Pukul 10 malam, saatnya para Taruna dan Taruni beristirahat setelah seharian penuh beraktivitas. Mereka dilatih secara maksimal, diberi rasa sakit maksimal, semuanya diatur tidak seenaknya, semuanya dijadwal. Mulai dari bangun, makan, olahraga, belajar, latihan fisik, hingga tidur kembali. Kedisiplinan dibangun disini, tidak salah jika Dirgan menjadi sosok yang taat akan peraturan.
Dirgantara Yudhistira Dharma, memilih untuk meneruskan jalan Ayahnya. Ya, Akademi Militer.
"Besok hari sabtu ada pesiar, kau mau kemana lah Gan?" Ucap Genta teman satu kamar Dirgan.
"Tidak tau.. Kamu sendiri mau kemana?" Jawab Dirgan sembari mengelap sepatu PDH nya.
"Ahh kau ini bagaimanalah? Lupa ya kau? Kalau Minggu depan itu makrab, kau harus membawa rekanita kau!!" Logat khas Batak Genta kental sekali.
"Hah? Saya sampai lupa...." Dirgan tersenyum, mendadak ingat sosok rekanita yang akan ia bawa ke acara makrab nanti.
"Tuhkan!! Malah melamun kau ini!! Melamunkan apa kau?"
"Saya jadi rindu dia, sepertinya pesiar besok saya akan mengabarinya, tapi adik saya Zaira pasti iri kalau saya membawa dia."
"Alamak! Kau ini macam pacaran sama adik kau saja, tahun kemarin kau bawa adik kau ke makrab, kali ini bawalah kekasih kau itu, sudah tingkat tiga, masak belum berani?" Genta meledek.
"Kamu ini, bisa saja menceramahi saya,"
"Meledek ini namanya, bukan menceramahi."
"Tak ada bedanya!"
"Sudah-sudah, lebih baik tidur. Besok kalau kau kesiangan, tau rasa kau dihukum!"
****
Apel sebelum pesiar telah dilaksanakan, para taruna dan taruni telah bersiap-siap, berjalan dengan tegap menuju gerbang utama, lalu menaiki bus akademi secara rapih.
Dirgan menaiki bus, dan duduk disebelah Andi, teman satu kamarnya juga.
"Mau kemana kamu ndi?" Dirgan memulai percakapan dengan Andi.
"Mau main-main sajalah, tidak lama kan hari ini hanya dari jam 4 sampai jam 10 malam."
"Sebentar ya saya mau menelpon rekanita saya, hahahaha"
"Silakan nikmati pesiarmu, kasihan dia tidak dikabari olehmu."
Dirgan tersenyum, jari nya mengetik nama seorang wanita yang berhasil meluluhkan hatinya sejak 4 tahun yang lalu. Ya, saat mereka SMA. Mereka sekolah di tempat yang berbeda, pertandingan taekwondo tingkat SMA se-DKIJakarta mempertemukan mereka. Karena Dirgan memilih AKMIL debagai tonggak cita-citanya ia harus meninggalkan perasaannya di Jakarta.
Dirgan larut dalam lamunannya, segera ia ketikan nama rekanitanya itu.
Selva Pratistha
Dirgantara
16.42
Assalamu'alaikum Istha
Kamu sedang sibuk tidak?Selva Pratistha
16.43
Waalaikumuusalam Tara
Sedang ada pesiar ya?
Tidak, aku tadi sedang menulis.Dirgantara
16.44
Saya telpon ya?
Mahasiswi sastra rajin sekali hehehe..Selva Pratistha
16.45
Dengan senang hati:)
Bisa saja kau ini.Dirgan segera menelpon Istha -panggilan akrab Dirgan untuk Selva.
"Selamat malam, Istha"
"Selamat malam juga, Tara"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PROMISE OF A SOLDIER
Teen Fiction"Bilang sama teman laki-laki yang mau sama kamu, sebelum deketin adeknya deketin dulu abangnya! iyakan Yah?" Ucap lelaki yang disebut abang oleh Zaira. "Yah... kalau begitu mana ada lelaki yang mau sama Za, datang kerja kelompok ke rumah saja takut...