"Tringggg." Bunyi tersebut menandakan adanya telepon masuk di ponsel Sergio. Dibukanya ponsel tersebut, terlihat nama yang tertera, Adias Kenzo.
Sebenarnya Sergio sangat malas keluar rumah hari ini. Namun karena permintaan sahabatnya, ia segera menurutinya. Di tambah lagi cuaca hari ini sangat panas, membuat Sergio hanya ingin berbaring dan diam di kamar ber-AC.
Sergio sudah tau apa yang ingin Kenzo bicarakan lewat telepon ini. Kenzo hanya ingin mengingatkan janji yang sudah mereka buat kemarin malam.
kenzo;
"Woi, balik sekolah jadi loh. awas lu ga dateng."
"Udah gue siapin makanan banyak nih dirumah, PS gue juga nganggur. Tapi syaratnya, gamau tau lu harus bantu gue." Nada yang ia keluarkan santai, hanya saja mengandung penekanan di akhir-akhir katanya.
Sergio;
"Yaelah iya, khawatir amat. lagian kepo banget si lu."
"Baru bangun tidur siang banget nih gue."
Kenzo;
"Bodoamat. Udah ,buruan mandi. see u."
Sergio;
"Tutt tuttt." Sergio menutup telepon.
Sepuluh menit berlalu dan Sergio masih diatas kasur dengan muka malas andalannya. Setelah sadar ia telah melakukan sepuluh menit hanya untuk bermalas-malasan, Sergio akhirnya beranjak dari kasur, mengambil handuknya dan berjalan menuju kamar mandi.Selang satu setengah jam kemuadian terdengar suara klakson mobil di depan rumah Kenzo. lagi-lagi Bi Nur yang membukakan gerbang pintu. Sebelum ditanya oleh Bi Nur, terlebih dulu Sergio sudah menghubungi Kenzo bahwa ia telah sampai di rumah berwarna abu-abu itu. Namun lagi-lagi Kenzo tidak peduli. "gausah manja. buka gerbang, masuk pintu sendiri aja terus langsung keatas." Katanya di telepon. Sahabatnya itu emang keras kepala, namun bagaimanapun juga ia selalu ada dalam situasi apapun.
Sergio mulai memasuki rumah mewah milik sahabatnya. Ia langsung ijin Bi Nur dan menuju kamar atas, kamar Kenzo.
"Woii njing, mau ngapesi ah. panas banget nih, mana remot AC-nya." Sapaan khas Sergio yang ditanggapi dengan jawaban setimpal.
"Mata lu dipake." Saut Kenzo setelah mendengar apa yang dikatakan Sergio.
"Mau apesi, mau tanya apa lu?" Sergio mengangkat sebelah kanan alisnya sambil mengutak-utik remot yang dipegangnya.
"Oiya, nama cewe yang kemarin gue tanyain ke lu tu sape?" Memutar tubuh, mengubah posisi menghadap Sergio.
"Ohh, Key. Keyra Mikhaela." Jawab Sergio sambil mencari remot TV.
"Bantu gue deketin dia dong." Kata-kata Kenzo memang terdengar serius di telinga Sergio, namun Gio tidak akan menanggapi seserius Kenzo karena Gio tau Kenzo hanya sedang ada di posisi cinta pandangan pertama, dimana ia hanya tertarik melakui luaran fisik saja.
"Idih masih kecil main pacaran-pacaran, gue tampol juga lu." Jawab Gio dengan sedikit bercanda.
"Ser, gue serius. Gue juga pengen ada yang merhatiin gue kaya nyokap merhatiin gue dulu. Kaya nyokap lo merhatiin lo." Kenzo tampak sangat serius kali ini.
Tidak ingin lama-lama. Sergio hanya tidak ingin Kenzo terus-terusan tertekan dan sedih karena teringat oleh almarhumah ibunya.
"Hum, ok okk. Lu harus deketin dia secara langsung, secara gentle." Ide Sergio menarik perhatian Kenzo, ia sangat setuju akan itu.
Menurut Kenzo, cewe memang suka diperlalukukan seperti itu. mereka butuh bukti. Ia akan mencoba ini besok.
Tidak terasa, Sergio sudah disini sejak 4 jam yang lalu. sekarang pukul 20.14, Sergio pamit pulang karena takut semakin larut malam.
Kondisi kamar menjadi sepi lagi, seperti jam-jam sebelum ditemani sahabatnya itu.
Kenzo memiliki prinsip untuk membangun sebuah persahabatan;"Tidak perlu berpura-pura baik untuk menjadi kawan saya. Bajingan sekalipun akan saya jadikan kawan jika itu pantas. Lebih baik tertawa dengan orang jahat daripada tertawa dengan penipu alus."