PROLOGUE
Delilah duduk di atas salah satu bangku pujasera dengan senyuman lebar di wajahnya. Kedua tangannya memeluk erat boneka penguin berwarna biru yang baru saja didapatkannya dari salah satu gerai mainan yang ada di pusat perbelanjaan yang saat ini dia kunjungi.Gadis kecil berusia sepuluh tahun itu senang sekali. Dia kembali memperoleh peringkat tertinggi di kelas. Sebagai hadiah kenaikan kelas juga karena dia mendapat nilai terbaik, Tante Betari, adik dari ibunya, mengajak Delilah ke pusat perbelanjaan ini agar gadis kecil itu bisa memilih sendiri hadiah yang diinginkannya. Dan pilihannya jatuh pada boneka penguin berukuran sedang yang sejak tadi belum lepas dari pelukannya.
“Lila mau makan apa, Sayang?” tanya Tante Betari seraya mengedarkan pandangannya ke stan-stan penjaja makanan yang berada di pujasera.
Delilah memimik gerakan Tante Betari yang ada di hadapannya. Diedarkannya tatapannya ke stan-stan makanan itu. Ada yang menjual nasi goreng, bakso, hingga steak.
Terlalu banyak gerai makanan yang ada di hadapannya malah membuat gadis kecil itu bingung menentukan pilihan. Lalu ketika dia akan balik bertanya pada tantenya tentang makanan apa yang beliau pilih, kedua mata Delilah tertuju pada sosok anak laki-laki yang baru saja memasuki pujasera bersama kedua orangtuanya.
Ada hal yang membuat gadis kecil itu tertarik hingga dia mengikuti gerak langkah anak laki-laki itu, yang akhirnya terhenti pada salah satu meja yang ada dalam area pujasera ini.
Bukan, bukan anak laki-laki itu yang membuat Delilah menatap ke arahnya tanpa berkedip. Tapi sesuatu yang berada dalam genggaman anak laki-laki itulah yang menarik perhatiannya. Satu cone es krim vanilla dengan taburan cokelat warna-warni di atasnya.
Delilah tersenyum. Seketika dia tahu apa yang menjadi pilihannya.
“Lila mau es krim, Tante,” jawab Delilah, yang kontan membuat tantenya mengerutkan kening.
“Es krim?”
Delilah mengangguk. Senyuman di wajahnya masih belum luntur.
“Tapi ini sudah jam makan siang, Sayang. Makan dulu aja ya. Ada yang jual nasi goreng seafood kesukaan Lila lho,” tawar Tante Betari.
Alih-alih mengiyakan tawaran tantenya, Delilah justru menggeleng. Sepertinya gadis kecil itu benar-benar menginginkan es krim sekarang.
“Makan dulu, Sayang. Nanti setelah itu, kita beli es krim. Oke?” Tante Betari masih berusaha membujuk keponakannya.
“Tapi Lila mau es krimnya sekarang, Tante,” kata Delilah.
Senyuman di wajah gadis kecil itu sudah hilang. Sebagai gantinya, bibirnya kini sedikit mengerucut.
Delilah tahu, tantenya tidak pernah bisa menolak keinginannya saat dia merajuk. Karena itu, dia berusaha membuat Tante Betari mengabulkan permintaannya dengan pura-pura ngambek seperti sekarang.
Tante Betari menatap gadis kecil berkuncir dua di hadapannya sambil geleng-geleng kepala, lalu menghela satu napas panjang, kemudian mengembuskannya.
“Oke,” ujar Tante Betari akhirnya. “Lila boleh beli es krim. Tapi Tante tetap pesanin Lila makanan dan harus dimakan ya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
WRAPPED AROUND YOUR FINGER
RomanceDelilah pernah dipertemukan dengan seorang malaikat saat usianya sepuluh tahun. Pertemuan yang hanya berlangsung kurang dari tiga puluh menit itu terpatri erat dalam benaknya selama bertahun-tahun. Bagaimana bisa dia melupakan orang yang pernah meng...