Happy reading!😶
🌸
Jika kau memiliki darah pâtissier yang mengalir dalam tubuhmu, percayalah semuanya tidak semudah yang dibayangkan. Karena dalam sudut pandang dan pena milikku, kehidupan ini tidak semudah caramel yang selalu kubuat di pagi hari.
Kritik yang menghujamku dari luar sana selalu menjadi makanan pembuka di pagi hariku. Tetapi, keluargaku tidak ada yang mempermasalahkan semua itu. Adik lelakiku yang sepertinya tidak tertarik pada dapur dan aroma yang manis juga tidak mendapat tekanan dari kedua orangtuaku.
Manis. Aku menyukainya. Bahkan aroma yang kental dalam dapur pun terasa menyenangkan. Terkadang mencicipi pastry atau coklat yang kubuat seujung jari telunjuk dapat membuat mood-ku membaik.
Jika orang lain hanya mengkritikku karena berat badan yang tidak bertambah walaupun selalu bergelut dengan pastry setiap harinya, aku hanya dapat tersenyum. Memangnya aku harus apa lagi?
Ah, benar, orangtuaku memang tidak mempermasalahkan pekerjaan, tetapi Ibuku terus saja mendesak untuk menikah. Tentu saja, di usiaku yang hampir menginjak satu perempat abad, aku masih sendiri.
Dan benar, pagi ini aku mendapat sebuket mawar putih di toko roti milikku. Entah dari siapa, tetapi aku tahu pasti, Ibuku yang menyuruh orang itu untuk mengirimkannya padaku. Tentu saja aku muak dengan perjodohan, tetapi aku tidak memiliki calon untuk dikenalkan, maka aku hanya diam saja. Menunggu Ibuku lelah, mungkin? Tapi tidak, bahkan semalam aku kabur dari makan malam yang Ibuku agendakan.
Toko roti milikku tidak kecil juga tidak besar, tidak sepi ataupun sangat ramai. Tapi tentu saja sedikit terkenal, karena Ayah dan Ibuku seorang pâtissier. Aku tahu, adik tengilku itu memiliki bakat yang sama, tetapi aku tahu pula, bahwa pâtissier bukanlah impiannya.
Toko roti milikku berada di Paris Van Java, kota yang menyediakan begitu banyak makanan. Bahkan kerupuk mentah yang diberi bawang putih dan cikur lalu dimasak pun laku di pasaran. Entah masyarakat yang konsumtif atau penyedia makanan terlalu pusing memikirkan menu selanjutnya.
"Hari ini ada yang memesan sesuatu, Tyas. Ia memesan Bocconotto dan Croissant yang original tanpa modifikasi darimu." Suara dari belakangku membuat lamunanku buyar seketika. Benar, aku tidak mau dipanggil Nyonya atau Nona bahkan Ibu. Cukup sebut namaku saja.
"Siapa? Tumben sekali ada yang memesan pastry seperti itu." Aku menjawabnya sembari berjalan ke ruanganku untuk berganti baju juga mengikat rambutku.
"Food blogger. Ia cukup terkenal dalam dunia maya dan unggahannya selalu menuai pujian." Aku mengangguk-anggukan kepalaku, memilih memikirkan bagaimana cara mendapatkan bahan yang diminta.
Tetapi, sebelum lamunanku terlalu jauh, orang kepercayaanku kembali melanjutkan, "Aku sudah memesankan semua bahannya dan akan datang hari ini juga." Dan detik selanjutnya aku hanya terkekeh pelan.
"Kau memang yang terbaik!" Aku berkata sembari mengacungkan kedua jempolku memuji sikapnya yang sangat sigap.
"Aku akan memulainya, tapi pukul berapa ia akan datang?" Aku berhenti setelah beberapa langkah sebelumnya aku melaju tanpa bertanya.
"Pukul 11 siang dan sekarang masih tersisa dua jam setengah lagi." Jemarinya menunjuk jam tangan yang ada di lengan kirinya. Dan aku hanya mengangguk sigap.
Bagiku, itu masih sangat lama. Dan tentu saja aku memilih untuk menyiapkan beberapa pastry untuk tokoku terlebih dahulu.
🌸
Masih kurang lima menit, kupikir ia tidak akan datang tepat waktu. Hey, aku mengenal Bandung. Macet sudah menjadi makanan sehari-hari pengguna roda empat sepertiku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled | Indonesian Cast
Short Story[COMPLETED] -karena cerita tak harus menggunakan nada ataupun suara tetapi dapat menggunakan rangkaian kata- Berisi 10 cerita. Indonesian cast. Klik 'read'? Publish: June, 2018. End: Sept, 2018.