[31] Tell It Like It Is

2.6K 467 75
                                    

Azura tidak tahu harus berkata apa saat pagi ini mendapati Nafwa yang mendiamkannya. Ia bahkan sampai pindah tempat duduk. Hal itu tentu membuat teman sekelasnya bertanya-tanya. Pasalnya Azura dan Nafwa dikenal sebagai sahabat karib yang jarang terlihat bertengkar.

"Lo lagi ada masalah sama Nafwa?" bisik Bunga yang kini duduk bersama Azura.

"Ehm." Azura tak berminat untuk menjelaskan. Ia hanya memandang sendu Nafwa yang tampak tak acuh.

"Wah wah ada apa ini? Kalian lagi musuhan ya?" celetuk Tito dengan santainya. Bunga langsung menjitak kepalanya.

"Lo itu kalau mau ngomong liat sikonnya dulu kek!"

"Aduh Bunga anjir sakit!" Tito mengusap-usap kepalanya.

"Makanya kalau punya mulut tuh dijaga!" omel Bunga.

"Ya kan gue cuma nanya, lagian tumben banget Azura sama Nafwa berantem biasanya juga Azura sama Langit!"

"Azura berantem sama Nafwa?" Dion yang baru saja sampai di kelas sedikit terkejut mendengar ucapan Tito.

"Lo juga nggak tau Yon?" Kini Bunga menatap Dion heran.

Dion menggeleng kemudian menatap Azura meminta penjelasan.

Mendengar kasak kusuk dari teman sekelasnya Nafwa menjadi geram. Ia berdiri dan seketika menggebrak meja membuat semua orang beralih menatapnya.

"Lo semua nggak usah kepo!" katanya setengah membentak.

"Anjir Nafwa horor banget!" Tito menatap ngeri cewek bergigi kelinci itu.

Saat Nafwa hendak keluar kelas Azura buru-buru mencegahnya.

"Naf, gue mau ngomong." Nafwa berhenti dan menatap Azura sinis.

"Mau ngomong apa lagi?!" Mereka berdua sekarang sudah menjadi pusat perhatian semua orang yang berada dalam kelas.

"Plis Naf dengerin gue dulu. Ini semua nggak kaya yang lo pikirin. Itu cuma salah paham dan gue juga minta maaf kalau ...,"

"Minta maaf buat apa? Karena lo udah dateng ke apartemen Langit tanpa sepengetahuan gue atau karna lo udah selingkuh sama Langit?"

Dion dan semua orang yang ada di ruangan itu tercengang mendengar apa yang barusan dikatakan Nafwa.

"Gue nggak selingkuh!" bentak Azura frustrasi.

Dion menghampiri mereka berdua. Berniat untuk menenangkan, tapi malah membuat Nafwa semakin marah.

"Gue nggak tau apa masalah kalian, tapi mending diomongin baik-baik. Nggak enak diliat yang lain."

"Diomongin baik-baik lo bilang?" Nafwa menatap tajam Dion. "Asal lo tau, pacar lo semalem kegep sama gue lagi di apartemen Langit. Lo pikir pake akal sehat ngapain dia di sana jam segitu?"

"Naf, plis jangan nyebarin berita yang nggak-nggak. Gue udah bilang gue cuma ngebantuin Langit masak. Lo sendiri tau kan kalau Kak Lintang baru aja kecelakaan? Gue cuma ngebantuin Langit aja sementara dia sibuk ngerawat kakaknya." Tanpa sadar nada suara Azura ikut meninggi.

"Klise banget. Lo pikir gue bakal percaya? Iya gue tau Kak Lintang kemarin kecelakaan dan Langit pasti sibuk ngerawat dia, tapi kalau urusan makan kenapa dia gak delivery aja atau kenapa dia gak nelpon gue. Kenapa dia harus minta bantuan sama lo?"

"Itu ... gue ...," Azura gelagapan. Ia bingung harus menjelaskannya dari mana.

"Lo nggak bisa jawab kan?" sarkas Nafwa sambil tertsenyum sinis.

"Plis Naf, percaya sama gue!"

"Punya bukti apa lo kalau lo sama Langit nggak ada apa-apa? Lo gak liat kalau hari ini Langit gak masuk, lo tau kenapa? Karena dia itu pengecut. Lo sama aja kaya Langit, gue kecewa sama lo berdua!"

Aozora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang