Chanyeol berlari memasuki lorong rumah sakit, entah berapa banyak orang yang sudah dia tabrak. Dia tak peduli, yang ada di pikirannya saat ini adalah keadaan istrinya, Sowon.
Chanyeol menyesal karna membiarkan istrinya pergi, chanyeol menyesal karna tak menahan Sowon. Andai chanyeol menahan Sowon, mungkin saat ini dia masih bisa melihat Sowon di dekatnya.
Seorang dokter keluar dari ruang UGD, chanyeol segera menghampiri dokter tersebut.
"Bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya chanyeol.
Dokter itu menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan chanyeol, membuat pikiran buruk bersarang di otaknya.
"Maaf, tapi kondisi istri anda kritis. Benturan pada perutnya membuat istri anda keguguran, dan juga pendarahan yang di alami pasien membuatnya kehilangan banyak darah, kita membutuhkan stok golongan darah A" jelas dokter.
Tubuh chanyeol melemas, keguguran? Satu kata itu terus memenuhi pikirannya.
"Keguguran? Istri saya hamil?" tanya chanyeol lirih.
"Benar, usia kandungannya baru tiga minggu. Tapi kami harus melakukan oprasi pengangkatan janin, jika tidak nyawa istri anda dalam bahaya" kata sang dokter lagi.
Pukulan telak bagi chanyeol, Sowon hamil, istrinya hamil. Tapi mereka harus kehilangan buah hati mereka yang bahkan tidak mereka ketahui, dan itu semua karna dia. Chanyeol terus menyalahkan dirinya sendiri. Dokter merasa iba melihat kondisi chanyeol, sebagai sesama pria dia paham bagaimana perasaan chanyeol.
"Jangan di sesali, ini semua takdir tuhan. Yang perlu anda lakukan saat ini adalah menyelamatkan istri anda, kita membutuhkan donor darah secepatnya" balas dokter.
Chanyeol mengangkat wajahnya, menguatkan hatinya. Benar, saat ini dia tak boleh kembali kehilangan. Sudah cukup bayinya yang pergi, chanyeol tidak akan membiarkan wanita yang di cintainya juga pergi meninggalkannya.
"Golongan darah saya A dok, pakai darah saya" putuh chanyeol. Dokter itu mengangguk dan meminta seorang suster untuk membawa chanyeol ke tempat donor darah.
"Mari pak, silahkan berbaring" ucap si suster.
Chanyeol menuruti perintah suster, dia berbaring di ranjang rumah sakit. Membiarkan lengan kanannya di pasang selang yang membuat sebagian darahnya keluar.
Pikiran chanyeol kosong, yang ia pikirkan saat ini adalah cara dia menjelaskan semuanya pada Sowon. Chanyeol yakin, saat Sowon tau dia keguguran wanita itu akan jauh lebih hancur darinya.
Suster sudah selesai melakukan transfusi darah, chanyeol berjalan keluar dari ruangannya. Saat berjalan menuju kamarnya, langkah chanyeol terhenti saat melihat wajah pucat pasi pria yang saat itu sedang di bawa oleh petugas rumah sakit.
Chanyeol menghentikan para perawat itu, berjalan menghampiri tubuh pias seseorang yang di kenalinya.
"Taehyung.." gumam chanyeol lirih.
Tubuhnya kaku, melihat satu lagi kenyataan yang di hadapinya. Chanyeol lupa jika Sowon kecelakaan bersama dengan taehyung, dan kini pria itu sudah ada di hadapannya, dengan kondisi yang begitu menyayat hati.
"Maaf pak, apakah bapak keluargnya?" tanya salah satu perawat.
Chanyeol menganggukan kepalanya lesu "Ya, saya keluarganya. Dia adik saya"
"Jenazah akan kami mandikan, apakah bapak akan ikut memandikan jenazah?" tanya perawat itu lagi.
Chanyeol kembali mengangukan kepalanya, air matanya tak terbendung. Kenapa harus ada hari buruk seperti hari ini? Kematian taehyung akan jauh lebih mengguncang Sowon.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Husband - [My Series2]✔
FanfictionNikah Di usia muda, kata orang itu paling sulit. Belum lagi kalo suami lo Over protektif, setiap detik semua jadwal lo harus di pantau sama dia. Squel My Boyfriend My Enemy #328 in fanfiction (09-05-18) #4 in Sowon #17 in Chanyeol