Untitled

19 2 0
                                    

Dana menghembuskan napasnya dengan mengeluarkan kepulan asap lewat hidungnya. Laki-laki yang sedang mengenakan jaket parasut army itu sedang duduk santai dekat lapangan tenis yang sudah tidak terpakai lagi itu.

Hari semakin malam, bukannya dia pulang ke rumah, dia malah merebahkan diri di bangku panjang yang terbuat dari kayu itu.

Dia tidak sendiri. Dia bersama ketiga temannya, Arega Fatih, Bagas Sadil, dan Raga Hanum. Namun, mereka semua sedang asik sendiri dengan ponsel mereka.

"Dan, kita gini aja ya? Gak ke rumah Raga aja gitu, Dan?" Celetuk Arega seraya bermain PUBG di ponselnya itu.

Dana melirik ke arah Arega, lalu menghembuskan napas seraya membuang puting rokok asal dan bangun.

"Mau ke mana, Dan?!" Tanya Bagas bingung melihat ke arah Dana yang sudah pergi memasuki mobilnya.

Dana tidak meresponnya, laki-laki itu langsung pergi dengan mobil sedannya. Bagas, Arega, dan Raga-pun saling menatap bingung.

"Kenapa?" Tanya Arega pada Bagas yang langsung menggendikkan bahunya.

"Cabut!" Ucap Raga yang juga mengambil langkah ke arah mobilnya.

"Aih! Gue duluan, Gas!" Ucap Arega yang langsung berlari membuka pintu penumpang mobil Raga.

Bagas tidak mengambil pusing, dia juga langsung pergi dari tempat itu.

Di lain tempat, Dana memberhentikan mobilnya di dapan salah satu kafe terkenal di Jakarta. Dia mengambil tempat duduk sendiri di pojok dekat jendela dengan pesanan kopi hitam seperti biasa.

Dia mengangkat ponselnya bermaksud untuk memainkannya, namun matanya terhenti ke arah pintu masuk.

Tring.

Suara itu mengartikan ada tamu yang memasuki kafe tersebut. Mata Dana melihat ke arah gadis dengan kaos oblong hitam yang kegedean itu. Wajahnya sangat datar sama seperti Dana.

Dana mengenali gadis itu, namanya Azkarylla Senjaya. Yang dia ketahui bahwa gadis ini tidak memiliki teman di sekolah, tapi malam ini dia memasuki kafe dengan teman-temannya.

BS.

Dua huruf itu terdapat pada depan topi yang dipakai Azka-panggilan gadis itu. Namun, setelah dilihat Dana ke arah lain, ada beberapa orang yang mengenakan topi yang sama.

Dan, stop it. Batin Dana.

Dana mengaduk-aduk kopi hitam di depannya, tidak berniat untuk meminumnya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah duabelas. Dan Dana juga melihat kalau komplotan topi sama itu tidak beranjak dari tempat mereka, termasuk Azka.

Seketika mata Azka terperangkap dengan mata Dana. Gadis itu terdiam, sama seperti Dana.

"Cabut!" Ucap Azka pada teman-temannya, cukup terdengar jelas oleh Dana.

Ucapan Azka bagai perintah yang harus dipatuhi, buktinya semua taman-temannya beranjak dari tempat duduk dan bersama-sama keluar dari kafe.

Malam ini, Azka berhasil membuat Dana tercengang dan penasaran. Setelah seluruh teman-teman Azka keluar, Dana juga langsung beranjak setelah membayar pesanannya.

Yang Dana tangkap setelah dirinya keluar dari kafe adalah Azka mengendarai mobil sendiri dan meninggalkan teman-temamnya yang masih bercengkrama di parkiran.

Dana tidak pergi untuk mengejar Azka, melainkan berpikir untuk pulang ke rumah. Mamanya pasti akan marah pada dirinya yang pulang telat malam ini.

Dana menaikkan gasnya untuk melajukan mobilnya malam ini. Komplek perumahannya cukup jauh dari kafe, makanya dia ngebut malam ini. Namun, speedmeter mobil Dana menurun setelah melihat mobil yang dia kenali terparkir di pinggir jalan yang sepi dekat komplek rumahnya.

DANAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang