Prolog

16 1 0
                                    

Gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin.

Putih.

Dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Hanya itu warna yang dia lihat.

"Eh, eh, liat deh orang itu."

"Ih kok rambutnya dia gitu ya?"

"Pucet banget asli kulitnya."

"Sayang ya, padahal kalau normal cantik tuh."

"Serem ih."

Ia kembali mengingat bagaimana reaksi dan pandangan orang-orang saat ia hanya sekedar melintas. Pandangan mereka seolah menunjukkan kalau mereka takut dan jijik dengan dirinya yang 'berbeda'. Padahal gadis itu pun juga manusia. Ia juga berhak untuk dicintai, bukan dicaci.

Penyakit bawaan ini pun juga bukan keinginannya. Kalau diberi pilihan, ia jauh lebih memilih untuk tidak dilahirkan. Tapi mamanya selalu marah jika ia berpikir seperti itu karena baginya, ia adalah hadiah terindah dari tuhan.

Hanya tiga orang yang ia percaya di dunia ini. Mama, Oma, dan Angga.

Ashley—mamanya, perempuan tertangguh yang pernah ia kenal. Saat papanya meninggal karena kecelakaan, Ashley sama sekali tidak meneteskan air mata satu pun di depan anak gadisnya. Ia tidak mau anak sematawayangnya terlalu larut dalam kesedihan. Namun, bukan berarti Ashley kuat. Anak itu tahu bahwa mamanya selalu menangis saat mendoakan papanya saat malam hari. Setelah kejadian tragis itu, Ashley menjadi tulang punggung keluarga sehingga anak gadisnya lebih sering menghabiskan waktunya dengan Oma.

Raina—atau yang biasa dipanggil Oma.  Oma juga layak disebut setengah malaikat karena seumur hidup, cucunya belum pernah melihatnya marah meskipun ia melakukan kesalahan. Hal itu justru membuat cucunya sungkan untuk melakukan kesalahan karena ia tidak mau sampai Oma yang tidak pernah marah sekalipun, kecewa padanya.

Yang terakhir, Angga. Anak seorang pengusaha yang baru saja pindah di dekat rumah gadis putih itu. Ia pun bingung Angga kesambet apa sampai bersikukuh untuk mengajaknya berteman, meskipun awalnya ditolak mentah-mentah. Begini kira-kira ceritanya bagaimana mereka bisa bersahabat sampai sekarang,

Siang itu, saat umurnya masih 6 tahun, ia bermain ayunan di taman bermain depan rumahnya. Ia selalu sendirian karena anak-anak lain selalu takut dengan sosoknya. Tiba-tiba, ada seseorang yang duduk di ayunan senelahnya. Anak laki-laki sebayanya yang lagi makan lollipop.

"Hai," Sapanya. Gadis itu cuma menoleh.

Paling juga mau ngeledek abis ini, batinnya.

"Aku Angga," Ucapnya lagi, namun ia masih diam tanpa melirik anak laki-laki itu sedikit pun.

"Kamu mau lollipop?" Tawarnya sambil menjulurkan lollipop. Karena ia sangat suka dengan lollipop, ia pun mengambilnya. Namanya juga anak kecil, rejeki emang gaboleh ditolak.

"Kalau gitu, mulai sekarang kita temenan ya!" Ucapnya hingga membuat gadis itu menoleh.

"Nggak." Jawab gadis itu sambil berlari ke arah rumahnya.

Tapi setelah hari itu, Angga nggak nyerah. Ternyata dia membututi gadis itu saat lari ke rumah. Sejak itu, dia selalu datang ke rumah saat sore sambil bawa sebuah lollipop. Gadis itu selalu minta tolong Oma untuk membukakan pintu karena takut Angga cuma mau menjahilinya, seperti yang lain.

Sampai suatu saat, Angga nggak pernah mengunjungi rumahnya lagi. Oma pun khawatir sehingga mereka pun berkunjung ke rumah Angga. Dan ternyata, Angga sakit demam karena beberapa hari yang lalu dia datang ke rumah sambil hujan-hujanan. Karena gadis itu nggak tega, ia pun menjenguknya sambil membawa beberapa camilan.

"Mulai sekarang kita temenan ya, Angga. Aku Fiona." Ujarnya saat melihat Angga terbaring lemas di kasur rumah sakit. Reaksi Angga saat itu, dia tersenyum lebar, begitu juga dengan gadis itu.

Angga dan gadis itu pun bersahabat sampai sekarang.

Namanya Fiona Zhea Arinidia.

Dan ia seorang albino.

***

Hai!
Ini cerita pertamaku yang aku publish jadi kalau masih banyak yang salah maaf ya, boleh kritik&saran juga kok. Btw, jangan lupa vote+comment ya kalau suka!🖤

Au RevoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang