Jeon Jeongguk masih terus saja menatap layar ponsel pintarnya. Berharap ada balasan dari sang kekasih yang sudah ia kencani selama setengah tahun itu. Namanya Kim Taehyung, seseorang yang terlampau lebih tua darinya lima tahun tapi usia mentalnya seperti anak berumur lima tahun.
Jeongguk kelimpungan. Sudah lima hari terhitung semenjak kepergian Taehyung. Tidak ada telepon apalagi pesan masuk. Kepala sudah mengepul karena setiap saat memikirkan keberadaan Taehyung saat ini.
Kejadian "Taehyung Minggat" sebetulnya kerap kali terjadi. Namun baru kali ini dia minggat lebih dari tiga hari. Sikap Taehyung terasa menjadi bengal kian hari. Kerap kali ia pulang ke apartemen dengan aroma alkohol menyengat. Padahal mereka sudah buat perjanjian, dilarang mabuk kalau tidak ada salah satu pihak mendampingi.
Karena Jeongguk mengerti dan tahu betul saat Taehyung mabuk maka ia akan berbuat hal-hal yang tidak senonoh. Sebagai contoh, kejadian ini terjadi beberapa bulan yang lalu. Saat Jeongguk ditelepon kepolisian daerah setempat akibat Taehyung yang membuka celananya begitu saja menampakkan 'gajah'-nya yang terombang-ambing dihempas angin.
Lantas tak heran orang sekitar memanggil polisi.
Jeongguk menghirup nafas dalam-dalam, melempar ponselnya dengan kesal. Dia melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil segelas air dingin. Menghabiskannya dalam sekali tenggak. Berharap satu gelas air dingin tersebut dapat meredakan emosi dalam hati serta kepalanya.
Jeongguk kembali lagi duduk diatas sofa sambil melirik-lirik kearah ponsel yang kini tergeletak diatas karpet berbulu putih. Kini waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Masih belum ada tanda-tanda kepulangan dari Kim Taehyung.
Dirasa terlalu sunyi, ia menyalakan televisi yang berada tepat dihadapannya. Pemuda berusia dua puluh dua tahun itu pun terus menerus menekan remot mengganti kanal saluran televisi. Kesal sekali karena isinya hanyalah sinema pintu tobat atau ekspedisi-ekspedisi horror lainnya.
Yang lebih menyebalkan adalah terdapat iklan kondom dengan berbagai macam merek berhamburan dimana-mana. Mana pula menampilkan adegan yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan kondom. Padahal belum juga lewat pukul sepuluh malam. Muka Jeongguk makin cemberut.
Ring.
Bunyi notifikasi dari ponsel yang menandakan pesan masuk. Jeongguk langsung menoleh kearah ponselnya. Benar saja, satu pesan masuk. Cepat saja dia mengambil dan membuka kunci di layar ponselnya dengan gesit, sampai dua tiga kali harus mengulang karena jari tangan terpelintir. Setelah di cek ternyata zonk. Ternyata pesan dari operator. Iya dari operator.
"Aku tak butuh pulsamu, bangsat."
Dia kembali duduk terdiam di sofa. Jeongguk kembali menggonta-ganti saluran televisi. Ia semakin cepat menekan tombol pada remot kemudian dengan kesal ia membanting remot itu. Mengacak-acak rambutnya frustasi.
Kim Taehyung benar-benar membuatnya gila.
Laki-laki berumur dua puluh tujuh tahun itu lho, yang surainya disemir pirang agak gondrong sedikit, yang sukanya pakai kemeja pamer tulang selangka, yang bokongnya semok menggonggong minta digigit, yang hobi nongkrong bersolek di klub malam dan pakai cangcut berenda.
Bukan tak terpikir lagi oleh Jeongguk untuk mendatangi klub malam tempat biasa Taehyung nongkrong. Nyatanya yang dicari tidak ada pula disana. Ponsel tersambung tapi tidak ada sambungan. Sudah berkali-kali juga menelepon teman dekatnya. Yang terjadi juga mereka semua sudah bersekongkol mendiskriminasi dirinya.
Mungkin sedikit lagi. Sedikit lagi kalau ia menunggu, mungkin kekasihnya itu akan pulang. Kalau sudah seperti ini Jeongguk pasti akan selalu mengalah dan meminta maaf walaupun dirinya tidak bersalah. Memang benar terjadi pertengkaran sebelum hal ini terjadi. Jeongguk ingkar janji katanya mau membelikan Taehyung ponsel baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Budak Cinta ✔[KOOKV]
FanfictionWajah sudah cocok sih untuk jadi Sugar Daddy-nya Taehyung. Namun apalah daya, dompet berkata lain. . KookV TopKook x Bottae jadenumb, 2018