"Lo nggak perlu belajar mencintai, lo cuma perlu belajar berdamai dengan pilihan lo sendiri."
Kim Jungwoo as Prawira
Pernah gak sih, lo ngalamin dimana otak lo selalu ngulang-ngulang suatu momen tertentu, meskipun lu persis tahu kalau momen itu udah nggak mungkin sama sekali terulang lagi?
Gue, sering.
Hari ini cuacanya terlalu panas. Gue sampai berkali-kali buka jendela dan kipas-kipas pakai buku nota tipis yang gue temuin di meja belajar gue, entah waktu itu dari acara seminar apa. Samar-samar dari kamar sebelah gue bisa dengar tetangga kamar gue, Gibran, lagi berdebat sama teman sejurusannya Alwin entah tentang apa. Mungkin Gibran lagi stress. Ini udah mau pertengahan semester, yang menandakan Gibran sang sekretaris umum di IM departemennya akan sibuk dengan momen-momen mengejar para BPH atau badan pengurus untuk segera ngumpulin LPJ. Alwin sendiri yang nggak ngambil bagian di IM jelas nggak ikutan repot, paling dia ke kosan Gibran cuma buat minjem buku tugas besarnya Gibran, entah tubes yang mana kali ini.
Gue sendiri tadi pagi memilih sibuk beres-beres kamar, entah buat apa. Tugas yang harusnya gue selesaikan hari ini hanya gue pandang dengan malas. Entah kenapa gue nggak mood, padahal gue suka mata kuliahnya. Mungkin karena hari ini panas banget. Mungkin karena gue butuh sop buah kuah jus yang dijual di salah satu sudut kawasan kosan ini.
Mungkin karena gue nemuin buku catatan tipis dengan tulisan tangan dia tadi di kamar ketika gue bersih-bersih.
Ah, udahlah. Mungkin bener, gue butuh sop buah.
Gue segera mengambil baju yang lebih pantes untuk dipakai keluar kosan dari gantungan yang entah udah berapa hari. Sebenarnya bisa bawa motor, cuma rasanya males aja. Sedang kepingin jalan kaki.
"Wira. Kemana?" Wajah oriental Alwin muncul dari celah pintu kamar Gibran. Gue hanya mengedikkan dagu ke arah pintu keluar, malas bicara. "Kalo lo beli sop buah, nitip yak! Gibran butuh sesajen biar nggak ngamuk."
Aduh. Salah gue.
Warung sop buah yang dimaksud baru saja buka ketika gue dateng. Gue segera memesan dan duduk di salah satu bangku yang ada di depan warung sementara pesanan gue dibikin. Sambil memainkan ponsel di tangan, pikiran gue melayang ke semester-semester awal gue kuliah di kampus ini. Dulu gue sering banget lewat sini, ketika masih maba.
Ketika gue masih punya tugas nganterin cewek-cewek angkatan gue.
Saat itu, gue baru semester satu. Departemen Teknik Mesin memang nggak kasih ampun untuk kegiatan-kegiatan mahasiswa barunya. Kata orang, sih, plonco. Gue lebih suka memahaminya sebagai pembinaan. Secara formal, kegiatan mahasiswa baru memang harusnya disudahi maksimal pukul 9 malam. Namun, kadang senior suka bikin kami kumpul mendadak, apalagi untuk yang ngekos, karena tidak terikat dengan jam malam pulang ke orang tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragmen [NCT 2018]
KurzgeschichtenIni, tentang delapan belas rasa yang kelak menjadi asa. Ah, ataukah jelaga? Benar bahwa melodi adalah perajut rasa-- --tetapi lantas ia menjelma cerita. [Fragmen adalah tentang mereka yang ingin menemukan cinta. Bahkan pun cinta yang rusak, menjeda...