Jangan terlalu cuek, Aku bisa pergi kemanapun angin membawa daun untuk beterbangan.
Trey bersiap berangkat sekolah, dia tidak melihat akan tanda-tanda Vano menjemputnya. Trey segera berangkat sendiri. Seperti biasa, dia berjalan melewati pasar. Padahal dia hanya pergi tiga hari, rasanya rindu sekali dengan suasana ini. Tidak ada yang berubah, dia masih bisa mendengar ibu-ibu menawar harga sayuran, dia melihat tukang serbet yang menawarkan dagangannya dengan sistem marketingnya sendiri. Seperti, memanggil seorang berkerudung dengan sebutan Bu Haji. Entah untuk apa.
Dia menaiki angkot berwarna biru, jikaasih pagi begini, dia harus satu angkot dengan ibu-ibu pedangan sayur rumahan, yang baru selesai berbelanja. Tak jarang barang belanjaan mereka menutupi Trey. Karen saking banyaknya.
Di sekolah, selepas upacara bendera, Trey segera masuk ke dalam kelas. Dia tidak berniat untuk membeli minuman. Hari ini, dia seprti kehilangan selera untuk bergerak. Saat jam pelajaran pun, Trey tidak terlalu fokus. Mungkin efek kelelahan.
"Anak-anak, kumpulkan PR Minggu lalu ke depan."
Trey menepuk jidatnya. Dia lupa untuk mengerjakannya, sudah pasti, dia akan di hukum. Selamat menikmati hari yang buruk Trey!
Kesialannya tidak sampai di situ, dia juga lupa untuk belajar kimia, padahal sudah diberitahu, bahwa Senin akan ada ulangan. Jadilah dia hanya bisa lirik kanan dan kiri, melihat teman-temannya yang asik mengerjakan. Sementara dirinya sibuk meminta jawaban ke kanan dan kiri. Dia juga mencirikan beberapa temannya yang pelit. Kelakuan yang sangat buruk. Bukan begitu, Trey hanya meminta rumusnya saja, tidak lebih. Tapi ada saja, beberapa tipe orang yang pelitnya kebangetan. Padahal, dia juga belum tentu benar jawabannya. Giliran saja, pelajaran yang sangat Trey kuasai, beberapa orang akan mencoba untuk mendekatinya. Agar diberikan contekan.
"Trey, jangan mengganggu Anita."
Hmmm, ketahuan deh.
Sepeti janjinya, dia akan mendatangi rumah Vano, dalam rangka meminta maaf. Walaupun tidak enak badan, dia tetap pergi.
"Assalamualaikum," ucap Trey di depan pintu rumah Vano.
"Waalaikum salam, sebentar," jawab seseorang dari dalam.
Tak lama, keluar wanita paruh baya, mungkin asisten rumah tangga di rumah itu. Karena yang biasa, bukan ini.
"Bu maaf, Vanonya ada?"
"Belum pulang Non, mungkin sebentar lagi, biasanya jam 3 baru pulang."
"Iya Bu," Trey memilih untuk menunggu, jika hanya setengah jam tak apa. Lagian dia sudah kepalang tanggung, dia sudah mengeluarkan uang untuk ongkos.
Waktu sudah menunjukan pukul setengah empat, adzan ashar pun terdengar saling bersahutan. Baterai handphonenya sudah hampir habis, karena dimainkan terus sedari tadi. Namun belum ada tanda-tanda Vano akan segera datang. Dia berpamitan untuk pulang.
Trey pulang menggunakan ojek online, di lampu merah Trey melihat Vano membawa motor besar dan membonceng seorang perempuan yang berseragam sama dengan Vano. Trey tiba-tiba saja seperti mempunyai penyakit asma dadakan. Malu sekali rasanya, sudah menunggu ternyata yang ditunggu sedang bersama perempuan lain.
Ingin marah tapi Trey paham posisinya hanya sahabat, toh Trey pikir suatu saat Vano akan menemukan seseorang yang akan mendampinginya. Trey hanya memejamkan matanya seolah saat membuka matanya kembali apa yang dia lihat itu hanya ilusi. Namun saat membuka mata ternyata mereka masih ada di depan mata Trey, Vano dan perempuan itu saling bertukar senyum. Sehingga sukses membuat air mata Trey terjatuh.
Dia menyalahkan dirinya sendiri, kelakuan Vano adalah akibat darinya yang mengabaikan lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remaja Jatuh Cinta
Roman pour AdolescentsFollow dulu, biar bacanya tenang. "Cinta itu bukan surat yang harus selalu ada balasannya" @ayufitriani656