This is Strange

39 8 4
                                    

Sore itu nampak seorang gadis dengan dress biru sedang duduk bersantai dengan kaki menyilang anggun. Wajahnya yang putih bersih nampak memukau seiring tenggelamnya mentari. Rambut hitam legam sepunggung dengan iris hijau yang teduh. Satu kata ketika orang melihatnya "mempesona".

"Menikmati hari mu hem?" Sekilas gadis itu berbalik kearah suara yang sedang tersenyum kearahnya

"Ya kuakui lingkungan rumahmu sedari dulu tetap indah. Sehingga rasanya tak ingin pulang" ia kembali memandang halaman rumah Grandpa nya dimana banyak bunga dan pohon yang ditanam menambah kesan asri dan indah.

"Kukira Evelyn tidak mengganggumu lagi" seorang yang dikenalnya sebagai grandpa kini membalas ucapan gadis itu. Sang gadis hanya tersenyum kecut mendengar lontaran pria 60 tahun disampingnya ini.

Gadis ini bernama Catheline Marccender. Anak pertama dari Mr. Andert. Marccender dan Mrs. Mertynn Marccender. Ia mempunyai seorang adik perempuan bernama Evelyn Marccender yang sebenarnya hanyalah anak adopsi keluarga Marccender. Tapi meskipun Evelyn anak adopsi, Catheline yang kerap disapa "Kate" ini sangat menyayanginya meskipun Evelyn tak mengindahkannya, menamparnya, bahkan tak segan-segan melukainya. Karena ia tahu bukan tanpa alasan adiknya itu melakukan semuanya agar ia bisa mendapat perhatian lebih dari orangtua Kate. Kate memakluminya, namun manusia tetaplah manusia, berpikir munafik hanya menyakiti diri sendiri.

Kate memang mempunyai tempat untuk menenangkan diri sementara yaitu dirumah grandpa yang dimana jaraknya lumayan jauh dari rumah tempat tinggalnya. Dengan menggunakan kereta membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai ke tempat tujuan. Hanya rumah ini yang menjadi pelarian Kate untuk bersinggah. Granpa nya pun tak masalah dengan itu karena ia tahu bagaimana Kate cucunya. Ia cukup senang Kate mau mendatanginya saat masa tua begini. Jika kalian tanya dimana Grandma nya Kate, beliau telah meninggal saat usia Kate menginjak 12 tahun. Grandma nya adalah orang yang murah senyum dan baik hati. Setiap ia berkunjung kesini grandma selalu membuat pie apel yang lezat. Tapi sayang, diumur yang ke-16 tahun ini ia tak dapat menikmati pie apel kesukaannya itu lagi.

"Kau tak ingin pulang? Sudah 3 hari kau disini" suara granpa mengintrupsi Kate dari lamunannya.

"Kurasa besok subuh aku akan segera pulang. Lagipula besok adalah hari ulangtahun Ely dan aku tak ingin melewatkannya" ujar Kate

Ely adalah nama panggilan Evelyn dirumah. Ya besok adalah hari ulang tahun adiknya tak mungkin ia lewatkan meskipun Ely acuh padanya. Katakanlah Kate adalah seorang malaikat karena memang begitu adanya. Walaupun ia tahu sikap kasar adiknya, ia tak akan pernah meluputkan perhatian bagi Ely, adik yang ia sayangi.

"Sudah kau siap kadonya?"

"Yap. Aku bahkan telah membelinya jauh hari " ucapnya sambil tersenyum. Sang grandpa ikut tersenyum melihat cucunya tersenyum.

Sore itu berakhir indah bagi sang kakek dan cucunya, walaupun hanya obrolan ringan yang mereka layangkan.

🍁

Jam menunjukkan pukul 23.54. Kate turun dari ranjangnya. Dengan mata setengah terbuka ia bangkit dari tidurnya berjalan keruang tengah yang memang gelap karena grandpa nya telah tidur. Ia tahu itu karena grandpa adalah orang yang disiplin waktu.

Perlahan ia pergi kedapur, ia butuh air, kerongkongannya terasa kering. Kate terbiasa bangun tengah malam itu sudah menjadi kebiasaanya sejak kecil.

Tak

Lampu ia nyalakan. Namun baru beberapa langkah ia kedapur terdengar suara benda berjatuhan membuat suara gaduh yang cukup besar. Ia tak tahu apakah grandpa mendengarnya atau tidak.

Brak....brak

Matanya yang semula sayu kini terbuka lebar. Perlu kalian ketahui, ia adalah gadis dengan tingkat penasaran yang tinggi. Kaki jenjangnya mulai melangkah ke arah suara terbut berasal.
Sepertinya berasal dari gudang. Pikirnya
Kini ia sampai didepan pintu gudang bewarna cream

Kriieet

Decitan pintu terdegar ketika ia mencoba membukanya. Ruangan ini telah lama tak dipakai yang hanya berisi barang-barang yang tak dipakai lagi sehingga menjadikannya sebuah gudang. Gelap. Itu yang ia lihat saat membuka pintu. Ia nyalakan lampu.. hingga....

Citt...cit....cit

Kate berjingkat kaget. Ia melihat dua tikus yang keluar dari celah tumpukan kardis yang terjatuh.
"Hanya tikus" gumam Kate lega
Ia mendekat kearah kardus-kardus yang terjatuh tadi. Tapi niatnya terhenti setelah ia melihat sebuah barang yang menarik perhatiannya.

Kate's POV

Saat aku ingin berjalan ke arah kardus-kardus itu, mataku tanpa sengaja melihat sebuah benda yang ditutup dengan kain merah. Ku balikkan arah langkahku kearah benda tersebut. Menatap benda tersebut. Ukurannya setinggi pelipisku, cukup besar untuk ukuran benda benda di gudang.

"Benda apa ini? Mengapa aku tak pernah melihatnya digudang?"

"Apa grandpa baru meletakannya beberapa hari lalu?" Tanyaku entah pada siapa.

Karena rasa penasaranku lebih tinggi dari pada mempertanyakan benda ini pada grandpa, kusibak kain yang menutupi benda ini.. seketika......

Uhuk..uhuk...hachii

Sial. Aku tak tahan dengan debu.
Bodoh, kenapa aku tak pelan-pelan saja?! Bagaimana jika grandpa tahu?!. Rutukku dalam hati. Namun sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak padaku atau mungkin grandpa yang sepertinya lebih nyenyak memilih kasur daripada berjalan kesini melihat apa yang diperbuat cucunya.

Kembali kulayangkan pandangan pada benda didepanku. Cermin? Dengan setiap ukiran emas rumit ditepinya nampak indah meninggalkan kesan mewah meskipun tertinggal jejak-jejak debu. Aneh. Mengapa cermin ini tak dipakai atau dipajang? Sayang sekali. Jika dilihat-lihat kalau dijual harganya pasti mahal. Jarang sekali cermin dengan model seperti ini dijualbelikan.
Kutelusuri jariku ke tepian cermin hingga berakhir pada tengah cermin, entah mengapa cermin ini terasa hangat. Tanpa sadar kututup mataku menikmati hangatnya cermin ini, namun.. "Argh" mataku seketika terbuka lebar. Apa-apaain ini kenapa tanganku masuk dalam cermin ini?! Hampir seperempat tanganku tersedot sang cermin. Apa yang haru kulakukan? Seseorang tolong aku!! Meskipun begitu tak ada suara yang keluar dari mulutku. Aku mulai ketakutan, keringat dipelipisku mulai mengalir. Aku hanya bisa berontak melepaskan---yang bahkan bukan hanya tangan saja namun--hampir setengah dari bedanku.

Ini gila!! Bagaimana mungkin bisa terjadi?. Yang kulakukam saat ini hanya pasrah hingga semua badanku tersedot dalam cermin hingga tiba-tiba semuanya gelap dan aku tak sadarkan diri.

Kate's POV End

Author's POV

Bruk

Suara gaduh itu membuat seorang yang tadinya sedang bersantai menjadi kaget. Pasalnya ini adalah tempat rahasia yang hanya diketahui oleh dirinya seorang. Perlahan ia mendekat ke sumber suara yang membuat ia penasaran. Ia mengambil belati disamping celananya, dipegangnya kuat-kuat. Belati ini selalu ia bawa kemana-mana jika suatu keadaan mendesak seperti sekarang, pikirnya jika ini adalah binatang buas ia hanya tinggal menyerangnya saja. Hingga ia tiba di sebuah sumur yang telah kering airnya.
Matanya melihat kedalam sumur tersebut. Ia terbelalak kaget, pasalnya sebuah tubuh seorang gadis yang diyakini seumuran dengannya tengah tergeletak tak berdaya.
Mungkin ia pingsan. Pikir orang itu Kemudian ia melangkahkan kaki menjauh dari sumur tersebut, tak peduli dengan apa yang ia lihat.

Author's POV end

~~~~~~~~
🌼Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MixlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang