Pillow talk

208 23 0
                                    

SADINA

Setelah acara sedih suamiku, aduh suamiku hehe. Yapokoknya, setelah dia selesai dari masa sedih nya, aku menghadiahkan makanan favorite nya yaitu nasi kebuli.
Dia tentu aja senang, dan memakan nya hingga tandas, lalu bukan hanya itu, dia juga minta di masakkan lasagna. Memang dasar perut karet. Akhirnya setelah beres makan lalu mandi sekarang aku dan dia bisa berada di kasur, ia menataplu lekat senbari tersenyum. Menbuat aku mendekat ke arah nya di peluk dia memang nyaman. Ia terkekeh. "Aku ngerasa beruntung, dapet kamu." Ucap nya. Aku diam.

"Stay with me, ya." Aku terekekeh, kemudian menatap dia lagi lekat, hanya dia sekarang. Fiuh kenapa deg-deg gini sih jantung? 
Ia mendekatkan kepala ku agar mendekat ke dada nya.

Nyaman. Aku memeuk perut nya menghirup aroma Keola. Parfume mahal. "Kalo aku jatuh miskin, kamu masih mau sama aku?" Tanya nya aku mendengus mencubit perut nya sebal sampai ia meringgis kesakitan.

"Aku gatau sih, kamu nilai aku kayak cewek apaan. Dan, aku juga enggak pernah ngerti, definisi miskin di otak kamu itu kayak apa. Tapi beb, apapun selama kamu enggak minta aku buat pergi. Then, everything will be fine, i'm with you. Mean stay. Okay?" Aku terkekeh kemudian mengelus rambut nya .

Keola terlihat sangat rapuh, memang, tapi aku tahu dia akan bisa melewati segala nya. Aku akan membantu dia. Melewati semua nya. Hell. "Aku disini, Keo. Siap kasih pelukan buat kamu, kapan aja."








Keola

Gue masih ingat setiap kata yang di ucapkan Sadina. Dia akan tetap bersama gue. Dan sekarang, disini Gue kumpul dadakan bersama geng. Gerda sudah menatap gue santai, begitu pun yang lain nya.

Gerda terkekeh kemudian menepuk bahu gue pelan. "Santai bro, kita disini buat apa coba? Buat  cari jalan keluar. Muka lo tapi enggak sekusut yang kita bayangin, iya gak?" Celetuk Gerda sembari meminta pendapat kawan yang lain.
Gue terkekeh. Dasar, ketua geng menyebalkan.

"Makaci, bebeb. Iya nih, punya istri se-keren Sadina, bikin masalah gue kayak gampang aja gitu beb. Dia dukung gue sampi titik darah penghabiskan. Kata nya, enggak masalah gue miskin hehe." Ucap gue cengengesan yang di sambut timpukan dari para cowok ini, gue makin nyegir. Sampe saat nya Frisky menatap gue dengan tatapan paling tidak biasa. Tapi gue sih santai aja, kenapasih? Apa yang salah lagian? Salah gue apa, iya enggak?

Semua yang udah di buang di dunia ini, boleh di ambil oleh siapapun. Dan, dengan sangat bodoh, dia membuang Sadina gitu aja. Melakukan hal yang aneh menurut ku. Membuat Sadina, aneh kan? Dia gila?
Jadi, apa yang perlu di permasalah kan?

"Lo, anjing. keola." Ucap Frisky tajam, see , gue udah nyangka ini bakal kejadian. Sedangkan yang lain hanya bisa melongo. Seorang Frisky mengumpat?

Gue hanya tersenyum sembari menyuapkan chiken ke mulut.

"Lo, kenapa?" Tanya gue pelan seolah tidak terpengaruh, ia menatap gue semakin tajam. "Lo nikung gue, anjing." Balas nya, gue lihat Gerda, Drivan serta Rama mulai risih dengan setiap ucapan yang di keluarkan oleh Frisky.

"Beb, santai. Kenapa sih? Coba gue tanya, gue nikung lo di bagian mana? Oalah, masalah Sadina? Beb, lo udah buang dia jauh, lo milih istri lo yang sekarang, tolong lah belajar dewasa kayak Drivan, dia aja sekarang udah iklas, kan? Dan lo! Salah lo sendiri buang Sadina, sekarang Sadina punya gue!" Frisky bangkin mengangkat kerah gue, ia memukul muka gue dua kali, gue kaget tapi langsung memukul muka nya juga berkali-kali, dan gue malah di tonjok lagi. Sampai habis. Gue males lawan. Beneran males, padahal gue bisa lawan. Sampai akhir nya, Gerda menarik tubuh Frisky dan mendorong nya.
Gue hanya bisa terkekeh, sampai bunyi pintu terbuka, ia gue lagi di cafe gue sendiri. Sadewa kaget liat gue yang terkapar di lantai. Dan "aaaaa" suara melengking yang gue enggak suka, suara Sadina teriak. Dia berlari dengan high heels nya, dia habis syuting dengan Sadewa menjadi juri di salah satu acara memasak, di stasiun televisi.
Gue  dan Sadina di Jakarta.

Dia merunduk memangku kepala gue di paha nya, mengusap berkali-kali dan menangis. "Eh! Cengeng banget, kamu jangan nangis." Ucap gue sambil terkekeh. "Ga nangis gimana? Sebelum aku tinggal, kamu baik-baik aja. Sekarang udah gini, ini kenapa sih?" Tanya nya meminta jawaban kepada sahabat gue, sampai mata nya menuju ke arah Frisky yang luka juga, walaupun tidak sebanyak gue.

"Ini kalian berantem? Kenapa sih? Kayak anak SMA aja, inget umur, ini kenapa coba." Tanya nya masih sambil menangis, gue sigap duduk, dan memeluk nya. "Jangan nangis, iya, maaf aku salah. Aku salah." Ucap gue sembari menepuk punggung nya. Ia kemudian mendongkak berdiri menghampiri Gerda.

"Mas Ge, ini kenapa sih dua bocah?" Tanya nya, Gerda terkekeh. "Rebutin elo, kejadian sama percis kayak waktu gue sama Drivan. Tapi ini lebih parah, karena, Keola enggak mau lawan. So pasrah, ga ngerti kenapa." Jelas Gerda.



"Denger ya! Ini enggak lucu, apa tadi? Rebutan? Gila, Frisky, lo udah nikah! Jangan gila. Dan kamu Keola, kenapa sih bisa gini?" Tanya nya kemudian beranjak keluar, entah kemana, gue kira dia marah, jadi gue mengikuti nya dari belakang, ternyata dia pergi ke daour, mengambil air panas. Lalu membuka kapas dari tas nya.

"Aku.. minta maaf, sayang." Sadina marah, gue tahu. Dia diam.

Kemudian mendorong gue duduk di kursi. Tanpa bicara, langsung membersihkan luka di wajah gue.
"Sayang, ngomong dong." Desak gue. Tapi nihil. Ia masih diam.

"Sayaaang, maaaf, jangan marah." Rengek gue, tidak peduli, kalo di bilang budak cinta, nanti nya.

"Sayaaang..."

"Kamu ngerti enggak sih? Kalo masalah kayak gini harus nya ga kejadian? Rebutin aku? Pantat! Denger ya, kamu tuh pinter, kamu bisa rebutin siapa aja di dunia ini asal bukan aku. Aku siapa sih? Terus ya, kak Frisky itu udah punya istri, apa coba?" Teriak nya sambil terus mengeluarkan air mata.
Sedangkan gue sibuk menghapus nya.

"Sayang, kamu emang berharga untuk di perebutin, aku rela kok rebutin kamu sama siapa aja. Tapi semoga fans kamu cuma dia aja deh, aku enggak sudi kamu banyak yang suka. Ya enggak tahu, dia bilang aku udah rebut kamu." Jelas ku, sembari mencoba mencari kesempatan dalam kesempitan, mencuri untuk mencium pipi nya namun gagal. Di tolak broh;(


"Jangan cium aku, aku sebel. Kamu kenapa sih?"




TBC🌈🌈🌈

love my food, or you?(sequel With You) TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang