Eighteen

306 30 5
                                    

"Kalian mau kemana?" Suara seorang pria yang sangat berat bergema di sepanjang lorong.

Jantungku berdegup kencang. Keringat dingin bercucuran dari dahiku. Sial. Sial. Sial. Kenapa harus ketahuan? Lorong ini sangat gelap, tapi ia bisa melihat kami?

Aku perlahan-lahan berbalik dan mengangkat kedua tanganku di udara.

Namun, aku tidak melihat seorang pun disana. Aku hanya melihat sebuah bayangan. Orang itu tidak menghadap ke lorong ini.

"Hey Jake. Aku dan Cassie ingin ke McDonald's. Kau mau titip sesuatu?"

Diujung mataku aku melihat sebuah pintu dengan tulisan janitor, tanpa pikir panjang aku langsung memasukkan diriku dan Louis ke dalamnya.

"Tidak. Kau tau aku sedang diet—"

Krek.

Sial. Aku menutupnya terlalu keras.

"Kau dengar itu?"

"Ya. Apa tadi?"

"Seperti suara pintu yang ditutup."

"Dari lorong itu?"

"Sial, kurasa cerita Mona soal lorong berhantu itu benar."

"Apa kau mau memeriksanya?"

"Yang benar saja! Ya tidak lah."

"Sebaiknya kita pergi dari sini."

"Sial aku merinding."

"Haah." Aku bernafas lega.

Louis menepuk-nepuk lenganku, sontak aku menoleh kearahnya. Dari matanya aku bisa melihat ia ingin sebuah penjelasan dariku.

Aku tidak bisa mengatakan apapun pada Louis. Pasalnya, ini terekam. Aku tidak tau apa itu terhubung langsung ke Richard atau kaki tangannya. Apapun itu, sangat berbahaya.

Aku melihat sekeliling ruang janitor yang berukuran sedang ini dan mencari sesuatu yang bisa ku gunakan untuk berkomunikasi dengan Louis.

Sebuah pena dan kertas absen dari dalam laci. Sempurna.

"Pembicaraan ini terekam langsung ke Richard. Kita tidak bisa bicara banyak. Aku akan membuang benda ini begitu kita kabur dari sini. Sampai saat itu tiba, jangan bicara." Aku memberikan kertas itu ke Louis dan menunjukkan padanya benda kecil yang kutemukan di dalam sakuku.

Louis terlihat terkejut. Lalu ia meminjam pulpen tersebut dan menulis balasan.

"Apa itu mungkin jika mereka memiliki GPS di dalamnya?"

Aku tersentak. Sial, Louis benar. Bisa saja ada GPS di dalam benda itu,

atau di benda lain. Di celanaku mungkin?

Aku segera membuka lemari di ruang janitor dan mendapatkan beberapa lembar baju dan celana seragam janitor berwarna hijau tua. Sepertinya semua ini sudah dipakai. Meskipun menggelikan, tapi kami memerlukannya.

"Louis, apa kau mau pakai sweater? Apa kau kedinginan?" Tanyaku pada Louis, berusaha membuat pembicaraanku dengan Louis terdengar natural.

"Ya, aku mau. Rasanya sangat dingin." Balas Louis, menangkap kodeku.

Aku membantu Louis mengganti bajunya dan segera mengganti bajuku juga.

"Apa kau sudah bisa jalan?" Tanyaku pada Louis.

"Yah, bisa saja. Tapi aku sangat lelah."

"Baiklah. Sebaiknya kau tidur, babe. Aku akan tidur di sofa."

Secret Little RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang