Ayah dan aku sudah mencicil mengurusi dokumen-dokumen yang harus digunakan sebagai syarat pindah ke Jepang. Tapi ayah belum mencarikanku guru kursus bahasa Jepang. Padahal aku sama sekali tidak bisa bahasa Jepang.
Kalau aku lihat dari hasil searching di Google sih katanya orang-orang Jepang itu tidak banyak yang bisa berbahasa Inggris. Jadi bakalan merepotkan kalau aku tinggal di sana tanpa bisa bahasa Jepang.
"Yah, aku tidak kursus Bahasa Jepang?", tanyaku.
"Tidak perlu. Ryuji bisa bahasa Indonesia. Biar dia yang mengajarkanmu bahasa Jepang Lagipula ayah tidak punya uang. Yang penting kamu sekarang belajar saja. Biar gak malu-maluin ayah di hadapan Ryuji".
Ayah juga menceritakan bahwa Ryuji pernah menetap di Indonesia selama 10 tahun. Dia bekerja di sebuah perusahaan terkenal di Jakarta. Kebetulan pangkatnya tinggi. Jadi dia bisa menabung untuk membuka usahanya di Jepang.
Sampai sekarang aku masih memikirkan pesanku yang tak kunjung dibalas. Aku jadi malas belajar. Aku hanya belajar kalau ayah melihatku. Setiap hari cuma scrolling di Facebook dan stalking profilnya Dave. Padahal sudah hampir UTS.
Tapi hari ini aku sama sekali tidak melihat Dave online. Aku juga tidak melihat postingan dia di berandaku. Aku mencari namanya di kolom pencarian.
Benar dugaanku. Aku di-unfriend. Aku tertawa, "hahaha salahku di mana, Dave?". Aku klik profilnya. Oh. Dia sudah punya pacar. Mungkin dia tidak mau membuat pacarnya cemburu? Tapi aku kan hanya chatting biasa. Tidak ada unsur mesra-mesraan sama sekali kepada Dave.
Di profilnya ada link akun Instagram nya. Aku klik saja. Banyak sekali video-video rekaman dirinya yang sedang bermain piano. Dia tampak seperti seorang pemain piano profesional.
Aku membuat akun palsu Instagram untuk mengikuti akun nya. Aku seperti stalker yang menjijikkan ya? Haha. Aku tidak bisa menahan rasaku kepadanya. Aku mengikuti akunnya untuk berjaga-jaga. Siapa tau dia akan membuat akunnya jadi private dan aku belum sempat mengikuti nya.
Keesokan hari di sekolah aku masih saja stalking akun Instagram nya. Video nya aku tonton berulang-ulang. Seperti candu. Aku tidak bisa lepas darinya. Aku ingin mengomentari setiap postingan di Instagram nya dengan kata-kata manis. Tapi mungkin itu malah bisa membuat ku diblokir.
Di setiap video selalu saja ditulis username Instagram pacarnya yang menunjukkan bahwa pacarnya itu lah yang merekam video tersebut. Aku penasaran sehebat apasih pacarnya itu sampai Dave tertarik sama dia.
Kalau kulihat dari profil Instagram pacar Dave yang bernama Martha itu tidak tampak bahwa dirinya menyukai musik. Tapi iya sih dia cantik banget. Dia juga sama dengan Dave. Bukan orang asli Jepang melainkan blasteran. Bedanya Martha ini blasteran Amerika-Jepang. Ah sudahlah. Semakin aku scroll down semakin aku iri karena banyak sekali fotonya bersama Dave.
Aku kembali menonton videonya Dave. Teman-temanku datang mendekatiku. "Itu Dave?", tanya Sari. Aku mengangguk tanpa mengalihkan pandanganku.
Yuli gantian bertanya, "kamu sudah mengerjakan PR?". Aku terlalu fokus ke video Dave dan tidak menghiraukan pertanyaan Yuli. Yuli merebut ponselku, "Rin! Kamu berlebihan tau gak?".
Maafkan aku teman. Ya, aku tau. Tapi aku sama sekali tidak bisa menahan diriku. Aku merasa ada yang salah dengan diriku. Entah kenapa semenjak Dave tidak membalas pesanku, aku selalu mengabaikan akal sehatku.
Aku merebut kembali ponselku. "Apaan sih? Aku kan cuma nonton videonya", belaku.
Nita yang dari tadi bermain video game ikut menanggapi, "Yuli benar Rin. Kamu terlalu terobsesi sama Dave. Sekarang kamu jadi jarang ngerjain PR, ngumpulin tugas lewat deadline, pas belajar kelompok kamu juga cuma fokus stalking profilnya Dave". Kata-kata Nita mengena di hatiku. Benar Nit, aku terobsesi dengannya. Dengan orang yang belum pernah kutemui.
Aku tersenyum masam, "maaf deh. Aku cuma sedih aja gak bisa kenalan lebih lanjut sama orang sekeren Dave".
"Btw, chattinganmu yang dulu belum dibalas?", tanya Sari.
Aku menggeleng, "bukan cuma tidak dibalas, Sar. Dia juga unfriend Facebook ku". Nita melongo terkejut, "apa?! Kamu di-unfriend? Bukannya dia yang add kamu duluan?".
"Itu dia. Kenapa dia add aku kalau cuma mau unfriend? Kayak ngasih harapan palsu tau gak?"
Yuli tertawa mendengar perkataan ku, "harapan palsu? Haha. Kamu aja yang kepedean, Rin".
Ok. Kali ini aku kesal mendengarnya. Tapi Yuli benar. Dia mungkin punya alasan tersendiri untuk unfriend aku. Mungkinkah dia hanya tidak sengaja? Ah terlalu tidak mungkin kalau alasannya itu.
"Mungkin gak sih kalau dia unfriend aku gara-gara dia dah punya pacar? Tapi aku juga gak pernah chat banyak ke dia kok", tanyaku meminta pendapat kepada mereka.
"Atau mungkin gak kalau yang bawa Facebook nya itu pacarnya? Terus pacar nya cemburu kalau aku chattingan sama Dave. Pacarnya juga yang melarang Dave membalas chatku", lanjutku.
Sari muak mendengarkan perkataan ku ini, "sudahlah Rin! Lupakan saja dia! Banyak orang lain yang lebih hebat dari Dave. Sejak kapan kamu sebodoh ini Rin?".
Memang banyak musisi yang lebih hebat daripada Dave. Mereka juga sama-sama belum pernah kutemui. Tapi kenapa aku tersobsesi dengan Dave? Kenapa tidak kepada mereka yang lebih hebat darinya?
Tapi aku sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan musisi-musisi lain. Kau tau kan kalau mamaku tidak memperbolehkan ku untuk menerima permintaan pertemanan dari orang yang tak kukenal, sedangkan teman-teman di dunia nyataku tidak ada yang tertarik dengan musik. Hanya Dave yang aku terima.
Aku terlanjur kagum dengan permainan pianonya. Aku sudah menaruh harapan padanya untuk menjadi teman yang bisa kuajak berbincang tentang musik. Dan aku yakin sekali dia tau banyak tentang musik.
Hari ini guruku mengumumkan nilai ulangan harian. Hasilnya mengejutkan. Tapi wajar karena aku sama sekali tidak belajar. Aku hanya mendapat nilai 3 di ulangan matematika kali ini. Padahal bisanya aku pasti dapat nilai setidaknya 8.
Aku jadi teringat perkataan ayah bahwa aku tidak boleh membuat malu ayah dihadapan Ryuji. Tapi apa yang kulakukan? Bukan hanya nilai ulangan matematika ku itu. Tapi semua nilai ulangan harianku di bawah KKM.
Guru-guru ku sampai heran. Bahkan guru BK memanggilku ke ruangannya. Dia mengira bahwa aku sedang ada masalah keluarga yang menyebabkan nilaiku turun drastis. Tapi nyatanya hanya gara-gara cowok yang sama sekali tidak aku kenal di dunia nyata. Lucu saja jika aku mengatakan kepada guruku penyebab sebenarnya.
Aku pulang ke rumah dengan tampang lesu. Aku langsung merebahkan diri di ranjang ku. Bisa ditebak apa yang kulakukan sekarang. Ya. Stalking profilnya Dave lagi. Oh God... Help... Bagaimana caranya agar aku bisa berhenti melakukan hal bodoh ini?
Kalian bisa simpulkan sendiri betapa bodohnya diriku dibutakan dengan bayangan Dave yang tampak mustahil kuraih. Hanya karena sosok yang bahkan belum pernah kudengar suaranya itu dengan mudahnya merusak hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Tribute For You (Hiatus)
Novela JuvenilAuthor sedang disibukkan dengan sekolah. Masih belum tau kapan update lagi. Rina merupakan seorang gadis yang suka berselancar di sosial media dan sangat menyukai musik. Dia memanfaatkan sosal media untuk mengetahui musik-musik yang belum diketahuin...