Kakak, I Love You

92.9K 4.6K 307
                                    

Kalian pernah ngerasain nggak sih jatuh cinta kayak aku sekarang. Tapi aku jatuh cinta sama temen kakakku yang sudah menganggapku seperti adiknya sendiri. Dia tak pernah menganggapku wanita dewasa bahkan sampai umurku sudah 24 tahun. Dia 2 tahun diatasku, aku tahu sepak terjangnya dengan para perempuan dari sejak SMP. Ya aku mengaguminya sejak SMP, sejak kak Bisma membawanya ke rumah dan berlanjut terus sampai mereka bekerja. Memang sih sekarang mereka bekerja di tempat yang berbeda, tapi masih lumayan sering kak Daren main ke rumah untuk sekedar bertemu mami yang katanya kangen padahal kak Bisma nggak ada dan katanya kangen makan bersama kami. Aku sih memaklumi karena dia sudah tak punya mama dari kecil, hanya tinggal papa yang tinggalnya di Swiss menghabiskan masa tuanya di negara asalnya. Jadi keluarga kami sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri, mami dan papi menganggapnya anak kedua dan aku ke tiga.

Seperti hari ini dia datang sudah seperti rumah sendiri, masuk tanpa permisi lalu menjitak kepalaku dengan entengnya, tak tahukah hatiku jadi ketar ketir hanya karena dijitak. Setelah menyalami mami dia ikut duduk santai di ruang keluarga. Papiku sudah nggak ada, beliau meninggal saat aku baru lulus kuliah.

"Mami masak apa hari ini?"

"Masak kesukaanmu sop iga bakar."

"Yeee, love you mami."

Heran aku sama mami, yang anaknya siapa yang dimasakin makanan kesukaan ko kak Daren bukannya aku.

"Kamu kenapa dek, diem aja. Sariawan?" Tanyanya sambil menyenggol lenganku.

"Enggak, lagi pengen diem biar nggak dibilang cerewet. Kak Daren ngapain ke sini?"

"Ih..adik durhaka, kakaknya pulang ke rumah ditanya ngapain. Ya jelas mau ketemu mamiku sayang." Katanya sambil memeluk mami.

"Enak aja, ini mami aku tahu. Kalau kak Daren datang kasih sayangku jadi berkurang. Huh.." Kataku tak mau kalah memeluk mami.

"Kalian ini hobi banget berantem, kak Bisma pulang kakan dek katanya?"

"Kak Bisma bilang sih pulang masih Senin depan Mi."

"Ya sudah ayo kita pindah ke ruang makan." Ajak Mami, kami mengikuti mami dari belakang. Kak Daren mencekik leherku dengan menggapitkan di lengannya.

"Sakit tahu kak, kebiasaan." Sebenernya bukan sakitnya yang bikin aku begini, tapi deg-degannya itu lho.

"Pacar kamu sekarang siapa dek? Kenalin Kak Daren dulu."

"Males banget, yang ada aku jomblo terus kalau dikenalin ke kak Daren dulu apa kak Bisma."

Kak Daren memencet hidungku, "Aww.."

"Heh, kita itu sayang sama kamu. Jadi nggak boleh pria sembarangan deket sama kamu, kamu itu tetep adik kecilku."

"Tapi yang ada aku sampai umur 24 tahun jomblo kak, JOMBLO. Miris banget nggak sih. Kak Bisma sama Kak Daren ganti pacar kaya ganti baju. Lha aku? Pokoknya sekarang aku nggak mau ngenalin kalian dulu kalau punya gebetan."

Sebenernya bukan karena itu juga aku jomblo, aku itu nunggu kamu kak kapan jomblo. Kapan mau melihatku sebagai wanita. Kapan Kak Daren menganggapku udah gede.

"Kak Daren sendiri siapa pacarnya?"

"Nggak ada,"

"Seriusan?"

"Dasar adik kurang ajar, paling demen denger kakaknya jomblo."

Gimana nggak seneng kakakku sayang, aku jadi punya kesempatan walaupun sangat sedikit mungkin hanya 2%. Tapi apa sih yang nggak mungkin kalau Tuhan menghendaki. Bahasaku tinggi banget nih.

"Kak, menurutmu aku masih anak kecil?"

"Iyalah kamu tetep anak kecil buatku."

"Tapi aku udah 24 tahun kak, aku dah gede malah udah pantes nikah. Temenku udah pada nikah."

Kakak, I love You (Oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang