Hari ini hari sabtu. Dan nanti malam, Floren dan Ganesha mendapat undangan khusus dari Emy, salah satu teman angkatan untuk menghadiri 'School Sucks Party'. Sementara Bintang, yang memang mendapat undangan pula, tidak bisa datang karena dipanggil Om Arya untuk kembali membantu perusahaan Papa di Bandung. Dan ketika ditanya alasan kenapa memilih dilaksanakan acara pada malam minggu, Emy menjawab, 'Biar yang jomblo enak lah, Nes, berasa malam mingguan,'
Dan tentu saja hanya dibalas gelengan kepala oleh Ganesha, heran. Berbeda dengan Floren yang tertawa keras kala mendengar jawaban Emy.
'Bagus! gue setuju banget nih ide lu, My! Gak berasa jomblo jadinya,' Begitulah kiranya ucapan Floren waktu itu.
Ganesha tak pernah ingin berlama-lama dalam keramaian sejenis pesta atau semacamnya. Gadis itu memang membenci kesepian, tapi ia juga tak terlalu senang berlarut dalam lautan manusia. Pun, Ganesha bukan tipe orang yang mudah bergaul. Ia lebih suka berkutat dengan buku, dan dunianya.
Walau begitu, Floren selalu memaksa Ganesha untuk datang ke acara-acara tersebut bersamanya. Tentu saja Ganesha tahu maksud Floren adalah untuk membuat Ganesha keluar dari dunianya dan mengenal lebih banyak orang. Tapi, Ganesha tetap merasa tidak nyaman, dan hanya menyanggupi datang jika memang Floren sudah meminta dengan sangat.
Seperti pagi ini.
"Jadi, lu dateng kan nanti malam, Nes?" Floren menatap Ganesha dengan antusias, seraya mengoleskan selai cokelat pada tangkup roti di piringnya.
"Hm, gue gak janji kan, ya?" Ganesha tampak tak acuh, masih fokus dengan laptopnya.
"Pokoknya ya, Nes, malam ini acaranya dijamin bakal seru abis! ada band sekolah yang isinya cogan semuaa!" seru Floren heboh. "Lu gak boleh ngelewatin ini, Nes! nyesel sumpah seumur hidup,"
"Apa sih, Flo, yang dicari dalam acara seperti itu? cuma ada hingar bingar menyesakkan!" Ganesha tetap ngotot.
"Loh, kan acara kayak gini ga ada tiap minggu, Nes! Lagian buat ajang mengenal lebih banyak teman juga, kan?" Floren tak mau kalah membujuk kembarannya yang kepalang keras kepala itu.
"Kenal banyak temen kan gak harus melalui acara membosankan itu!"
"Gak terima penolakan! 30 menit lagi siap, gue bakal ngajak lo mempercantik diri hari ini, oke kembaran?"
Sebelum Ganesha sempat menoleh dan menyatakan ketidaksetujuannya, Floren sudah menghilang di meja makan. Dan kemudian terdengar langkah tersaruk menaiki tangga ke lantai 2.
Lagi-lagi Ganesha hanya bisa menghela napasnya. Terpaksa, ia menutup laptopnya dan menyusul Floren ke lantai atas.
Setelah melewati berbagai ritual yang di rasa Floren wajib dilakukan, di mulai dari pergi ke salon, butik, dan berbagai macam lainnya.
Dan akhirnya, semua selesai.
Sekarang pukul 7 lewat 5 menit.
Ganesha, Floren, dan Agam yang merupakan sepupu dekat si kembar, berjalan beriringan memasuki pintu utama hotel. Sudah terlihat beberapa anak sekolah yang berseliweran di dalamnya.
"Wah kayaknya bakal rame nih," Floren mendecak kagum. Ganesha hanya diam, melihat sekeliling dan sesekali tersenyum jika di sapa.
"Gue gabung sama anak tongkrongan dulu ya, nanti chat aja," Belum lama, Agam langsung memisahkan diri dan bergabung dengan teman teman sepemainannya.
Floren juga menghilang secara misterius tak lama ketika ia mengajak Ganesha memilih minuman.
Ganesha mendengus. Sudah diperkirakan Floren akan meninggalkannya sendiri di pesta, membiarkannya celingukan layaknya anak kehilangan induk.
Lampu yang tiba-tiba padam, justru membuat Ganesha makin kesulitan mencari Floren, Emy, atau Agam.
Semua kebisingan mendadak sirna. Hilang tersedot udara malam. Tergantikan alunan musik indah dari atas panggung.
Pamit-Tulus. Lagu kesukaan Floren.
Ganesha refleks memperhatikan panggung. Rupanya, band sekolah yang beranggotakan 4 orang ini yang disebut-sebut Floren tadi pagi.
Posisinya yang tak terlalu jauh dari panggung membuatnya dapat melihat jelas wajah-wajah penyebab teriakan para gadis mendominasi di ruangan ini. Hanya sebentar, kemudian Ganesha melanjutkan pencariannya terhadap orang yang ia kenal.
"Apa musiknya kurang menarik?" seorang cowok menghampiri Ganesha yang tengah asyik dengan kuenya. Si cowok terkekeh ketika melihat Ganesha terbatuk dan terburu-buru meminum air putih.
Ah ya, dan musiknya telah berganti. Band tadi telah mentuntaskan lagunya, yang kemudian diganti oleh Brianda, primadona sekolah yang sedang menyanyi Blank Space-Taylor Swift.
"Maaf?"
Wajah ini. Rasanya tidak asing.
Masih tak menyerah mengajak Ganesha berbicara, cowok tadi melanjutkan dengan senyumannya, "Gue Wira. Kita ketemu di suatu halte di Bandung tempo hari, ingat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Be Brave?
Teen Fictionkebisuan yang mendekam dengan kejam, dibawah rembulan yang bersinar menderang. kemudian rasa itu menelusup dalam, tanpa seorang pun meminta. tiada jalan keluar dari ruang, terjebak dalam waktu. Menunggu. "Pas ditanya sama nyokap gue pacar lu atau b...