PROLOG

16.3K 1.3K 140
                                    

"Di blow yang bener."

"Kalau blow yang bener itu semacam blowjob atau handjob!"

Plak!

Tangan maha pedasku mendarat di lengan Arik. Sahabatku sekaligus salah satu hairstylist kawakan yang cukup terkenal.

"Otak lo yang harusnya di blow!" Teriakku tanpa memperdulikan pengunjung salon lainnya.

"Yee, Nek! Yang di blow itu selang masterpiece gue keleus." Arik berkacak pinggang. Menatapku melalui cermin. "Dasar perawan. Makanya sering-sering maen sama eike. Tar yayang Arika ajarin. Ih capcus, Nek! Ei, langsung propesional."

Aku hanya memutar kedua mata jengah. Dasar pria kelebihan hormon.

Sembari terus menarik rambutku dengan sisir gulung dan pemanas rambut. Arik kembali berkata, "Gimana sebelah? Sudah tahu mukanya belum?"

Yang dimaksud Arik adalah tetanggaku. Pria yang baru satu bulan menyewa kamar apartemen di sebelah apartemenku. Pria misterius yang membuatku penasaran.

Oke. Yang awalnya penasaran si Orak-Arik. Aku hanya sedikit.

Jadi dua minggu lalu, Arik dan aku pulang setelah seharian berbelanja. Arik memang sudah sering menginap di apartemenku.

Tenang saja. Sekalipun aku telanjang di depannya. Dia tidak akan terangsang. Arika seratus persen bengkok. Dia justru akan berdiri tegak, kalau melihat pria tampan dengan bokong besar.

Hormon testosteron miliknya, melebihi milikku. Milik seluruh wanita di dunia ini mungkin.

Balik lagi ke Akik. Saat dia pamit pulang dari apartemenku, tanpa sengaja dia berpapasan dengan the man next door. Tidak melihat wajahnya memang. Tapi Akik berhasil melihat tampak belakang pria sebelah.

Menurut penuturan Sang hairstylist yang aku sayangi itu, pria tersebut memiliki kriteria pria tipenya.

Begini yang ia catat di memo ponselnya :

1. Punggung lebar. Pas untuk merebahkan kepala dari belakang sembari memeluknya mesra.

2. Lengannya terlihat berotot sekalipun tertutup kemeja. Lengan besar. Pas untuk dirangkul.

3. Rambutnya gelap. Entah cokelat atau hitam. Arik belum bisa memastikan karena kondisi penerangan tidak begitu bagus. (Alasan karena sedang tidak memakai kacamata).

4. Bokongnya yang padat berisi. Ini poin terpenting. Karena masalah remas-meremas itu adalah bagian terpuaskan.

5. Tengkuknya jenjang. Pas untuk dibelai.

6. Dari jas hingga sepatu yang ia gunakan, sudah dipastikan berharga mahal.

Jadilah kami berdua mulai saat itu menjadi penguntit si pria sebelah.

Dan ke depannya, kalian akan mengetahui ceritaku mengenainya.

Bagaimana sosok sebenarnya. Namanya. Pekerjaannya. Atau bahkan nanti, aku bisa dekat dengannya.

Ya semoga saja, dia tidak satu aliran dengan Arika. Tolonglah, aku sudah lama menjomlo.

Kalau kata Arika, akan semakin berbahaya apabila aku mengalami musim paceklik terlalu lama. Akan semakin menjauh dari my-soul-O.

O untuk orgasme. Hell yeah, Akikah!!

THE CUTE STALKER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang