Enam

26.8K 1.1K 131
                                    

Baca, vote, komen. Lol.

Komandan POV's

Ada sececah pikiran untuk membiarkan luka yang diderita Adipati. Namun setelah telingaku mendengar mulutnya dengan susah payah menyebut namaku, sisi kemanusiaanku ternyata tidak bisa membiarkannya.

Selama beberapa menit aku memeriksa keadaannya. Lukanya tidak terlalu parah jadi sepertinya tidak perlu kubawa ke rumah sakit. Namun hal yang membuatku khawatir adalah banyaknya luka lebam yang dia terima. Hmmm bukannya itu artinya luka Adipati parah ya? Sebaiknya aku membersihkan lukanya terlebih dahulu.

Selesai.

Kulihat wajah Adipati lekat. Orang semacam dia pun pasti punya masalah. Betapa damainya wajah Adipati saat terlelap. Tampang garangnya masih jelas terlihat, namun aku merasa saat dirinya terlelap, rasanya aku sedikit menyayangkan kenapa dia punya sifat barbar. Jatuhnya aku jadi merasa kasihan dan ingin menolongnya. Cara hidup yang dia jalani sekarang sangatlah salah. Buktinya sekarang dia babak belur, pasti habis dipukuli seseorang. Pertanyaannya haruskah kutolong?

Dia telah memperkosaku!

Ya, meski secara tidak sadar. Namun tetap saja aku menanggung malu. Dipikir beberapa kali pun jawabannya tetap sama. Aku tidak mungkin bisa bersikap biasa saja setelah apa yang dia lakukan semalam. Hati dan harga diriku dia banting sampai berserakan. Itu artinya, aku tidak mungkin membiarkan dia masuk lebih dalam lagi.

Sayangnya lagi-lagi sisi kemanusiaanku tidak bisa membiarkannya. Adipati adalah orang baik. Aku yakin itu. Dia hanya emosian dan terpengaruh lingkungan buruk. Jika dia bukan orang baik, mana mungkin dia meminta maaf tadi pagi. Wajahnya nampak menyesal sekali. Setidaknya, aku yakin dia punya hati nurani. Meski sedikit? Ya, meski sedikit. Berat memang, tapi sepertinya aku akan mempersulit diri sendiri dengan mencoba ikut campur masalah hidupnya.

Ada pesan masuk dari Dani. 'Kenapa nggak ke bengkel? Ini motornya sudah bener lagi.'

'Bisa kamu bawa besok ke rumah? Saya nggak bisa keluar sekarang.'

'Oke. Imbalannya satu kaset mp3 koleksimu ya.'

'Terserah kamu saja.'

Ah ya aku lupa ke bengkel hari ini. Alasannya karena seharian ini aku merenung soal kenapa aku bisa menikmati disetubuhi Adipati. Syukurlah aku menemukan jawabannya. Aku yakin semua pria akan merasakan hal yang sama yakni merasa nikmat ketika dinding anus ada yang menekan. Bisa dibuktikan saat pria buang air besar, pria itu sedikitnya akan merasa nikmat karena dinding anus itu terkekan feses. Ditambah aku mencarinya juga diinternet. Macam-macam sex pria itu ada banyak. Pria straight bisa saja suka anusnya diobok-obok dengan dildo, itu wajar karena ... lah apa yang dikatakan internet ya? Aku lupa lagi. Jelasnya sekarang aku merasa tenang karena itu artinya aku masih pria normal.

Jam 10 malam aku masih ada di kosan Adipati. Aku khawatir dia belum makan dan tidak bisa menyiapkannya karena kakinya sulit digerakkan.

Baru saja aku bangkit ingin mematikan bubur yang telah kubuat selama 1 jam lebih, namun terhenti karena Adipati memanggilku dengan suara seraknya. "Ko-komandan ngapain di sini?" Dia meleliti keadaan tubuhnya. "Jadi komandan yang mengobati luka saya?" Aku hanya memandangnya datar tanpa ekspresi. Tiba-tiba saja dia tersenyum lebar sekali, matanya menyipit, lalu mulutnya berkata, "Terima kasih banyak komandan. Saya berhutang banyak sama komandan." Kalimatnya tulus sekali. Ekspresi jujur itu membuatku tertegun dan salah tingkah. Aku merasa wajahku memanas entah kenapa.

"Emmmm ya sama-sama. Saya ha-habis bikin bubur. Bentar sa-saya ambilkan." Lah kenapa aku jadi gugup? Mungkin aku merasa canggung karena seharusnya dia tidak usah berterima kasih setulus itu. Itu sangat menjijikkan. Seorang pria cukup saja mengangguk dan berterima kasih tanpa harus tersenyum manis. "Komandan tambahin kecap! Kecapnya ada di-"

Preman Addict [ManXMan] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang