18-repetisi kedua

23 3 3
                                    

Ara kembali lagi dengan sepupu kurang ajarnya, Guanlin. Manusia sialan itu tidak mengunjunginya di rumah sakit selama ayahnya dirawat kemarin. Sibuk, katanya, padahal yang ia lakukan hanya sibuk bermain game di ponselnya.

Ara sengaja menyuruhnya datang hari ini untuk menemani Ara di rumah. Sore ini Jinyoung akan kembali dan seharusnya Ara menjemputnya di bandara. Itulah sebabnya sekarang mereka berada di mobil untuk menjemput Jinyoung.

"Jadi kenapa? Gue tau lo nggak akan bela-belain nyuruh gue nyetir jemput Jinyoung padahal lo bisa naik grab."

Ara terdiam sejenak, niatnya terkuak terang-terangan di mata Guanlin.

"Apa? Gara-gara Woojin lagi? Cie, pasti sekarang lo oleng ke Woojin ya, Ra?" ucapan Guanlin kali ini disambut oleh cubitan dari Ara di perutnya. "Gila lu, Ra. Kalo nabrak gimana anjir," lanjutnya.

"Ya makanya mulut tuh jangan sembarangan, ngeselin. Gue cuman merasa berterimakasih, Lin. Lagi mana ada orang yang nggak ngerasa utang budi, sih kalo ditolongin kayak kemaren."

"Ah, berterimakasih nanti keterusan. Udah gue bilang sama Woojin aja, trusted kok temen gue itu, macem onlineshop."

Ara tidak bisa menahan tangannya untung mencubit Guanlin lagi. Bisa-bisanya dia bercanda padahal Ara sudah benar-benar bingung. Ia merasa sangat berterimakasih pada Woojin, ditambah rasa kagum Ara pada kepribadiannya yang super perhatian dibanding Jinyoung.

Di satu sisi, Ara masih menolak kalau dia benar-benar sudah melepas perasaannya kepada Jinyoung. Lalu, Ara harus kemana?

"Ra, lagian lo dulu pernah bilang kalo lo gamau perasaan lo jadi ngerusak persahabatan. Dari gitu aja, udah ada jawabannya, kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GLITCHED | ONHOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang