7

1.9K 182 17
                                    

Pagi telah berganti siang.

Wendy baru bangun dari tidurnya ketika jam di dinding sudah menunjukkan pukul 1 siang. Semua badannya terasa kaku. Memang gak seharusnya seorang gadis perawan bangun di jam yang bahkan sudah lewat dari jam makan siang, tapi matanya sedari tadi kayak gak mau kebuka. Salahkan drama korea dengan para ahjussi rasa oppa yang menemaninya sepanjang malam hingga subuh.

Wendy berjalan lesu ke lantai bawah. Matanya masih setengah terbuka, ya, maklum belum basuh muka.

"Maaaaaaaaa~! Makan siang hari ini apa, ya?"

Awalnya, Wendy gak mendengar jawaban apa-apa, kecuali derap kaki seseorang. Tapi, ketika kuping kanannya ditarik ke atas, barulah suara menggelegar khas emak-emak terdengar tepat di depan kupingnya. Dan, matanya jadi kebuka sepenuhnya.

"HM! BAGUS, YA! BAGUS! JAM SEGINI BARU BANGUN! MAU JADI APA KAMU, HUH???!!"

"Aaaww! Ma! Kok dijewer sih?!"

"KALAU GAK DIJEWER, KUPING KAMU BAKAL BUDEG! DARI JAM 8 MAMA BANGUNIN KAMU, EH KAMU GAK BANGUN-BANGUN!"

"HUWAAAAA EMANG ADA HUBUNGANNYA, MAA?"

Mau nangis aja sebenarnya si Wendy gelud sama mamanya sendiri.

"ADA-LAH! BANDEL DIBILANGIN!"

Akhirnya, setelah jewerran berlangsung selama 5 detik, mama Wendy pun melepaskan jeweran mematikannya itu. Gak peduli kuping Wendy yang merah sebelah.

"Ya udah. Sana makan. Ada nasi goreng pake sosis," kata mama Wendy sambil berniat mau pergi dari hadapan anaknya.

Tetapi, Wendy menahan.

"Ada telor juga gak, Ma?" tanya Wendy dengan muka menyengir lebar.

"Gak ada. Ayam di belakang belum betelor," sahut mamanya sembarangan. Lalu, pergi dari sana begitu saja.

'Hilih, emang kapan kita punya ayam, Maaaaa!'

Pasrah, Wendy pun dengan langkah gontai menuju meja makan seorang diri. Menikmati tiap kunyahan ditemani nyamuk yang terkadang lewat dan berakhir dengan tewas di atas meja lantaran tepukan keras dari Wendy.

Setelah menghabiskan bermenit-menit di meja makan, Wendy bangkit dari duduknya. Membawa piring kotor ke wastafel lalu mencucinya.

Saat baru saja menaiki anak tangga, tiba-tiba mamanya muncul dan menghalangi jalannya.

"Kenapa, Ma?" tanya Wendy kalem.

"Gak ada kerjaan, 'kan, hari ini?"

"Emm... ada sih. Banyak malah. Hari ini aku harus tidur, tidur, tidur, terus bernapas."

Plak!

"Mama tanya yang serius!"

"Itu jawaban paling serius, Maaaa!" jawab Wendy sambil meringis menahan sakit di kepala. "Punya Mama kok serius-serius amat sih..."

"Ngomong apa kamu?!"

Wendy langsung kicep. Dia menyunggingkan cengiran lebar. "Punya Mama kok syantik-syantik amat sih," elaknya.

'Kenapa hidup gue dianiaya terus sama mak kandung, huhuhuuu.'

Mama Wendy langsung benerin rambutnya waktu dipuji sama anak satu-satunya. Megang-megang pipinya yang mulai agak keriput dan kendor. Murung sedikit, tapi langsung senyum lagi. Kenapa? Karena prinsip mama Wendy gini,

"Mau udah tua sekalian, suami bakal tetap cinta~~"


"Jadi, kenapa, Ma?" interupsi Wendy ketika melihat mamanya senyum-senyum sendiri. Baru jam segini mamanya aneh, 'kan Wendy jadi was-was.

"Oh iya, baru inget," kata mamanya seolah baru inget sesuatu. "Kamu hari ini ikut Dokter Sehun ke RS."

"Loh?! NGAPAIN?!" teriak Wendy gak woles.

'Ngapain gue ikut Mas Sehun ke RS?!'

"Belajar sama dia. Gimana-gimana kalau ngerawat pasien," jawab mamanya kalem.

"Lah, aku 'kan gak mau jadi dokter, Ma," jawab Wendy frustasi. "Jangan samakan anakmu ini dengan tetangga sebelah."

'Wong aku 'kan maunya jadi istri dokter, hehehehe.'

"Siapa yang samain? Dia cowok, kamu cewek. Dih, aneh banget kamu hari ini," sewot mamanya Wendy.

"Maksud, aku tuh, Ma-"

"Udah, udah. Jangan banyak alesan lagi. Sekarang cepet mandi terus siap-siap. Mama mau telepon Sehun suruh ke rumah buat jemput kamu."

"ISH! MAMA!"

Tapi mamanya Wendy seolah budeg. Dia menyelonong begitu aja, ninggalin Wendy yang merungut kesal.

•●•

"Mas Sehun, aku pergi sama temen-temen aja, ya?"

Sehun yang lagi mengutak-atik laptop-nya, tiba-tiba berhenti. Matanya yang terlapisi oleh kacamata menatap Wendy yang ada di sampingnya dengan tatapan melarang.

"Jangan. Mamanya kamu ngelarang Mas buat izinin kamu maen sama temen-temen kamu."

Wendy merengut. Sekarang, dia merubah posisinya jadi berlutut di sebelah Sehun. "Kumohon, ya, Maaaaas... aku bosen banget, sumpah! Gak boong, nih."

Sehun tersenyum ganteng. "Maaf, tapi gak boleh."

'Etdah buset, dari bawah gini aja ganteng. Pengen nyoㅡ'

'HEH! PIKIRAN GUE KOK JOROK?!'

"Ya udah, deh. Aku jalan-jalan keluar aja."

Wendy langsung berdiri terus mau siap-siap jalan keluar. Gak meduliin panggilan Sehun.

Pintu udah tertutup lagi. Wendy kini sudah ada di depan ruangan pribadi Sehun. Tapi, mata Wendy langsung membulat kaget begitu lihat orang yang ada di depannya. Sama juga kayak orang yang ada di hadapan Wendy.

"Loh?"

"Loh? Kamu siapa ya, Mbak?"

Kaget Wendy dan cewek tinggi itu barengan.

•●•

"WAAAAAH AKU MENCIUM BAU-BAU SAINGAN." -Wendy.












Pepet aja mba Wennn... jangan takut sama yang lebih tinggi dari lo wkwkk

Btw, ada yang bisa nebak si mbak tinggi itu siapa? Kalau bener, gue kasih permen apalible(?) Biar kayak si bo*o yang sama sama doyan apalible
.g

-Xiao Leng💕

Pak Dokter - Sehun ; WendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang