Chapter 1

162 4 1
                                    

Aku terdiam ketika ayah meyakinkanku untuk naik ke atas kapal. Latihan pertamaku. Aku tahu, kami tahu, semua orang tahu peraturannya. Tidak boleh seorang anak pun berlatih sebelum namanya ditarik dari bola kaca. Tidak seorang pun boleh melakukan persiapan sebelum mereka diputuskan untuk mengikuti Hunger Games.

Ayahku mengatakan ini latihan ini bukan merupakan persiapan untuk permainan itu. Dia bilang, latihan ini hanya untuk melindungi diriku jika terancam dan aku masih terlalu muda untuk memikirkan the Hunger Games sekarang. Aku yakin dia tidak mengatakan yang sebenarnya. Kau tahu? Sebagian di distrik kami, Distrik 4, telah melakukan persiapan untuk permainan itu bahkan sebelum mereka berumur 10 tahun. Teman-teman sekelasku mengatakannya.

Ibu bilang, pikiranku bukan seperti anak seumuranku. Kau tahu berapa umurku? Baiklah, 9 tahun. Kau pikir kenapa aku tahu Ayah akan melatihku untuk permainan mengerikan itu jika umurku baru 9 tahun? Terserah padamu kau mau mempercayaiku atau tidak.

"Cessand?" Ayah memanggilku dari atas kapal. Aku yakin, kali ini dan untuk pertama kalinya dia akan mengajariku bertarung. Mungkin tanpa senjata atau menggunakan senjata. Aku pernah melihat sentaja Ayah, trisula, benda itu sangat hebat. Sangat keren.

Agak aneh memang mengapa dia melatihku di atas kapal untuk bertarung. Tetapi dia bilang, itu agar aku menjaga keseimbangan tubuhku karena kapal itu berada diatas permukaan air laut yang tidak stabil. Maksudku, tidak mungkin air laut hanya diam begitu saja. Mereka pasti memiliki ombak, benar kan? Yah, begitulah yang dipikirkan Ayah.

Aku melangkahkan kaki menaiki kapal. Ayah hanya tertawa. "Kau adalah gadis kecil pemberani, Cessand. Kau selalu ragu pada awalnya, tetapi kau selalu bisa melakukan apapun." Ayah mengatakannya sambil tersenyum kepadaku.

Mungkin kata-kata Ayah terlalu berbeda dengan diriku. Aku tidak pernah ragu. Karena ketika aku ragu, aku akan terjatuh saat itu juga. Aku tidak boleh ragu dalam hal apapun. Hidup ini memerlukan keyakinan. Apa yang dihasilkan oleh keraguan? Kehancuran. Selain itu tidak ada lagi.

Satu hal lagi tentang kata-kata Ayah, aku bukanlah seorang pemberani. Aku mungkin berani melakukan hal-hal yang dianggap Ayah pemberani. Tetapi dia tidak pernah tahu apa ketakutan terbesarku. Aku takut akan hal yang terjadi setiap tahun. Hal yang dibahas teman-temanku setiap harinya. Hal yang membuat Ayahku melatihku sekarang. Ya, aku sangat takut kepada permainan mengerikan itu. Hunger Games.

⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️

Klaiden menatapku dengan menggoda. "Cessand, aku tahu kau takut kan? Hari penarikan pertamamu, siapapun pasti takut menghadapinya." Dia terlihat biasa-biasa saja di hari penarikan ini. Benar, umurku 12 tahun sekarang.

"Sejujurnya tidak terlalu. Aku hanya memasukkan satu nama, masih banyak nama lain yang kemungkinan ditarik." Aku tersenyum. Lalu aku mengusap hidungku.

"Tidak perlu berbohong kepadaku. Sepanjang hidupmu, kau selalu hidup bersamaku. Aku kakakkmu, kau ingat?" Klaiden tertawa kecil. Dia selalu tahu ketika aku berbohong. Kekuatan seorang kakak katanya. Aku selalu yakin dia lebih tahu apapun tentang diriku daripada diriku sendiri.

Aku menggigit bibirku. Terlalu bingung untuk mengatakan apa kepada Klai. "Berapa namamu yang kau masukkan, Klai?" Aku bertanya kepadanya ketika Ayah dan Ibu telah keluar dari kamar. Mereka sudah siap ke acara penarikan. Begitu juga Klai dan aku.

Klai menatap langit-langit rumah, "Empat." Jawabnya lirih. Ayah dan Ibu kemudian mengajak kami berangkat sekarang. Klai menatapku sambil tertawa kecil. Dia langsung berdiri dan mengikuti Ayah yang berjalan keluar rumah. Ibu mengusap puncak kepalaku. Aku mengangkat kepalaku dan melihat ia tersenyum menenangkanku. Kemudian Ibu merangkul pundakku. Lalu berkata, "Ayo kita pergi sekarang."

In BetweenWhere stories live. Discover now