu terkekeh pelan.

"Dirumah. Lo pasti di depan pintu, kan? Masuk aja."

Pip.

Dengan langkah berat, Seongwu beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu kamarnya. Membukakan pintu untuk menghormati sang tamu yang rela berkunjung pada pagi hari.

"ASTAGFIRULLAH!"

Seongwu mengusap dadanya setelah kedua maniknya memperlihatkan sosok yang baru saja ia ajak bicara di telepon, sudah duduk manis di sofa ruang tamunya. Sedangkan sang lawan bicara hanya nyengir. Tangannya sibuk mengubek-ngubek toples berisi keripik pisang yang tersisa sedikit.

"Kayanya hari ini kita nggak ada kelas deh, Jong?"

Sosok itu, Jonghyun, mengangguk. Buru-buru ia mengunyah keripik pisang itu, sebelum menjawab pertanyaan Seongwu. "Gue mau nagih sesuatu. Sebelum itu, gue minta susu cokelat dong? Hehe."

"Hehe. Hehe. Anak mama." ujar Seongwu sinis dan dibalas Jonghyun dengan melemparkan bantal sofa ke kepala Seongwu.

Tak lama kemudian, Seongwu kembali dengan dua gelas mug dengan asap yang masih mengepul. Jonghyun yang melihatnya langsung tersenyum lebar. Kebiasaan mereka sejak masih SD, jika berkunjung ke rumah satu sama lain, sang tuan rumah harus menyiapkan segelas susu cokelat panas.

"Nagih apa, memang?"

Jonghyun segera menyambar mug susu cokelatnya sebelum melanjutkan, "Buka ponsel lo, deh."

Buru-buru Seongwu meldest ke kamar untuk mengambil ponsel dan kembali ke ruang tamu. Ia mengerutkan dahi setelah melihat reminder event yang ada di aplikasi kalender di ponselnya.

31/05/2018 : 다녤 & 떵우's 1st anniversary.

"Kok lo ngerti?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sandglass.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang